aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Nabi Adam Cemburu Kepada Umat Nabi Muhammad, Kok Bisa?

Nabi Adam Cemburu Kepada Umat Muhammad

Cemburu adalah perasaan natural yang muncul secara spontan dalam jiwa manusia. Meski kebanyakan orang mengaitkan rasa cemburu kepada cinta dan hal-hal yang bersifat negatif, rasa cemburu sebenarnya dapat muncul di berbagai latar kehidupan baik itu dalam ranah pertemanan, pekerjaan maupun konteks percintaan.

Sebagai manusia, pernah merasakan rasa cemburu merupakan hal yang wajar dan termasuk sunnatullah. Rasa cemburu ini akan menimbulkan perasaan kompleks yang memicu mencuatnya beragam emosional. Baca juga Adakah Cinta yang terlarang?

Cemburu dan Keunikannya

Hal yang unik dari rasa cemburu ini adalah apabila kita mampu mengontrol dan memaknai lebih spesifik, perasaan ini bisa dijadikan sebagai sinyal bahwa kita perlu mengevaluasi diri kita sendiri. 

Hubungan tersebut bisa dalam ranah vertikal dengan Allah maupun horizontal sesama manusia.

Hasil dari intropeksi ini bisa berujung pada hal yang positif. Sehingga, perasaan cemburu dapat dijadikan sebagai suatu hal yang diperlukan untuk mempererat hubungan menjadi lebih baik dan terus-menerus berkembang ke arah yang lebih baik. baca juga cara cerdas menyikapi masalah.

Ketika menisbahkan kecemburuan kepada sosok yang mulia yaitu Nabi Adam tidak bisa diinterpretasikan sebagai nilai negatif. Para Nabi adalah orang-orang pilihan dan telah dijamin kebenarannya dan terhindar dari hal yang tercela alias ma’sum.

Maka dari ini kita dapat melihat bagaimana seorang Nabi yang pertama diciptakan dan menjadi bapaknya manusia bisa timbul rasa kecemburuan terhadap umat Nabi Muhammad SAW. Seberapa istimewa kah umat Nabi akhir zaman ini sehingga mendapat perhatian khusus dari berbagai lintas zaman dan generasi.

Empat Kemuliaan Umat Nabi Muhammad

Dilansir dari kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi beliau memuatkan sebuah hikayah bahwasanya Nabi Adam AS pernah berkata :

“Allah SWT memberikan empat kemulian kepada umat Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah diberikan kepadanya.

Yang pertama, Allah menerima taubatku di Mekah sedangkan umat Nabi Muhammad mereka dapat bertaubat di mana saja dan diterima taubat mereka kapan saja.

Yang kedua, sesungguhnya aku berada dalam kondisi berpakaian. Ketika aku melakukan maksiat kepada Allah, maka Allah menjadikanku telanjang tanpa sehelai benang pun. Sedangkan umat Muhammad mereka melakukan kemaksiatan dalam kondisi telanjang tetapi tetap diberikan kepada mereka pakaian.

Yang ketiga, manakala aku melakukan kemaksiatan, Allah memisahkanku dengan istriku. Sedangkan umat Nabi Muhammad SAW mereka bergelimang dengan kemaksiatan tetapi mereka tidak pernah dipisahkan dengan istri-istri mereka.

Yang keempat, aku bermaksiat di dalam surga sehingga Allah mengeluarkanku dari surga sedangkan umat Muhammad SAW mereka bermaksiat di luar surga dan dimasukkan kedalam surga kalau mereka bertaubat”.

Ikhwan sekalian....

Nabi Adam AS mengetahui bahwasanya ada keistimewaan khusus yang Allah berikan kepada umat Nabi Muhammad sehingga beliau menginginkan kemuliaan tersebut juga terdapat pada dirinya. 

Bahkan seluruh Nabi pun juga berkeinginan yang sama untuk menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Tetapi, ketetapan Allah berlaku sebaliknya. Mereka tetap menjadi penyeru bagi umatnya masing-masing.

Maka sungguh ironis jika kita tidak mengetahui dan sadar diri terhadap siapakah kita sebenarnya. Apakah kualitas spritual dan sosial di bawah panji Rasulullah benar-benar masih menjadi ekspektasi dan harapan para umat terdahulu ketika melihat sikap kita saat ini.

Maka kita perlu belajar dari sisi kecemburuaan Nabi Adam terhadap umat Nabi Muhammad SAW sebagai magnet positif untuk mengembangkan diri serta intropeksi terhadap pola tingkah selama ini.

Tidak kah kecemburuan Nabi Adam tersebut menjadi cambuk untuk menyadarkan kembali keistimewaan yang diberikan Allah kepada kita. 

Sehingga, kita senantiasa berpacu untuk meningkatkan kualitas ibadah formal dengan Allah dan ibadah sosial sesama makhluk.

Secara tidak langsung Nabi Adam memberi solusi penting di dalam kehidupan kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Di balik sifat manusiawinya kita yang senantiasa melakukan hal-hal yang dilarang oleh syara’, Nabi Adam mengingatkan kita terhadap reaksi spontan apa yang mesti kita lakukan untuk menebus kesalahan diri.

Empat Pelajaran Penting 

Ada empat pelajaran penting yang diajarkan oleh Nabi Adam AS kepada kita yang perlu diperhatikan di balik kecemburuannya kepada umat Nabi Muhammad SAW:

Pertama

Nabi Adam menegaskan bahwa taubatnya baru diterima ketika setelah bersusah payah menempuh perjalanan dengan arah tujuan yang tidak jelas. Setelah sekian lama berjalan sehingga tiba di tanah haram Mekah, disitulah Allah baru menerima taubatnya.

Sedangkan kita di mana pun kita berada apabila terlanjur terjerumus dalam kemaksiatan kita bisa langsung bertaubat kepada Allah dan diterima oleh-Nya. Artinya, pintu taubat terbuka lebar kapan dan di mana saja bagi umat Nabi Muhammad SAW yang bermaksiat.

Tetapi, hal ini menjadi sepele bagi ahli maksiat dengan menunda-nunda taubat. Sedangkan Nabi Adam perlu perjuangan keras untuk bisa menerima ampunan daripada Allah SWT. 

Apakah kita pantas bermaksiat lalu menunda-nunda dalam bertaubat, sedangkan pintu taubat terbuka lebar di mana dan kapan saja?

Kedua

Ketika Nabi Adam bermaksiat kepada Allah, hukuman langsung diberikan seketika itu pula tanpa memberi limit waktu tertentu. Yaitu ditelanjangkan oleh Allah dengan tanpa ada sehelai benang pun di badan sehingga menutup diri dengan daun-daun pohon surga.

Sedangkan kita umat Nabi Muhammad SAW ketika melakukan suatu kedurhakaan kepada Allah, tidak langsung menghukum kita di tempat dan waktu itu pula. 

Hal ini menunjukkan bahwa Allah sedang melihat bagaimana respon kita ketika melanggar perintah Allah apakah sadar dengan kesalahannya sehingga langsung bertaubat, ataupun bersikap keras kepala dengan menyepelekannya sehingga menunda-nunda taubat.

Bagaimana kalau seandainya Allah langsung memberi hukuman ketika itu? Kita lupa bahkan tidak menyadari dan mengindahkan hak keistimewaan yang diberikan kepada kita sehingga semena-mena dalam tindakan. 

Namun, meskipun kita melakukan kemaksiatan, Allah tetap memberi fasilitas dan sarana kepada kita. Berbeda halnya dengan kondisi Nabi Adam AS. Sadarkah kita ini?

Ketiga

Nabi Adam ketika mendapatkan hukuman dari Allah merasakan efek langsung yang membuat beliau sangat sedih dan menyesal. Beliau dipisahkan dengan istrinya. Butuh usaha dan doa keras agar bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.

Ironisnya sikap kita adalah berani melakukan kemaksiatan dengan bersekongkol antara suami dan istri. Karena merasa nyaman dengan selalu bersama dan tidak ada yang menghalangi keduanya.

Konsekuensinya adalah nilai usaha dan doa dalam bingkai keluarga menjadi pupus sedikit demi sedikit. Rasa penyesalan terhadap tindakan yang melanggar syariat tidak lagi menghantuinya. Sehingga dapat berekspresi bebas yang kelihatan menarik tetapi semu.

Maka dari itu kita dapat belajar dari kasus Nabi Adam agar senatiasa memanfaatkan momen kebersamaan tersebut untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan yang baik. 

Bukan ketika diberi efek dari perbuatan baru menyadari terhadap kesalahan yang dilakukannya.

Keempat

Allah mengeluarkan Nabi Adam dari surga karena kemaksiatannya. Surga adalah tempat yang indah dan dikhususkan kepada orang-orang yang memiliki nilai kualitas baik dari sisi ketaatannya kepada Allah. 

Artinya mendapat keridhaan-Nya dalam tindakannya. Sedangkan kita yang bermaksiat di dunia ini, kalau kita mau bertaubat maka Allah akan memberikan tiket khusus untuk masuk surga.

Nabi Adam AS  mengingatkan kita bahwa tempat bukan menjadi faktor utama sehingga status seseorang itu dapat terjamin kebahagiaannya. Kita sekarang berada di dunia ini dengan segala pernak-perniknya harus mampu mengelolanya menjadi ladang ibadah. Bukan mengeluh dengan fasilitas yang ada.

Nabi Adam juga mengingatkan kita bahwa tidak sepantasnya kita melakukan hal-hal keji yang menentang dengan syariat di mana pun kita berada apalagi berada di tempat-tempat yang mempunyai nilai sakralnya sendiri. 

Setiap dari kita memiliki pengawas dan pencatat seluruh aktifitas kita. Sadarkah tidak tentang hal ini?.

Oleh karena itu, marilah kita muhasabah diri sendiri terhadap apa yang kita lakukan sehingga membuat Nabi Adam sendiri cemburu dengan keistimewaan yang Allah berikan kepada kita. 

Siapakah kita? Kita adalah umat Nabi Muhammad SAW. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita pantas mengaku umat Nabi Muhammad dengan tindakan kita yang selalu menyalahi syariat ? dan apakah Rasulullah mau mengakui kita ? 

Shallu Alan Nabi!

WAllahu a’lam bis shawab.

 

 

12 komentar

12 komentar

  • Debu Aksara
    Debu Aksara
    31 Desember 2021 pukul 16.32
    Kelak.. Saya ingin menulis kisah bersama anda disaat berjuang bersama² di Mudi tercinta.
    • Debu Aksara
      Admin
      5 Februari 2022 pukul 00.35
      Siap insyallah...
      Kisah perjuangan 💪
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    28 September 2021 pukul 12.41
    sngatt mnyentuh ilmunya ,shngga mngingatkn kta yg pnuh dg dosa slm ini,dn mlas brtaubat.mudah2 dg mmbca tulisan ini,allah mnggrakkan hti kta untuk mlkukan taubat,dan sngtlah brsykut bgi kta ummat muhammad yg dbri keistimewaan sprti itu.
    • Unknown
      Admin
      28 September 2021 pukul 12.48
      Amin..
      Yassarallah lana kula umurina
    Reply
  • Madrasah Santri
    Madrasah Santri
    27 September 2021 pukul 18.49
    Sangat beruntungnya kita sebagai umat nabi Muhammad, maka bersyukurlah, terimakasih ilmu nya Tgk ..
    • Madrasah Santri
      Admin
      27 September 2021 pukul 19.01
      Iya sama-sama
      Silahkan di share agar bisa dapat mengambil manfaat bersama...
    Reply
  • Yuda Maulana
    Yuda Maulana
    22 Agustus 2021 pukul 11.32
    Good job
    • Yuda Maulana
      Admin
      22 Agustus 2021 pukul 11.35
      Masih dalam proses
    Reply
  • Aulia Rahman
    Aulia Rahman
    21 Agustus 2021 pukul 16.36
    Luar biasa ustad. Terimakasih atas ilmunya ustad. semoga terus istiqamah dalam menyampaikan kisah hikmahnya ustad🙏
    • Aulia Rahman
      Admin
      21 Agustus 2021 pukul 16.44
      Iya sama sama
      Amin amin
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    21 Agustus 2021 pukul 16.12
    Bravo...sukses selalu ya
    • Unknown
      Admin
      21 Agustus 2021 pukul 16.43
      Amin
    Reply