aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

5 Peristiwa Penting di Bulan Syawal yang Mengubah Sejarah Islam

Cincin emas dengan berlian di dalam kotak berbentuk hati berwarna merah dan putih, melambangkan pernikahan, salah satu peristiwa penting di bulan Syawal dalam sejarah Islam.

B ulan Syawal adalah salah satu bulan dalam kalender hijriyah yang memiliki banyak keutamaan dan sejarah penting dalam Islam. 

Syawal dikenal sebagai bulan perayaan kemenangan setelah umat Islam menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. 

Di samping itu, bulan Syawal bukan hanya dikenal sebagai bulan kemenangan setelah Ramadan, tetapi juga memiliki berbagai peristiwa bersejarah yang menjadi bagian penting dalam perjalanan Islam. 

Dari peperangan yang menentukan, peristiwa besar dalam kehidupan Rasulullah ﷺ, hingga momentum yang menginspirasi umat Muslim, Syawal memiliki makna lebih dari sekadar hari raya Idulfitri.  

Dalam artikel ini, kita akan mengulas lima peristiwa penting yang terjadi di bulan Syawal dan memiliki dampak besar dalam sejarah Islam. 

Lima Peristiwa Sejarah Penting dalam Bulan Syawal 

Dengan memahami peristiwa-peristiwa ini, umat Muslim dapat semakin menghargai dan meneladani perjuangan serta kebijaksanaan Rasulullah ﷺ dan para sahabat.  

Perang Uhud: Ujian Besar bagi Umat Islam

Perang Uhud merupakan salah satu pertempuran besar dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Syawal tahun ketiga Hijriyah. 

Perang ini menjadi ajang pembalasan bagi kaum Quraisy setelah kekalahan telak mereka dalam Perang Badar. 

Peristiwa ini banyak disebutkan dalam berbagai literatur sejarah Islam, seperti Sirah Nabawiyah li Ibn Katsir karya Imam Ibnu Katsir dan Fiqih Sirah Nabawiyah karya Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi.

Latar Belakang Perang Uhud

Penyebab utama Perang Uhud adalah rasa dendam mendalam yang dimiliki kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin. 

Pada Perang Badar, banyak tokoh penting Quraisy yang terbunuh, sehingga mereka berambisi untuk menuntut balas dan memulihkan kehormatan mereka di mata masyarakat Arab. 

Abu Sufyan, pemimpin Quraisy, mengajak seluruh suku dan sekutu mereka untuk bersatu dalam satu tujuan yaitu menghancurkan umat Islam dan menghapus pengaruh Rasulullah ﷺ di Madinah.

Kekuatan Pasukan dalam Perang Uhud

Dalam pertempuran ini, pasukan Muslim berjumlah sekitar 1.000 orang di bawah kepemimpinan langsung Rasulullah ﷺ. 

Pasukan ini dilengkapi dengan dua tentara kavaleri dan 100 pasukan berbaju besi. 

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga mengangkat tiga panglima perang utama, yaitu Mush’ab bin Umair, Usaid bin Hudhair, dan Hubab bin Munzir.

Sementara itu, pasukan Quraisy berjumlah 3.000 orang di bawah komando Abu Sufyan. Baca: waspada pikun di usia tua, segera amalkan doa ini 

Mereka memiliki 100 tentara kavaleri dan 700 pasukan berbaju besi, menjadikan mereka lebih unggul dari segi jumlah dan perlengkapan perang dibandingkan umat Islam.

Jalannya Perang Uhud dan Kekalahan Umat Islam

Pasukan Muslim awalnya berhasil menguasai jalannya pertempuran. 

Namun, keadaan berbalik setelah pasukan pemanah yang ditempatkan di Bukit Uhud meninggalkan posisi mereka demi mengejar harta rampasan perang. 

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid, yang saat itu masih berada di pihak Quraisy, untuk menyerang dari arah belakang. 

Akibatnya, pasukan Muslim menjadi terpecah dan mengalami kekacauan.

Dalam pertempuran ini, banyak sahabat Rasulullah ﷺ yang gugur sebagai syuhada, termasuk Mush’ab bin Umair, yang bertugas membawa panji Islam, serta Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi yang dikenal sebagai “Singa Allah”. 

Umat Islam akhirnya mengalami kekalahan dan harus mundur dari medan perang. Baca: Syarat memperoleh syahid karena jatuh cinta 

Pelajaran Penting dari Perang Uhud

Kedisiplinan dalam Perang Sangat Penting

Kesalahan terbesar dalam Perang Uhud adalah ketidakdisiplinan pasukan pemanah Muslim yang meninggalkan posisinya. 

Hal ini menjadi pelajaran penting bahwa dalam peperangan dan kehidupan sehari-hari, kepatuhan terhadap strategi dan perintah adalah kunci keberhasilan.

Kesabaran dan Keimanan dalam Menghadapi Ujian

Kekalahan dalam Perang Uhud menjadi ujian besar bagi kaum Muslimin. 

Namun, mereka tidak kehilangan semangat dan tetap teguh dalam keyakinan mereka kepada Allah.

Strategi Militer yang Matang Dapat Menentukan Hasil Perang

Keunggulan strategi Khalid bin Walid dalam menyerang dari belakang menunjukkan bahwa perencanaan dan eksekusi yang baik sangat menentukan dalam pertempuran.

Pengorbanan di Jalan Allah Akan Dibalas dengan Kebaikan

Para syuhada Uhud, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib, mendapat tempat mulia di sisi Allah, menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk selalu siap berkorban demi kebenaran.

Hikmah 

Perang Uhud memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. 

Meskipun mengalami kekalahan, kaum Muslimin tetap bangkit dan semakin memperkuat barisan mereka. Baca; sering merasa cemas? Amalkan doa ini 

Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa kedisiplinan, strategi, dan keteguhan iman sangat berpengaruh dalam menghadapi tantangan hidup. 

Semoga sejarah ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Islam dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Perang Khandaq: Kemenangan dengan Strategi Cemerlang

Perang Khandaq, yang juga dikenal sebagai Perang Ahzab, merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. 

Perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriyah setelah Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah. 

Dalam pertempuran ini, umat Islam yang berjumlah sekitar 3.000 personel harus menghadapi koalisi kaum kafir yang diperkirakan mencapai 10.000 hingga 15.000 pasukan. 

Koalisi tersebut terdiri dari orang-orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, serta beberapa kelompok konspirasi lainnya yang bersekongkol untuk menghancurkan kaum Muslimin.

Latar Belakang Perang Khandaq

Perang Khandaq dipicu oleh hasutan kaum Yahudi yang tidak senang melihat Islam semakin berkembang pesat di Madinah. 

Mereka merasa terancam oleh semakin kuatnya pengaruh Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya dalam menyebarkan agama Islam. 

Rasa iri dan kebencian terhadap umat Islam mendorong kaum Yahudi untuk bersekongkol dengan berbagai suku dan kelompok lainnya guna menyusun strategi penghancuran total terhadap kaum Muslimin.

Kaum Yahudi mulai membangun koalisi besar dengan menghasut orang-orang Quraisy dan suku-suku lainnya agar bersatu melawan umat Islam. 

Mereka berharap bahwa dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar, mereka dapat dengan mudah mengalahkan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.

Strategi Cemerlang Umat Islam

Rencana jahat kaum kafir segera tercium oleh Rasulullah ﷺ. 

Mendengar ancaman tersebut, beliau segera mengajak para sahabat untuk bermusyawarah guna merancang strategi pertahanan terbaik. 

Dalam pertemuan tersebut, Salman Al-Farisi, seorang sahabat yang berasal dari Persia, memberikan ide brilian untuk menggali parit (khandaq) di wilayah utara Madinah.

Parit tersebut digali di daerah yang menghubungkan kedua ujung Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah. 

Wilayah ini merupakan satu-satunya jalan terbuka bagi musuh untuk menyerang Madinah. 

Sementara itu, sisi lainnya telah terlindungi secara alami oleh pegunungan berbatu dan perkebunan kurma yang sulit dilewati oleh unta dan pasukan berjalan kaki.

Pelaksanaan Strategi dan Keunggulan Taktis

Strategi penggalian parit ini merupakan konsep yang belum pernah digunakan dalam peperangan di jazirah Arab sebelumnya. 

Dengan kerja sama yang kuat, umat Islam menggali parit dalam waktu yang relatif singkat, sehingga ketika pasukan musuh tiba di Madinah, mereka terkejut melihat strategi pertahanan yang tidak mereka duga.

Parit yang dalam dan lebar ini menjadi penghalang utama bagi pasukan koalisi Quraisy dan sekutunya. 

Mereka tidak dapat menyerang langsung karena tidak terbiasa menghadapi strategi perang semacam ini. 

Sementara itu, umat Islam terus berjaga di sepanjang parit, menunggu kesempatan untuk melawan musuh yang mencoba menyeberang.

Kemenangan Umat Islam dalam Perang Khandaq

Pasukan koalisi kafir terjebak dalam kebuntuan. Mereka kehabisan persediaan makanan dan mulai kehilangan semangat. 

Selain itu, Allah mengirimkan angin kencang dan badai pasir yang mengguncang camp (kemah) musuh, membuat mereka semakin panik dan kacau.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan, pasukan musuh akhirnya memutuskan untuk mundur tanpa perlawanan berarti. 

Dengan demikian, umat Islam berhasil mempertahankan Madinah tanpa harus bertempur secara langsung dalam pertempuran besar.

Pelajaran Berharga dari Perang Khandaq

Perang Khandaq memberikan banyak pelajaran penting bagi umat Islam, di antaranya:

Strategi yang Tepat Dapat Mengalahkan Kekuatan Besar

Dengan jumlah pasukan yang jauh lebih sedikit, umat Islam tetap mampu bertahan dan memenangkan perang berkat strategi cerdas yang dirancang dengan matang.

Musyawarah dalam Pengambilan Keputusan

 Rasulullah ﷺ selalu melibatkan para sahabat dalam menentukan strategi terbaik, yang menunjukkan pentingnya kebersamaan dan konsultasi dalam pengambilan keputusan.

Persatuan dan Kesabaran adalah Kunci Kemenangan

Umat Islam tetap bersatu dan bersabar menghadapi cobaan, yang pada akhirnya membawa mereka kepada kemenangan.

Kepercayaan kepada Allah

Dalam situasi sulit, kaum Muslimin tidak kehilangan harapan dan terus berserah diri kepada Allah, yang kemudian memberikan pertolongan melalui keajaiban alam.

Hikmah

Perang Khandaq merupakan bukti nyata bahwa kecerdasan strategi, persatuan, dan keimanan yang kuat dapat mengalahkan musuh yang jumlahnya lebih besar. 

Dengan menerapkan strategi penggalian parit, umat Islam berhasil menggagalkan rencana jahat musuh dan mempertahankan Madinah dari serangan besar-besaran. 

Peristiwa ini menjadi salah satu contoh terbaik dalam sejarah Islam tentang bagaimana perjuangan, kepemimpinan, dan strategi yang tepat dapat membawa kemenangan yang gemilang.

Dengan memahami sejarah Perang Khandaq, umat Islam dapat mengambil inspirasi dan pelajaran berharga untuk menghadapi tantangan di masa kini. 

Semoga kisah ini semakin memperkuat keimanan dan semangat dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim yang tangguh dan bijaksana.

Perang Hunain: Ujian bagi Pasukan Islam

Perang Hunain merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriyah di lembah Hunain, sebuah daerah yang menghubungkan Kota Makkah dan Thaif. 

Perang ini melibatkan 12.000 pasukan Muslim, yang terdiri dari 10.000 penduduk Madinah dan 2.000 penduduk Makkah, melawan pasukan musuh yang berjumlah sekitar 20.000 personel.

Latar Belakang Perang Hunain

Setelah keberhasilan Penaklukan Kota Makkah (Fathu Makkah), Islam semakin kuat dan disegani. 

Kaum Quraisy, yang sebelumnya menentang Rasulullah ﷺ, akhirnya menerima Islam dan tunduk kepada kepemimpinan beliau. 

Namun, di sisi lain, suku Hawazin dan Tsaqif merasa terancam dengan semakin kuatnya pengaruh Islam. 

Mereka iri dan dengki terhadap kemenangan yang diraih kaum Muslimin, sehingga bersekutu untuk menyerang Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya.

Baca: Iri hati yang diperbolehkan dalam Islam dan obat  penawar sifat dengki

Para pemimpin suku Hawazin dan Tsaqif berkumpul untuk merencanakan strategi perang. 

Mereka dipimpin oleh Malik bin ‘Auf, seorang panglima yang berambisi untuk menghancurkan pasukan Islam dengan taktik kejutan di lembah Hunain.

Jalannya Perang Hunain

Pada tahap awal peperangan, pasukan Muslim mengalami kesulitan besar. 

Strategi perang Malik bin ‘Auf yang menggunakan taktik penyergapan di jalur sempit Hunain membuat pasukan Islam terpukul mundur. 

Banyak prajurit Muslim panik dan tercerai-berai karena serangan mendadak dari pasukan musuh yang bersembunyi di tebing-tebing lembah.

Namun, Rasulullah ﷺ tetap tenang di tengah kekacauan. Beliau dengan lantang memanggil kembali pasukannya dan memberikan semangat kepada mereka. 

Dengan izin Allah, pasukan Muslim kembali bersatu dan melancarkan serangan balik yang kuat. 

Keimanan dan keberanian mereka kembali berkobar, hingga akhirnya pasukan musuh mengalami kekalahan telak.

Strategi dan Faktor Kemenangan

Kepemimpinan Rasulullah ﷺ yang Tegas dan Inspiratif

Meskipun pasukannya sempat mengalami kepanikan, Rasulullah ﷺ berhasil mengendalikan keadaan dengan seruan dan motivasi yang membangkitkan semangat juang para sahabat.

Kesabaran dan Keteguhan Hati Pasukan Muslim

Dalam situasi sulit, kaum Muslimin tidak menyerah, melainkan kembali mengatur formasi dan bertempur dengan penuh semangat. Baca: Mana lebih unggul sabar atau syukur?

Pertolongan Allah kepada Umat Islam

Ketika pasukan Muslim hampir kalah, Allah memberikan kemenangan dengan menguatkan hati mereka dan menciptakan rasa takut dalam hati musuh, sehingga mereka akhirnya mundur.

Pelajaran Berharga dari Perang Hunain

Jangan Terlalu Percaya Diri dengan Jumlah dan Kekuatan

Awalnya, pasukan Muslim merasa yakin akan menang karena jumlah mereka lebih banyak dibandingkan Perang Badar dan Uhud. 

Namun, perang ini mengajarkan bahwa kemenangan tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah pasukan, melainkan oleh strategi, kesabaran, dan pertolongan Allah.

Kepemimpinan yang Baik Sangat Menentukan Hasil Perang

Rasulullah ﷺ menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dengan tetap tenang, memberikan arahan yang jelas, dan membangkitkan semangat para sahabat.

Pentingnya Kesiapan Mental dalam Menghadapi Ujian

Kaum Muslimin mendapat pelajaran berharga bahwa kemenangan tidak selalu mudah diraih, dan kadang harus melewati tantangan berat sebelum mendapat kejayaan.

Hikmah

Perang Hunain menjadi bukti bahwa meskipun menghadapi tantangan besar, umat Islam tetap bisa meraih kemenangan dengan keimanan, strategi yang matang, serta pertolongan Allah. 

Peristiwa ini juga mengajarkan bahwa kesombongan dan terlalu percaya diri bisa menjadi kelemahan yang dimanfaatkan oleh musuh. Baca: Beramal takut riya' atau tinggalkan saja?

Semoga sejarah ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk selalu mengandalkan Allah dalam setiap perjuangan hidup.

Perang Thaif: Pengepungan Kota yang Kuat

Perang Thaif terjadi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah, tidak lama setelah Perang Hunain. 

Dalam peristiwa ini, pasukan Muslim dipimpin langsung oleh Rasulullah ﷺ untuk mengejar sisa-sisa pasukan Hawazin dan Tsaqif yang melarikan diri ke Thaif, sebuah kota yang terkenal dengan bentengnya yang kuat dan pertahanannya yang sulit ditembus.

Latar Belakang Perang Thaif

Setelah mengalami kekalahan dalam Perang Hunain, pasukan musuh, terutama dari suku Hawazin dan Tsaqif, melarikan diri ke Thaif untuk menyusun kembali kekuatan mereka. 

Thaif adalah kota berbenteng yang sangat sulit ditembus, dengan tembok tinggi dan persediaan makanan yang cukup untuk bertahan dalam waktu lama. 

Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ memutuskan untuk segera bertindak agar musuh tidak memiliki kesempatan untuk bangkit kembali.

Strategi dan Jalannya Pengepungan Thaif

Pasukan Muslim tiba di Thaif dan segera memulai serangan. Namun, tembok kota yang kokoh dan sistem pertahanan yang kuat membuat mereka kesulitan menembusnya. 

Setiap kali pasukan Muslim mendekati benteng, mereka dihujani panah oleh pasukan musuh dari atas tembok.

Melihat kondisi ini, Rasulullah ﷺ mengubah taktik perang. Beliau memerintahkan pasukannya untuk melakukan pengepungan terhadap kota Thaif. 

Pemblokiran ini bertujuan untuk melemahkan pasukan musuh dengan menghentikan suplai makanan dan persediaan dari luar. 

Rasulullah ﷺ juga menggunakan alat pengepungan yang canggih pada zamannya, seperti manjanik (katapel besar) untuk menghancurkan tembok benteng dan dabbabah (pelindung pasukan) agar pasukan Muslim bisa mendekati tembok tanpa terkena serangan panah.

Pengepungan ini berlangsung selama beberapa minggu. Namun, karena kondisi benteng yang masih sangat kuat dan pertahanan musuh yang gigih, Rasulullah ﷺ akhirnya menarik pasukan Muslim dan meninggalkan kota tersebut. 

Meskipun demikian, tekanan ekonomi dan isolasi yang dialami penduduk Thaif akhirnya membuat mereka menyerah dan menyatakan keinginan untuk bergabung dengan Islam tanpa perlu pertumpahan darah lebih lanjut.

Pelajaran Berharga dari Perang Thaif

Strategi dan Kesiapan dalam Menghadapi Musuh

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa dalam peperangan, kekuatan saja tidak cukup. Taktik, strategi, dan kesiapan mental sangat berperan dalam menentukan kemenangan.

Pengepungan sebagai Alternatif dalam Perang

Ketika serangan langsung tidak memungkinkan, strategi pengepungan menjadi solusi yang efektif untuk melemahkan musuh tanpa harus banyak mengorbankan pasukan.

Kesabaran dalam Menghadapi Tantangan

Thaif adalah salah satu kota yang paling sulit ditaklukkan, tetapi Rasulullah ﷺ tidak tergesa-gesa dan tetap menggunakan pendekatan strategis hingga akhirnya kota itu menyerah sendiri kepada Islam.

Islam Menyebar dengan Kebijaksanaan

Alih-alih melakukan pembantaian, Rasulullah ﷺ justru menunjukkan bahwa Islam dapat menyebar melalui strategi cerdas, diplomasi, dan tekanan yang tidak harus selalu berujung pada peperangan.

Hikmah

Perang Thaif menunjukkan pentingnya strategi, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam menghadapi musuh. 

Meskipun pasukan Muslim tidak langsung menaklukkan kota tersebut dengan kekuatan senjata, pengepungan yang dilakukan berhasil melemahkan Thaif hingga akhirnya mereka secara sukarela masuk Islam. 

Sejarah ini menjadi pelajaran bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan strategi dan kebijaksanaan dalam setiap perjuangannya.

Pernikahan Nabi di Bulan Syawal

Bulan Syawal Sebagai Bulan Pernikahan dalam Tradisi Islam

Di Indonesia, bulan Syawal sering disebut sebagai bulan pernikahan, karena banyak pasangan yang memilih untuk melangsungkan akad nikah pada bulan ini. 

Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan masyarakat, tetapi juga merupakan bagian dari sunah Rasulullah ﷺ, yang menikahi istri-istrinya di bulan Syawal.

Bahkan ada yang mengatakan Syawal adalah singkatan dari Syahrul Walimah. Baca: jodoh tak kunjung datang? Amalkan doa ini 

Pernikahan Rasulullah ﷺ di Bulan Syawal

Salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Syawal adalah pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Sayyidah Aisyah r.a. dan Sayyidah Ummu Salamah r.a. 

Hal ini disebutkan dalam berbagai riwayat hadis, di antaranya:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: تَزَوَّجَنِى رَسُولُ اللَّهِ فِى شَوَّالٍ. وَفِي رِوَايَةٍ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَ أُمَّ سَلَمَةَ فِي شَوَّالٍ

Artinya: “Dari Aisyah r.a., ia berkata: Rasulullah ﷺ menikahiku di bulan Syawal. Dalam riwayat lain disebutkan: Sungguh Nabi ﷺ menikah dengan Ummu Salamah r.a. pada bulan Syawal.”

Keutamaan Menikah di Bulan Syawal

Menikah di bulan Syawal memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:

Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ

Menikah di bulan Syawal merupakan bentuk pengamalan sunah Rasulullah ﷺ, sehingga bernilai ibadah dan membawa berkah dalam kehidupan rumah tangga.

Menghilangkan Mitos dan Keyakinan Keliru

Sebelum Islam datang, beberapa masyarakat memiliki keyakinan bahwa menikah di bulan Syawal akan membawa kesialan. 

Rasulullah ﷺ justru menikah di bulan ini untuk menghapus mitos tersebut dan menunjukkan bahwa tidak ada waktu yang buruk untuk menikah.

Momen yang Penuh Berkah

Bulan Syawal adalah bulan yang penuh dengan keberkahan karena masih berada dalam suasana Idul Fitri, yang identik dengan kebahagiaan, silaturahmi, dan keberkahan dari Allah.

Hikmah

Bulan Syawal bukan hanya dikenal sebagai bulan kemenangan setelah Ramadan, tetapi juga menjadi bulan yang dianjurkan untuk melangsungkan pernikahan. 

Pernikahan Rasulullah ﷺ di bulan ini menjadi bukti bahwa menikah di bulan Syawal adalah sunnah yang dapat diikuti oleh umat Islam. 

Dengan mengikuti sunah ini, diharapkan rumah tangga yang dibangun semakin diberkahi oleh Allah.

Kesimpulan

Bulan Syawal bukan sekadar bulan perayaan Idul Fitri, tetapi juga bulan penuh sejarah yang mengajarkan kita banyak hikmah. 

Dari berbagai peristiwa besar seperti Perang Uhud, Perang Khandaq, hingga pernikahan Nabi, semuanya memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam.

Sebagai umat Muslim, kita bisa mengambil inspirasi dari sejarah bulan Syawal untuk terus memperkuat keimanan, meningkatkan ibadah, dan meneladani perjuangan Nabi serta para sahabat dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu a'lam bisshawab 


Posting Komentar

Posting Komentar