aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Syarat Memperoleh Syahid Karena Cinta

Syahid Karena Cinta

Berbicara soal cinta emang tidak akan habis-habisnya. Tidak cukup bab untuk membahasnya. Meskipun nyawa telah terenggut, juga ada kiprah cinta dalam prosesnya. Ya mendapat kemuliaan dengan mendapatkan pahala syahid karena cinta.

Syahid adalah salah satu tiket VIP yang diberikan oleh Allah SWT. Maka barangsiapa mampu mendapatkan tiket tersebut berarti mereka adalah orang yang sangat beruntung.

Banyak sekali janji-janji Allah kepada orang yang mendapatkan tiket syahid ini. Di antaranya adalah firman Allah

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (QS. Ali Imran : 169)

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

يُغْفَر للشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ إلَّا الدَّيْنَ

Orang mati syahid akan diampunkan seluruh dosanya kecuali hutang.

Sebelum jauh kita membahas tentang permasalahan syahid kita perlu mengenal apa itu syahid?

Pengertian Syahid

Syahid merupakan salah satu terminologi dalam islam yang artinya adalah seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah SWT membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.

Ketika kita mendengar istilah syahid, pikiran kita langsung tertuju kepada peperangan melawan orang kafir. Ternyata bukan itu saja seseorang bisa meraih pahala syahid.

Mati syahid adalah seseorang yang meninggal dalam keadaan sedang beribadah atau mati dalam keadaan yang menderita, termasuk di dalamnya adalah menderita karena rindu dan cinta.

Dalam kitab Hâsyiyah I’ânah Ath-Thâlibîn karangan Abî Bakr ‘Utsmân bin Muhammad Syaththâ (w. 1300 H) beliau menjelaskan bahwa mati syahid itu ada tiga macam yaitu syahid dunia-akhirat, syahid dunia, dan syahid akhirat.

3 Macam Syahid

Pertama, Syahid Dunia dan Akhirat

Yaitu orang-orang yang gugur di medan perang dalam memerangi orang kafir karena menunaikan perintah agama. 

Yaitu berperang melawan penjajah demi tegaknya agama islam atau dikenal dengan istilah li i’lâ`i kalimatillah (menjunjung tinggi kalimat Allah) dan nilai-nilai kemanusiaan di muka bumi.

Kedua, Syahid Dunia

Yaitu orang yang secara lahiriyah nampak berperang demi menjalankan kewajiban dan perintah agama. Namun di dalam hatinya terdapat niat dan tekad untuk mendapatkan harta rampasan perang (ghanîmah).

Dua syahid di atas kita tidak diperbolehkan untuk menshalati dan memandikannya, cukup dikafani  saja lalu dikuburkan.

Ketiga, Syahid Akhirat

Yaitu orang-orang yang meninggal dalam keadaan menderita. Penyebab terjadi penderitaan ini secara umum dapat dibagi dalam dua faktor yaitu internal dan eksternal.

Penderitaan yang disebabkan oleh kondisi internal seseorang adalah seperti perempuan yang meninggal karena melahirkan, penuntut ilmu meski meninggal dalam kondisi sedang tidur, dan lain-lain

Sedangkan penderitaan yang disebabkan oleh kondisi eksternal adalah seseorang yang sehat secara jasmani maupun rohani, namun ia meninggal karena tertimpa suatu musibah seperti meninggal karena tenggelam, kebakaran, dibunuh dan lain-lain.

Orang yang meninggal dalam kategori syahid akhirat maka untuk proses tajhiz mayat sama seperti orang meninggal biasa. Yaitu dimandikan, dishalatkan, dikafankan dan dikuburkan.

Penulis Hâsyiyah I’ânah Ath-Thâlibîn dalam menjelaskan orang-orang yang meninggal karena syahid akhirat ini beliau menutup dengan menyinggung orang yang meninggal karena menahan rindu dan cinta yang menggebu-gebu.

Menurut beliau meninggal karena menahan cinta dan rindu yang sangat menggebu-gebu adalah bagian dari mati syahid akhirat. Akan tetapi ada syaratnya.

Syarat-Syarat Memperoleh Pahala Syahid

Pertama, al-‘Iffah 

Yaitu mampu menahan diri dari hal-hal yang diharamkan dalam agama. Yakni seandainya orang tersebut ada kesempatan untuk berduaan dengan kekasihnya, ia tidak akan melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah SWT tersebut meskipun hanya sebatas memandang kepadanya.

Kedua, al-Kitmân  

Yaitu tidak menyampaikan rasa cinta dan rindunya kepada siapapun, meskipun kepada kekasih yang sangat ia rindukan tersebut.

Mungkin dulu sempat populer kata-kata Dilan bahwa rindu itu berat. Memang begitu adanya dan faktanya. 

Orang yang meninggal karena merindukan kekasih dimasukkan ke dalam syahid akhirat.

Artinya orang tersebut tidak mendapatkan siksa di akhirat, karena semasa hidup menahan rindu dengan menjaga syarat-syarat di atas. 

Rindu adalah penderitaan yang begitu berat bagi siapa saja yang mengalaminya terlebih lagi jika tidak disampaikan kepada siapapun.

Imam Abû Hâmid al-Ghazâli dalam karya fenomenalnya Ihyâ` ‘Ulûmiddîn, beliau menjelaskan bahwa rindu adalah sebuah nama untuk menyebut perasaan cinta yang sangat mendalam. Imam Al-Ghazâli berkata:

وَالْمَحَبَّةُ إِذَا تَأَكَّدَتْ سُمِّيَتْ عِشْقًا فَلَا مَعْنَى لِلْعِشْقِ إِلَّا مَحَبَّةٌ مُؤَكِّدَةٌ مُفَرِّطَةٌ

Jika cinta sangat menguat maka itu dinamakan rindu. Tiada makna bagi rindu selain rasa cinta yang sangat ekstrim.

Dalam bab lain Imam al-Ghazâli juga menjelaskan tentang rindu bahwa:

وَلَوْ اِسْتَغْرَقَهُ الْعِشْقُ لَغَفَلَ عَنْ غَيْرِ الْمَعْشُوْقِ وَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهِ

Jikalau rindu sudah menggebu-gebu, maka seseorang akan lupa segalanya. Tidak ada yang ingin ditatapnya selain kekasih yang ia rindukan tersebut.

Karena penderitaan yang begitu mendalam yang disebabkan oleh cinta dan rindu, para fuqahâ` memasukkan kematian yang  disebabkan rindu ke dalam syahid akhirat.

Sebelum mengakhiri pembahasan ini saya akan mengutip nazam Abî Bakr ‘Utsmân bin Muhammad Syaththâ sebagaimana yang beliau kutip di akhir pembahasan syahid akhirat di atas.

Di akhir penjelasannya, beliau mengutip pendapat sebagian ulama dalam nazam berikut:

كَفَى الْمُحِبِّيْنَ فِيْ الدُّنْيَا عَذَابُهُمْ *** تَاللهِ لَا عَذَبَتْهُمْ بَعْدَهَا سَقَرُ

بَلْ جَنَّةُ الْخُلْدِ مَأْوَاهُمْ مُزَخْرَفَةً *** يُنْعَمُوْنَ بِهَا حَقًّا بِمَا صَبَرُوْا

فَكَيْفَ لَا، وَهُمْ حَبُّوْا وَقَدْ كَتَمُوْا *** مَعَ الْعِفَافِ؟ بِهَذَا يَشْهَدُ الْخَبَرُ

يَأْوُوْا قُصُوْرًا، وَمَا وُفُّوْا مَنَازِلَهُمْ *** حَتَّى يَرَوْا اللهَ، فِيْ ذَا جَاءَنَا الْأَثَرُ

Sudah cukup di dunia siksaan bagi para pecinta (yang tak sampai). Demi Allah kelak di akhirat mereka tidak tersiksa panasnya bara api neraka.

Surga keabadian akan menjadi tempatnya, mereka akan diberi perhiasan, diberi kenikmatan oleh Allah sebagai balasan atas kesabarannya.

Bagaimana tidak, mereka cinta, tapi merahasiakannya sembari menahan diri dari larangan-larangan Allah.

Mereka akan tinggal di istana-istana surga, kebahagiaannya menjadi sempurna dengan bertemu Allah (Sang Kekasih Abadi).

Kesimpulan

Oleh karena itu, Allah SWT sangat sayang dan cinta kepada kita sehingga banyak pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih kemulian yaitu mati syahid. 

Mulai dari mati dalam keadaan berperang, melahirkan, mencari ilmu, hingga menanggung cinta dan rindu yang terpendam.

Maka barangsiapa yang menderita karena Allah SWT maka kelak akan digembirakan oleh-Nya. Sebaliknya, barangsiapa yang gembira karena nafsu, maka akan disiksa oleh-Nya.

Meskipun demikian, ampunan Allah selalu terbuka bagi siapapun, kapanpun dan bagaimanapun bagi siapa saja yang mengetuk dan datang memohon dengan segenap ketulusan.

Wallahu a’lam bisshawab

 

Posting Komentar

Posting Komentar