![]() |
Nabi Berkata: Sya’ban Bulan Yang Terabaikan, Kok Bisa? |
Namun,
sejauh mana sudah persiapan kita menghadapi Ramadhan dan sebanyak apa sudah
bekal yang kita kumpulkan dalam bulan Sya’ban?
Perasaan kita yang tidak
menyadari akan berakhirnya Sya'ban, apakah itu yang menyebabkan Rasulullah
mengatakan bulan Sya’ban ini bulan yang sering diabaikan.
Atau ada apa sebenarnya
dalam bulan ini sehingga kesannya dianaktirikan dari bulan-bulan mulia
lainnya.
Sebelumnya, mari kita
menelisik terlebih dahulu apa saja keistimewaan dan peristiwa penting yang
terjadi dalam bulan Sya’ban ini.
Dengan mengetahui
hal tersebut menjadi cermin untuk menyorot setiap amal yang telah kita lakukan
selama dalam bulan ini.
9 Keistimewaan Dan Peristiwa Penting Dalam Bulan Sya’ban
1. Bulan yang Penuh Keberkahan
Bulan Sya’ban adalah
bulan yang penuh dengan keberkahan. Hal tersebut merupakan pengakuan dan
pernyataan dari Rasulullah SAW sendiri. Dalam sebuah riwayat terekam jelas
pengakuan Rasulullah SAW terhadap bulan Sya’ban.
Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika Bulan Sya’ban tiba, Rasulullah SAW memanjatkan doa
memohon keberkahan.
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ
وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُولُ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ
وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia
berkata; Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila memasuki
bulan Rajab, maka beliau berdoa: "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan
Sya’ban dan berkahilah kami di Ramadhan" Beliau bersabda: “Malam Jum’at
adalah malam mulia dan harinya terang benderang.” (H.R Ahmad 2228).
2. Perubahan Arah Kiblat
Peristiwa besar dalam Islam yaitu perubahan arah kiblat ternyata terjadi dalam bulan Sya’ban. Sebelumnya umat Islam menghadap kiblat ke Mekah, namun ketika Nabi hijrah ke Madinah beliau dan umat Islam ketika itu terpaksa menghadap Baitul Maqdis karena menuruti permintaan kaum Yahudi. Baca juga Spirit Cinta Rasulullah Kepada Umatnya.
Rasulullah pun merasakan
keberatan dengan hal tersebut sehingga terekam dalam Al-Quran bagaimana kondisi
Rasulullah ketika itu. Dalam surat al-Baqarah Allah menjelaskan perasaan
Rasulullah tersebut.
Hal yang unik dari
pribadi Rasulullah adalah beliau tidak meminta secara terus terang kepada Allah
terhadap keberatannya berpaling kiblat. Namun Allah memahami hal tersebut dari
bolak-baliknya wajah Rasulullah melihat langit.
قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِي
ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةٗ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ
ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ
وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن
رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ
Artinya: Sungguh Kami (sering)
melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (al-Baqarah ayat 144)
Dalam sebuah riwayat
disebutkan bahwa peristiwa perubahan arah kiblat terjadi pada bulan Sya’ban
tepatnya pada tanggal ketiga belas.
Abu Hatim berkata: kaum muslimin melaksanakan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 17 bulan lebih tiga hari, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi untuk shalat menghadap ke Ka’bah pada hari ketiga belas pertengahan bulan Sya’ban. Baca juga: Dua faktor penghambat nikmat shalat
3. Bulan Diangkatnya Amal Perbuatan Seorang Hamba
Pada bulan ini semua amal yang telah kita lakukan selama setahun penuh akan ditutup catatan kita dan dilaporkan kepada Allah SWT.
Mengenai hal ini, Rasulullah telah menjelaskan kepada para sahabat tentang persoalan ini. Imam Nasai meriwayatkan bahwa:
حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ
مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ
وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Imam Nasa'i meriwayatkan bahwa Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Nabi
SAW: “Wahai Rasulullah, mengapa aku
melihat engkau berpuasa pada bulan Sya’ban tidak seperti yang engkau lakukan
ketika berpuasa pada bulan-bulan yang lain?"
Rasulullah menjawab: “Pada bulan inilah orang-orang banyak tidak menyadarinya yaitu bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan.
Di bulan itulah amal-amal dihaturkan
dan dilaporkan kepada Tuhan alam semesta. Oleh karenanya, aku ingin agar ketika
amalku dipersembahkan kepada-Nya aku sedang berpuasa.”
Dari riwayat tersebut,
terdapat kandungan hikmah dan petunjuk kepada kita bahwa bulan Sya’ban adalah
saatnya amal kita dilaporkan kepada Allah SWT.
Maka ketika saat
tersebut kita berada dalam kondisi beribadah kepada Allah, itu akan memberi
pengaruh positif terhadap hasil laporan kita.
Sama seperti halnya
ketika kita melakukan suatu kebaikan dan hal terpuji tersebut yang dilaporkan
kepada atasan kita. Maka kita akan merasa senang dan merasa nyaman dan tentram.
Namun jika
sebaliknya yang terjadi, maka kita tidak akan pernah tenang dalam hidup ini.
Karenanya, puasa di bulan ini sebagaimana anjuran pada riwayat di atas memiliki
nilai psikologis yang tinggi, selain tentunya sebagai pengamalan salah satu
sunnah Nabi Muhamad SAW.
4. Melaksanakan Puasa Sunnah Bulan Sya’ban
Sayyidah Aisyah ra.
berkata: “Tidak pernah Nabi SAW berpuasa pada suatu bulan lebih banyak dari
bulan Sya’ban, karena pada bulan tersebut beliau berpuasa sebulan penuh.
Nabi SAW bersabda: “Lakukanlah kebajikan sekuat yang engkau sanggupi, karena Allah tidak akan
bosan sehingga kalian bosan sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).
Maksud sabda Nabi Sekuat yang kau sanggupi adalah dalam melakukan ibadah hendaknya dilakukan
dengan penuh semangat, motivasi tinggi, dan harapan kepada Allah. Karena yang
demikian akan menghilangkan kebosanan, kejemuan, dan keputusasaan.
Semua sifat-sifat negatif itu jika menyertai ibadah seseorang akan menjadi benalu yang merusak pahalanya. Baca Juga: Sifat Riya' Dapat Membuka Aib dan Penawar Sifat Dengki.
Dapat dipahami maksud
sabda Nabi, “karena Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan sendiri”
adalah bahwa Allah SWT tidak akan pernah lelah atau menghentikan dalam memberi
pahala bagi hamba-Nya yang beribadah.
Jadi sekuat apa pun dan
sebanyak apa kita melakukan ibadah tidak akan berpengaruh bagi Allah. Akan
tetapi sebaliknya itu semua akan berimbas kepada kita sendiri. Allah juga akan
selalu melipatgandakan pahala, selama hamba-Nya tekun dan semangat beribadah.
5. Bulan Memperbanyak Membaca Shalawat
Disebut demikian karena
menurut sebagian ulama, salah satunya Imam Al-Qasthalani dalam kitab
al-Mawahib al-Ladunniyyah bahwa ayat yang berisi perintah kepada kaum beriman
untuk membaca shalawat, turun di bulan Sya’ban.
Dalam Al-Quran Allah
menyatakan dan sebagai anjuran untuk bershalawat kepada Nabi bahwa:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
Artinya: “Sungguh Allah
dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surat al-Ahzab ayat 56).
Karenanya, bulan Sya’ban
dinamai pula dengan Syahrus Shalawat (bulan berselawat kepada
Nabi Muhammad SAW). Jumpai Kami Ya Rasulullah.
Syeikh Abdul Qadir
al-Jailani dalam Kitabnya al-Ghunnyah, Jilid 3 halaman 342 mengatakan:
وهو
شهر الصلاة على النبي المختار
“Sya’ban adalah bulan
bershalawat kepada Nabi pilihan”.
6. Memperbanyak Membaca Tahlil dan Istighfar
Bulan Sya’ban merupakan
waktu yang mulia dan dimuliakan oleh Rasulullah SAW. Sudah sepatutnya jika kita
melakukan kegiatan-kegiatan yang senafas dengan kemuliaan bulan tersebut.
Beberapa amalan berupa
bacaan selain membaca shalawat adalah memperbanyak membaca kalimat tauhid, “Laa
ilaaha Illallaah” dan membaca istighfar.
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Abu Bakar ra dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda:
“Hendaklah kalian membaca ‘La Ilaha IllAllah’ dan beristighfar (memohon ampun), sebab Iblis telah berkata, ‘Aku binasakan manusia dengan dosa-dosa namun mereka membinasakanku dengan La Ilaha IllAllah dan istighfar.
Maka ketika aku melihat hal tersebut, aku binasakan mereka dengan bujukan dan godaan dan mereka mengira bahwa mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (H.R Abu Ya'la).
7. Menghidupkan Malam Pertengahan Bulan Sya’ban dengan Kebaikan
Imam Baihaqi
meriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jibril datang
kepadaku dan berkata, ‘Ini adalah malam Nishfu Sya’ban, di mana
Allah memerdekakan hamba-hamba-Nya dari neraka pada malam ini sebanyak bulu
domba Bani Kilab, kecuali bagi orang musyrik, bercekcok, pemutus silaturrahim,
anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan peminum minuman keras.”
Riwayat di atas memberi
gambaran kemuliaan malam Nishfu Sya’ban, yaitu malam pertengahan
bulan Sya’ban. Pada malam itu, rahmat Allah SWT ditebarkan di atas bumi bagi
manusia yang saat itu beribadah, bermunajat, dan bertafakkur kepada Sang
Pencipta.
Bagi hamba yang
memohon ampun dari dosa-dosanya sekalipun dosanya sebanyak buih di lautan, tak
terhingga, maka ia akan diampuni semuanya, kecuali dosa-dosa yang disebutkan
dalam riwayat tersebut.
Salah satu keistimewaan
Bulan Sya’ban yakni malam Nishfu Sya’ban. Dalam Kitab Syu’abil
Iman lil Baihaqi, Jilid 5 halaman 360, hadits nomor 3552 disebutkan
mengenai keistimewaan malam Nishfu Sya’ban sebagai berikut:
أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْمَنْصُوْرِيُّ النُّوْقَانِيُّ، بِهَا أَخْبَرَنَا أَبُوْ حَاتِمٍ مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ بْنِ أَحْمَدَ الْبُسْتِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُعَافَى بِصَيْدَا، نا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْرَقُ، نا أَبُوْ خُلَيْدٍ وَهُوَ عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، وَابْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ يُخَامِرَ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ فِي اللَّيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Artinya: "Dari
Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Allah memperhatikan kepada semua mahkluk-Nya pada malam Nishfu
Sya’ban. Maka Dia memberi ampunan kepada semua mahkluk-Nya, kecuali kepada
orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
(
قَالَ الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ
يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى
وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ
شَعْبَانَ
Imam Syafi’i berkata:
Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu: Malam
Jum’at, Malam ldul Adha, Malam ldul Fithri, Malam awal Rajab dan Malam NishfuSya’ban.
8. Bulannya Nabi Muhammad
Sayyid Muhammad juga menampilkan salah satu
Hadits yang diriwayatkan Imam al-Dailami
yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
شَعْباَنُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ
اللِه وَشَعْبَانُ المُطَهِّرُ وَرَمَضَانُ المُكَفِّرُ
Artinya: “Sya’ban adalah bulan (milik-ku), dan
Ramadhan bulan (milik-Nya) Allah. Bulan Sya’ban menyucikan dan Ramadhan
menghapuskan dosa”.
9. Bulan Dikabulkannya Hajat
Dalam Kitab Sunan Ibn Majah jilid 1 halaman 444, hadits nomor 1388 menyebutkan bahwa:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ
قَالَ قَالَ رَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ( إِذَا كَانَتْ
لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا
. فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا
. فَيَقُوْلُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مِنْ
مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا
حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ ) "
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila telah datang malam Nishfu Sya’ban, maka berqiyamullail-lah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya.
Sesungguhnya (rahmat) Allah turun pada malam itu ke langit yang paling bawah ketika terbenamnya matahari, kemudian Allah menyeru “Adakah orang yang meminta maaf kepadaku, maka akan Aku ampuni.
Adakah yang meminta rizqi,
maka Aku akan melimpahkan rizqi kepadanya. Adakah orang yang sakit, maka akan
Aku sembuhkan”. Dan hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar”.
Rekomendasi Topik Spesial:
Itu merupakan sebagian dari kelebihan dan peristiwa yang terjadi dalam bulan Sya’ban. Semoga setelah mengetahui hal di atas, kita bisa menjadi lebih giat dalam beribadah.
Karena kualitas dan kuantitas kita dalam beribadah sangat tergantung dengan pengetahuan kita terhadap hal tersebut.
Maka marilah kita memperbanyak kajian dan menuntut ilmu
agar semakin banyak pintu kejahilan yang terbuka sehingga diterangi oleh cahaya
keilmuan.
Ini Alasan Kenapa Sya'ban Bulan yang Terabaikan
Namun, kenapa bulan ini
diabaikan? Karena itu merupakan pengakuan dari Rasulullah sendiri.
Sya’ban letaknya diapit
oleh dua bulan mulia, yakni Rajab dan Ramadhan, sehingga kerap kali
“keistimewaanya” kurang mendapat perhatian, Sebagaimana Sabda Rasulullah:
ذاك شهر تغفل الناس عنه بين رجب ورمضان
Bulan Sya’ban adalah
bulan yang (kemuliaannya) dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab
dan bulan Ramadhan”. (HR. Abu Dawud dan An-Nasai).
Pengakuan Rasulullah
terhadap hal itu juga sangat jelas Rasulullah terangkan sebagaimana yang
tertera pada hadis yang terletak pada poin ketiga.
Semoga kita sampai di
bulan Ramadhan serta diberi taufik dan hidayah agar istiqamah dalam ibadah.
Amin amin...
WAllahu A’lam bis
Shawab..
Disarikan
dari kitab Madza fi Sya`ban karya
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
Posting Komentar