aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Adakah Cinta Yang Terlarang?

Adakah Cinta yang Terlarang?
Berbicara soal cinta adalah pembicaraan yang mengandung emosional. Tertarik untuk dibahas tetapi kadang-kadang menyimpan luka yang mendalam.

Cinta secara dhahir nampak sangat indah. Namun, karena tidak mampu dan bisa mentolerir bisa membuat pelaku mabuk dan hilang akal karenanya.

Cinta adalah rasa yang datang dengan sendirinya, bukan sebuah optional. Lantas, bagaimana kalau hati kita tertawan karena mencintai orang-orang yang tidak bisa kita miliki? Apakah  cinta-cinta itu terlarang dan berdosa. 

Ada beberapa hal yang harus kita ketahui tentang hakikat dan fakta cinta itu sendiri.

Pertama: bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan. Karena mencintai atau tidak mencintai bukanlah sebuah pilihan. Sehingga, tidak ada yang salah dan bermasalah dengan mencintai.

Namun, yang dilarang dalam agama adalah saat uap rasa cinta tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan  yang tidak sesuai syara’.

Kedua: cinta itu butuh pengelolaan yang baik agar mampu memberi energi positif sesuai dengan tuntunan syariat.

Maka dalam konsep Islam tidak ada masalah dengan cinta dan nafsu. Justru yang bermasalah adalah ketika mewujudkan cinta dan nafsu tersebut dalam tindakan-tindakan yang melampui batasan dalam syariat.

Jika menyalurkan cinta dan nafsu itu benar sesuai dengan ketentuan agama seperti ingin melakukan hubungan dalam ikatan pernikahan maka hal itu dibenarkan. Bahkan disunnahkan sehingga yang membencinya nabi mengecam orang tersebut tidak diakui dari ummatnya.

Tetapi kalau kita menyalurkan syahwat lewat jalan yang dibenci oleh Allah dan disukai oleh syaitan, maka itu adalah sumber masalah dan petaka dalam kehidupan ini baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Syeikh Athaillah as-Sakandari di dalam salah satu syarah Hikam beliau menyebutkan bahwa nafsu jika dikelola dengan baik bisa membawa pemiliknya ke jalan Allah. Tapi jika tindakan menyalurkan cinta salah dan keliru maka hal itu dicela dan diharamkan dalam agama Islam.

Oleh karena demikian, kita jangan sampai tertipu dan over tergiur terhadap hal-hal yang berlabel cinta. Rasa tidak bisa dipaksa tetapi kita dipaksa untuk mengelola dengan benar demi keselamatan kita. 

Surga itu sebenarnya hanya iming-iming agar kita mampu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah. Tetapi tujuan utamanya adalah Allah SWT itu sendiri.

Karena di dalam surga pun tidak ada nikmat yang paling besar melainkan menatap Allah SWT. Lantas nikmat surga apakah tidak seberapa sehingga kita tidak puas? Sehingga tetap bersikukuh untuk bisa menatap Allah SWT. 

Maka apapun tindakan dan kelakuan kita, baik dibawah kontrol maupun menyusup secara paksa, yang diprioritaskan adalah ridha Allah SWT.

Contoh sederhanya adalah sama seperti orang tua yang mengiming-imingi membeli sesuatu jika si anak ini bisa menghafal sesuatu atau mengusai sesuatu. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang tua dari anak tersebut?

Harapan sebenarnya dari orang tua tersebut adalah agar anak tersebut bisa dan berusaha dengan segenap kemampuannya. Karena bisa atau tidak orang tua tetap memberikan apresiasi kepada anak tersebut sebagai bentuk penghargaan atas pencapaian yang dilakukan olehnya. 

Lantas, cinta yang sebenarnya mesti terwujud dan bersinar dalam hati kok justru itu yang padam dalam jiwa dan hati kita?

Kita mengaku cinta kepada Allah SWT dan rindu kepada Rasulullah SAW.   Kadangkala kita butuh perenungan yang panjang. Kita perlu menyadari bagaimana bisa tersampaikan cinta jika ada hal yang memisahkan antara pecinta dan yang dicintai?

Bagaimana kita bisa mengobati rindu jika ada penghalang di dalam jiwa dan kalbu? Kalau kita perhatikan banyak sekali hal-hal yang menghalangi langkah kita. Semua penghalang itu menghambat jalan kita untuk merasakan manis cinta dan rindu.

Ketahuilah pemisah dan penghambat semua itu adalah yang bernama dosa. Maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk merasakan nikmatnya cinta dan rindu kecuali membersihkan diri dari dosa dengan bertaubat yang sebenar-benarnya.

Oleh karena itu, tidak ada cinta yang terlarang yang ada adalah bagaimana menyambut sengatan cinta dalam mengapresiasikan dalam bentuk tindakan. 

Jika sesuai syariat akan menghasilkan pahala. Namun, jika disalurkan dalam bentuk dimurkai syariat maka akan membuahkan petaka.

Mudah-mudahan Allah menjaga kita serta memberi taufik dan hidayah agar mampu menyemai benih cinta dan rindu kepada Allah dan baginda Rasulullah SAW..

Amin amin

Wallahu a’lam bisshawab

Posting Komentar

Posting Komentar