aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Cara Sederhana Menjalani Hidup

Memenjarakan keinginan, mengekang nafsu adalah hal yang sangat dibenci oleh jiwa. Tubuh akan memberontak karena api gejolak yang menggebu-gebu. 

Tapi apa boleh buat, mereka berkata dan memang benar adanya “bagaimana kamu akan mendapat cicipan madu tanpa seekor lebah pun yang mencicipimu terlebih dahulu”.

Sepak terjang yang dimuntahkan belum tentu bisa menjamin destinasi berada dalam pangkuan. Apalagi menganut sistem keledai yang tidak pernah bosan terperosok di dalam lubang yang sama.

Kita tetap melajur pada jalan yang sama tetapi cara yang berbeda. Senada dengan perkataan mereka “bukan prinsip yang dirubah tetapi strategi perlu ditata kembali”. Baca juga Misteri umur 40 tahun yang jarang disadari

Ketika terperosok bukan lubang yang salah, tetapi gejolak jiwa yang memvonis sehingga terdokrin di kepala “gagal lagi gagal lagi, aku-aku saja”. 

Efeknya, sinyal negatif menyinari jiwa sehingga menjadi raga yang terluntai karena terantai oleh minim strategi dan cara olah aksi.

Si cerdik akan menyantul “hari ini kau menjebak dan menjeratku berarti kau menuntutku untuk menghiasimu”. Maka sinyal yang terpancar adalah positif sehingga melahirkan reaksi-reaksi baru dengan semangat yang membara untuk mengembangkan ide-ide yang brilian. Akhirnya senyumilah kegagalan!.

Manis pahitnya pengorbanan adalah sarapan. Meninggalkan sarapan berarti menyiksa diri dengan mengundang penyakit. Pengorbanan dan perjuangan bukan untuk disesali apalagi diratapi.

Berani berkorban berindikasi kepada pribadi yang siap menoreh sukses dan hasil yang maksimal. Karena mereka berkata “keberhasilanmu tergantung pada kadar usahamu”.

Maka jangan sampai engkau gantungkan usahamu lalu menunggu hasil terjun melayang ke mukamu. Dengan berani berdalih “semuanya telah ditakdirkan, apalagi yang perlu difikirkan”. 

Kata-kata yang menjurus tapi menjerumus. Siapa sih sebenarnya loe broe.. Baca juga Cerdas menyiasati masalah

Ingatlah Allah, para Malaikat, orang mukmin, mereka akan melihat jerih payahmu. Karena pengorbananmu yang mengangkat tinggi kedudukanmu bukan hasil yang telah digenggam. 

Buktinya, ketika Anda sukses, apa yang mereka perbincangkan? Pasti tentu proses keberhasilanmu.

Proses lebih utama dan mulia daripada sukses. Tidak berani melangkah tangga pertama jangan pernah bermimpi akan melayang ke tangga ribuannya. Berani sukses jangan pernah bermimpi tanpa ada proses. So, lewati proses capailah sukses!.

Membidik misi dengan segudang teori tanpa aksi hasilnya akan nihil. Beraksi tanpa dilandasi oleh materi penunjang agar proses lebih tertata dan rapi juga tidak bisa disepelekan. 

Realitanya, berapa banyak orang yang menempuh suatu hal yang sama tapi hasilnya bervariasi.

Sebagian orang akan berasumsi untuk membela diri “memang nasibku seperti ini”. Kalau seperti ini, nasib dijadikan kambing hitam untuk berlepas diri alias pasrah dan menyerah. 

Sehingga timbullah kesan negatif yang puncaknya suudhan kepada Allah. Ini dapat berakibat fatal dalam memandang dan memvonis realita yang ada. Dangerous thoughts broe...

Takdir dan nasib adalah dua tugu yang berada di atas rel yang harus dilalui dan tidak bisa dielak. Keduanya tidak bisa diharapkan dan tanpa sepengetahuan kapan akan melaluinya. Baca juga Mungkinkah takdir berubah

Menanti sesuatu yang tidak pasti kedatangannya walaupun benar-benar akan terjadi dapat menyita kesempatan dan tenaga dalam mencapai misi lainnya. 

Mereka mengingatkan “hari ini adalah milik anda, besok belum jelas ada, dan kemarin sudah berlambai sayonara”.

Meratapi yang telah terjadi dan mengharap sesuatu yang belum pasti berarti memenjarakan diri dan aksi tanpa mempunyai torehan yang nyata dalam mencapai destinasi.

Semua dari kita menyadari, waktu itu baru terasa penting setelah tidak ada kesempatan untuk mengulanginya. 

Dan setiap kita akan terlena ketika waktu dan kesempatan itu berbarengan dengan kita dalam beragam aktivitas.

Mengorganisir waktu secara tepat dan cermat membutuhkan kelihaian pasti. Semuanya harus merujuk pada target yang akan dicapai. Mereka berujar “target dapat mempersempit ruang lingkup dan lebih mudah mencapai maksud”. 

Ketika target jelas dan pasti, jiwa dan raga akan terpanggil untuk mengerahkan seluruh totalitas dalam mencapai suatu kualitas maupun kuantitas. Baca juga Saat harapan tidak terwujud

Sehingga meni detik yang dilalui lebih berharga daripada emas. Para pelari olimpiade telah membuktikan dan merasakan betapa pentingnya meni detik untuk bisa meraih medali emas.

Kalau tidak yakin, tunggulah penyesalan itu menjemputmu untuk mencaci maki masa kelalaianmu. Jangan pernah salahkan akibat karena olah dan tingkah yang diaksikan oleh sebab. Okkey...

Puncak kegagalan dan keterpurukan adalah meragukan kemampuan diri sendiri. Sehingga terperosok dalam hayalan pribadi orang lain. Ragu-ragu adalah penyakit kronis dan bahkan dapat membunuhmu.

Singkirkanlah keraguan, tancapkanlah keyakinan dan kepercayaan di dasar lubuk hatimu. Rasakanlah pancaran sinarnya yang menghiasi kehidupanmu. Tanpa ada mengeluh, mengkambinghitamkan, berlepas diri dan berputus asa.

Mereka yang meragukan diri sendiri dan kemampuannya diakibatkan termakan mitos salah kaprah. Mereka berkeyakinan bahwa “sukse harus menjadi seperti pribadi dan jiwa yang mereka kagumi karena kesuksesannya”. 

Efeknya mereka melepaskan pakaian fitrah dan kepribadiannya dan berusaha menjadi sosok pribadi orang lain.

Anda baru bertitel sukses bukan berarti anda harus menjadi Bill Gates, Albert Einsten dan sederetan tokoh lainnya. Karena mereka sendiri berprinsip “jadilah yang terbaik menurut versimu sendiri”. 

Jangan pernah mengukur kesuksesan ayam kalau sudah bisa terbang seperti elang dengan berdalih sama-sama memiliki sayap.

Kembangkanlah dan usahakanlah karirmu. Percayalah pada dirimu sendiri. Jalanilah dengan istiqamah. Capaikanlah kesuksesanmu menurut versimu sendiri.

Tidak ada unsur pemaksaan dan pemerasan dalam menjadi diri sendiri. Tetapi yakinilah menjadi pribadi orang lain sangat terpaksa dan tertekan. Messi masih tetap meniti karir di lapangan hijau bukan menjadi seorang Packman di atas ring tinju.

Status Anda sebagai penuntut ilmu bukan kekayaan yang menjadi ukuran kesuksesanmu. Apatislah terhadap orang yang yang beranggapan “kamu baru sukses diukur dengan barometer kekayaan”. Baca juga 3 tipe orang yang menghadiri majelis ilmu, janganlah jadi tipe yang ketiga

Secara logika, meniti jalan insinyur bukan untuk mendapatkan profesi ahli hubungan internasional. Tetapi sangat rasional kalau berhubungan dengan kontruksi. Maka pahamilah keadaanmu saat ini dan jangan salah menimbang orientasi.

Biarkan insinyur yang mengurus tentang kontruksi. Biarka politikus yang memainkan peran politiknya. Jangan biarkan diri Anda melenceng dari orientasi Anda yang telah Anda rajut dari awal.

Baca Juga:Tidak Mau Mengambil Warisan, Waraskah?

Sadarilah jika anda seorang santri, orientasimu adalah ulama dan murabbi yang akan mendidik seluruh lini dan lintas profesi sesuai ajaran nabi dan titah ilahi.

Kenalilah siapa dirimu dan perjuangkanlah. Karena orang lain tidak sempat memikirkan statusmu. Mereka juga sibuk untuk senantiasa upgrade diri dan memperbaiki kasta kehidupan.

Semoga kita istiqamah dan konsisten dan tidak terpengaruh dengan bias  orientasi yang disebabkan oleh obsesi-obsesi semu.

Wallahu a’lam...

4 komentar

4 komentar

  • Madrasah Santri
    Madrasah Santri
    5 Oktober 2021 pukul 19.17
    Semoga kita istiqamah selalu..
    • Madrasah Santri
      Muhammad Khalidin Aly
      5 Oktober 2021 pukul 19.23
      Amin amin
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    5 Oktober 2021 pukul 17.03
    Sangat bermanfaat...
    • Unknown
      Muhammad Khalidin Aly
      5 Oktober 2021 pukul 17.36
      Alhamdulillah
    Reply