Ilustrasi Mengejar Ekspektasi |
Dalam hidup ini kita banyak mendapatkan hal-hal baru setiap harinya. Kemana pun langkah yang kita gerakkan ada pesan-pesan tertentu yang tersampaikan baik tersurat maupun tersirat.
Tapi sayangnya, hanya segelintir orang yang dapat memahami dan menjadikan inspirasi atau pelajaran.
Coba saat ini kita perhatikan apa yang telah kita lakukan selama ini, dengan siapa kita berinteraksi sehari-hari, apa yang menjadi ekspektasi kita dalam menjalani kehidupan ini. Silakan jawab di dalam hati saja ya..!
Sekarang mari kita lihat bagaimana pandangan hidup menurut seorang ulama dalam berkhidmat kepada gurunya.
banyak hal yang kelihatannya menarik dan menyenangkan tetapi itu adalah kepalsuan yang nyata.
Dilansir dari kitab Ayyuhal Walad karangan Hujjatul Islam Imam Ghazali, beliau menceritakan sebuah hikayah sebagai nasehat yaitu :
Bahwasanya Hatim Al-Asham termasuk salah satu murid daripada Syaqiq al-Balkhi. Pada suatu hari beliau bertanya kepada Hatim Al-Asham : “engkau telah bersamaku semenjak 30 tahun, apa yang telah engkau dapatkan selama 30 tahun tersebut?”.
Hatim Al-Asham menjawab : “aku telah mendapatkan delapan faedah dari ilmu, dan aku merasa sudah cukup dengan apa yang telah kudapatkan karena aku berharap bisa berlepas diri dan selamat di hari esok dengan delapan faedah itu”.
Syaqiq al-Balkhi bertanya: “apa itu?”. Hatim Al-Asham menjawab :
Faedah yang pertama: aku selalu memperhatikan manusia dan aku melihat setiap dari mereka ada kekasih yang mereka cintai dan ada orang yang dirindukan.
Ilustrasi Bahagia Dengan Kekasih |
Tapi alangkah sayangnya sebagian daripada kekasih tersebut hanya menemaninya hingga sakit menjelang ajal.
Sebagiannya lagi hanya menemani sampai bibir kubur. Kemudian mereka semua pulang dan pergi sehingga tinggallah sendirian tidak ada yang menemani di dalam kubur.
Lantas kemudian aku berfikir dan berkata: kekasih yang terbaik adalah yang bisa menemaninya hingga ke kubur, bisa merasa senang dengannya dan dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Maka aku tidak mendapatinya kecuali amalan yang baik.
Maka aku
menjadikannya sebagai kekasih supaya bisa menjadi pelita di dalam kubur, bisa
membuatku senang dan nyaman dan tidak akan pernah meninggalkan aku sendirian.
Kuburan |
Baca juga : Siapakah Malaikat Ruman dan Apa Tugasnya?
Faedah
yang kedua: aku memperhatikan manusia mereka mengikuti keinginan-keinginan
mereka dan bersegera untuk mencapai semua ambisi dan ekspektasinya.
Maka aku berfikir tentang firman Allah SWT :
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” ( An-Nazi’at: 40-41).
Akhirnya aku meyakini bahwa sesungguhnya al-quran itu yang benar. Maka aku bersegera untuk memberontak semua kemauan nafsu, bersungguh-sungguh untuk melawannya dan tidak akan mengikutinya sehingga nafsu tersebut ridha dengan taat dan patuh kepada perintah Allah.
Faedah yang ketiga: aku melihat setiap manusia berusaha untuk mengumpulkan harta dunia kemudian menahan harta tersebut dengan bersikap bakhil, tidak mau bersedekah dan hanya menumpuk-numpuknya. Maka aku teringat firman Allah:
“Apa yang di
sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”.
Maka aku memberikan penghasilanku dari dunia ini karena Allah SWT semata dengan membagikan kepada orang-orang miskin sebagai tabungan dan investasi amalku di hadapan Allah SWT.
Bersedekah |
Ada juga sebagian dari mereka yang meyakini bahwa kemuliaan tersebut dengan memiliki banyak harta dan anak sehingga mereka berbangga-bangga dengannya.
Sebagian lain ada juga yang berprasangka bahwa dengan mengambil tanpa izin harta manusia, mendhaliminya, bahkan menumpahkan darah untuk mendapatkan harta tersebut. Baca juga cara cerdas menyiasati masalah.
Ada juga sekelompok yang lain yang meyakini kemuliaan tersebut dengan melenyapkan harta, berperilaku boros dan menghambur-hamburkan harta. Maka aku teringat firman Allah yang mengatakan
“orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa”. (al-Hujurat: 13).
Maka aku memilih takwa dan meyakini bahwa al-quran yang benar sedangkan teori dan persepsi mereka tentang kemuliaan seperti di atas adalah batil dan menyesatkan.
Faedah yang kelima: aku memperhatikan manusia saling mencela dan bergosip. Ternyata penyebabnya adalah karena iri dan dengki pada harta, pangkat dan ilmu. Maka aku berfikir tentang ayat Allah yang menerangkan bahwa :
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (al-Zukhruf: 32).
Maka aku menyadari dan meyakini bahwa pembagian dari Allah tersebut telah ada di azali. Jadi, tidak perlu aku bersikap iri dan dengki kepada seorang pun dan aku ridha terhadap Allah apa yang yang telah menjadi bagianku.
Faedah yang keenam: aku mendapati manusia saling memusuhi sebagian mereka dengan yang lainnya karena ada suatu maksud dan sebab. Maka aku berfikir tentang firman Allah :
“bahwa sesungguhnya syaitan itu bagi kalian adalah musuh, maka jadikanlah mereka musuh kalian”. (Fathir: 6).
Aku meyakini bahwa tidak boleh ada permusuhan dengan seorang pun kecuali dengan syaitan.
Faedah yang ketujuh: aku memperhatikan setiap orang berusaha dengan maksimal dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan makanan pokok dan biaya kehidupan sehingga tanpa disadari terjerembab dalam syubhat dan haram.
Bahkan sampai menghinakan diri sendiri dan merendahkan derajatnya untuk mendapatkan harta. Maka aku teringat firman Allah:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (Hud: 6).
Lantas aku meyakini bahwasanya rezekiku Allah yang beri dan telah dijamin, maka aku menyibukkan diri dengan beribadah dan memutuskan kerakusanku dari apapun selain yang bernilai ibadah.
Menyibukkan Diri Dengan Ibadah |
Baca Juga : Beramal Takut Riya Atau Tinggalkan Saja Sekalian
Faedah yang kedelapan: aku melihat manusia ada yang ketika membutuhkan sesuatu bersandar kepada makhluk. Sebagian yang lain ada juga bertopang dengan dinar dan dirham.
Ada sebagian lagi dengan harta dan menghadap penguasa. Terdapat juga sebagian yang lain kepada suatu profesi dan pertukangan. Bahkan ada juga kepada sesamanya. Maka aku berfikir dengan firman Allah:
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Thalaq: 3).
Maka aku bertawakkal kepada Allah. Dan cukuplah Allah bagiku dan sebaik-baik tempat berserah diri. Baca juga cara sederhana menjalani hidup
Kemudian Syaqiq al-Balkhi berkata : “semoga Allah memberi taufik kepadamu wahai Hatim. Sesungguhnya aku telah melihat kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran, maka aku banyak mendapati di dalam empat kitab tersebut mengenai delapan faedah tersebut.
Barangsiapa yang beramal dengan delapan faedah tersebut maka orang tersebut telah beramal dengan empat kitab tersebut”.
Dari delapan faedah di atas kita menyadari bahwa itu semua merupakan potret kehidupan kita selama ini. Apa yang kita lakukan telah tergambar secara jelas melalui observasi Hatim Al-Asham.
Banyak hal yang menarik di dunia ini tetapi itu semua palsu dan menjadi perangkap dalam hidup. Baca juga sikap terbaik saat harapan tidak terwujud.
Namun demikian, kita telah mendapatkan obat penawar dari semua persoalan yang kita hadapi. Pilihan ada di tangan kita masing-masing.
Apa tindakan selanjutnya yang kita lakukan dan bagaimana cara memperbaiki diri agar tidak terperosok dalam dosa yang sama.
Semoga kita diberi taufik dan hidayah oleh Allah agar senantiasa mampu memperbaiki diri dan selalu dalam kebaikan. Amin amin ya rabbal alamin.
Wallahu
a’lam bisshawab.
Posting Komentar