aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Siapakah Malaikat Ruman dan Apa Tugasnya?

Siapakah Malaikat Ruman dan Apa Tugasnya?  

S etiap manusia akan merasakan yang namanya kematian. Gerbang utama menuju negeri keabadian adalah melalui kematian. 

Di sinilah malaikat Ruman akan menjalankan tugasnya. Kita tentu akan bertanya-tanya siapakah malaikat Ruman tersebut dan apa tugasnya. Bahkan nama malaikat itu jarang sekali terdengar dan dibicarakan.

Dunia ini sifatnya hanyalah sementara bukan permanen. Di dunia kita hidup hanya sebagai perantau yang beristirahat sejenak di bawah pohon untuk mengumpulkan energi kembali. 

Maka orang cerdas itu tidak menghabiskan masa istirahatnya hanya untuk tidur dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Tetapi melihat dan mengecek semua fasilitas. Apakah ada yang perlu diperbaiki atau dipersiapkan kembali. Karena Setelah itu kita akan melanjutkan perjalanan selanjutnya yang sangat melelahkan.

Saidina Abu Bakar As-Shiddiq pernah menasehati kita melalui ungkapannya mengenai alam kubur. Beliau berkata:

“Orang yang memasuki kubur tanpa ada perbekalan yang cukup yaitu amal shalih sama seperti orang yang mengarungi lautan tanpa kapal.” Baca Juga: 8 Hal Yang Menarik Tapi Palsu

Maka secara otomatis orang tersebut tidak bisa berlepas diri dari lautan dan akan tenggelam di dalamnya kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah SWT. 

Dalam hadis Rasulullah SAW menegaskan bahwa: “Tidaklah seorang mayit di dalam kubur itu kecuali seperti orang  karam yang meminta pertolongan”.

Adakah yang menolong kita? Saudara, kerabat, suami, istri, anak, tetangga, orang asing atau pengawal pribadi? Tidak ada yang dapat menolong kita kecuali amalan kita sendiri.

Setelah kita memasuki kubur kita akan masuk dalam babak baru dalam kehidupan abadi. Kuburan juga sangat menentukan terhadap kondisi kita. Karena kuburan adalah gerbang menuju tempat kita yang sebenarnya. 

Apakah menjadi gerbang kebahagiaan dengan menikmati indah surga atau jurang kesengsaraan di dalam neraka.

Setiap orang ketika memasuki liang lahat pasti akan menghadapi fitnah kubur kecuali orang-orang pilihan dan menjadi kekasih Allah. 

Fitnah kubur tersebut adalah kita akan berhadapan dua malaikat seram yang tidak ada belas kasihan terhadap orang yang dihadapinya yang ternyata ahli pembangkang alias ahli maksiat.  

Tetapi sebaliknya mereka juga bisa menjadi orang yang penuh kasih sayang dan perhatian apabila berjumpa dengan ahli ibadah dan penuh amal kebaikan semasa hidupnya di dunia.

Akan tetapi sebelum Malaikat Mungkar dan Nakir menghampiri kita, terlebih dahulu kita disambangi oleh seorang malaikat. 

Siapakah beliau? Apa tugasnya menghampiri kita? Malaikat tersebut adalah Malaikat Ruman. 

Siapakah Malaikat Ruman dan Apa Tugasnya?

Dilansir dari kitab Syarah Daqaiqul Akhbar Fi Zikri al-Jannah Wa an-Nar karangan Imam Abdul Rahim Bin Ahmad al-Qadhi. Diriwayatkan daripada Abdullah Bin Salam bahwa:

"Seorang malaikat yang wajahnya bercahaya silau seperti matahari akan memasuki kuburan si mayit sebelum masuknya Malaikat Mungkar dan Nakir. Namanya adalah Ruman".

Kemudian malaikat tersebut duduk di sampingnya dan berkata kepadanya: “Tulislah kebaikan maupun keburukan yang telah kamu lakukan!”

Mayit tersebut menjawab: “Dengan apa aku menulisnya? di mana penaku, tempat tinta dan tintaku?”

Malaikat menjawab: “Air liurmu adalah tintamu, tanganmu adalah penamu”.

Mayit bertanya kembali: “Di atas apa aku menulisnya sedangkan aku tidak memiliki kertas?”

Nabi Muhammad SAW berkata: Kemudian dipotongkan sebagian kain kafan mayat tadi lalu diberikan kepadanya.

Malaikat tadi berkata: “Ini sebagai lembaran kertasmu dan tulislah semuanya!”. Baca juga: Beramal Takut Riya atau Tinggalkan Saja Sekalian

Maka mayit tadi menuliskan semua apa yang telah dikerjakannya di dunia semua jenis amal kebaikan. Ketika sampai pada bagian menulis keburukan, mayit tadi merasa malu terhadap malaikat.

Malaikat bertanya kepadanya: “wahai orang yang berbuat salah! Kenapa kamu tidak malu terhadap penciptamu sehingga kamu berbuat keburukan di dunia dan sekarang kamu malu terhadapku?”.

Kemudian malaikat mengangkat tiang maka dihempaskan di atasnya. Maka hamba tadi berkata: “angkatlah tiang jauh dariku sehingga aku bisa menulis keburukanku.”

Setelah itu hamba tersebut menulis semua kebaikan dan keburukannya di atas lembaran tadi. Kemudian malaikat menyuruhnya untuk melipat lembaran dan membubuhkan stempel di atasnya. 

Mayit tadi bertanya: “Dengan apa aku membubuhkan stempel sedangkan aku tidak memiliki stempel?”

Malaikat menimpalinya: “Stempelkan dengan kukumu!”. Mayit tadi langsung menstempel dengan kuku jarinya dan menggantungkan lembaran tersebut di lehernya hingga hari kiamat. 

Sebagaimana firman Allah yang artinya: "Dan tiap-tiap manusia itu telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka".

Kemudian setelah itu masuklah Malaikat Mungkar dan Nakir. Dan menjalankan tugasnya untuk menanyai manusia terhadap perbuatannya yang telah dilakukan di atas permukaan bumi.

Pada hari kiamat kelak orang yang bermaksiat akan melihat bukunya. Ketika Allah memerintahkannya untuk membaca buku tersebut, maka dia membacakan seluruh kebaikannya dan ketika sampai pada bagian keburukannya dia berhenti.

Allah bertanya: "Kenapa kamu tidak melanjutkan membaca?"

Hamba menjawab: "Aku malu terhadap-Mu ya Allah".

Kemudian Allah menimpalinya: “Kenapa kamu tidak malu selama di dunia dan sekarang kamu merasa malu di hadapanku?”.

Maka ketika itu timbullah penyesalan yang luar biasa. Dan penyesalan tersebut tidak bermanfaat baginya sedikit pun.

Lantas Allah berkata kepada malaikatnya: “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. al-Haqqah ayat 30-31).

Oleh karena itu, masa tempuh zaman abadi sangat sulit dan harus melewati proses yang sangat mengerikan. Kita tidak perlu sibuk memikirkan kematian tetapi harus menyibukkan diri dengan selalu mempersiapkan bekal untuk hari kematian dan pertanggung jawaban kelak.

Kematian adalah perkara yang sudah pasti dan akan menjemput kita di mana dan kapan pun saja. Mari kita tingkatkan kualitas ibadah jangan sampai penyesalan menjadi sumber kesengsaraan kita. 

Menyesal di dunia ada jalan untuk memperbaikinya. Tetapi ketika penyesalan tersebut muncul ketika hembusan nafas terakhir menyertai kita, maka tamatlah riwayat kita.

Kesengsaraan abadi atau kebahagiaan ada di tangan kita. Allah memberi jalan, kita yang memutuskan pilihan. Semoga kita semua husnul khatimah. Amin ya rabbal alamin.

Wallahu ‘alam bisshawab.

 

Posting Komentar

Posting Komentar