aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Nabi Berkata: Sya’ban Bulan Yang Terabaikan, Kok Bisa?

Nabi Berkata: Sya’ban Bulan Yang Terabaikan, Kok Bisa?   

T anpa kita sadari, Sya’ban hampir pamit meninggalkan kita. Tidak lama lagi tamu spesial akan menghampiri. Ingatkah kita pernyataan Rasulullah. Nabi berkata: Sya'ban bulan yang terabaikan, kok bisa? 

Namun, sejauh mana sudah persiapan kita menghadapi Ramadhan dan sebanyak apa sudah bekal yang kita kumpulkan dalam bulan Sya’ban?

Perasaan kita yang tidak menyadari akan berakhirnya Sya'ban, apakah itu yang menyebabkan Rasulullah mengatakan bulan Sya’ban ini bulan yang sering diabaikan.

Atau ada apa sebenarnya dalam bulan ini sehingga kesannya dianaktirikan dari bulan-bulan mulia lainnya. 

Sebelumnya, mari kita menelisik terlebih dahulu apa saja keistimewaan dan peristiwa penting yang terjadi dalam bulan Sya’ban ini. 

Dengan mengetahui hal tersebut menjadi cermin untuk menyorot setiap amal yang telah kita lakukan selama dalam bulan ini.

9 Keistimewaan Dan Peristiwa Penting Dalam Bulan Sya’ban

1.  Bulan yang Penuh Keberkahan

Bulan Sya’ban adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Hal tersebut merupakan pengakuan dan pernyataan dari Rasulullah SAW sendiri. Dalam sebuah riwayat terekam jelas pengakuan Rasulullah SAW terhadap bulan Sya’ban.

Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika Bulan Sya’ban tiba, Rasulullah SAW memanjatkan doa memohon keberkahan.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُولُ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata; Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila memasuki bulan Rajab, maka beliau berdoa: "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan berkahilah kami di Ramadhan" Beliau bersabda: “Malam Jum’at adalah malam mulia dan harinya terang benderang.”  (H.R Ahmad 2228).

2.  Perubahan Arah Kiblat 

Peristiwa besar dalam Islam yaitu perubahan arah kiblat ternyata terjadi dalam bulan Sya’ban. Sebelumnya umat Islam menghadap kiblat ke Mekah, namun ketika Nabi hijrah ke Madinah beliau dan umat Islam ketika itu terpaksa menghadap Baitul Maqdis karena menuruti permintaan kaum Yahudi. Baca juga Spirit Cinta Rasulullah Kepada Umatnya

Rasulullah pun merasakan keberatan dengan hal tersebut sehingga terekam dalam Al-Quran bagaimana kondisi Rasulullah ketika itu. Dalam surat al-Baqarah Allah menjelaskan perasaan Rasulullah tersebut. 

Hal yang unik dari pribadi Rasulullah adalah beliau tidak meminta secara terus terang kepada Allah terhadap keberatannya berpaling kiblat. Namun Allah memahami hal tersebut dari bolak-baliknya wajah Rasulullah melihat langit.

قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِي ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةٗ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (al-Baqarah ayat 144)

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa peristiwa perubahan arah kiblat terjadi pada bulan Sya’ban tepatnya pada tanggal ketiga belas.

Abu Hatim berkata: kaum muslimin melaksanakan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 17 bulan lebih tiga hari, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi untuk shalat menghadap ke Ka’bah pada hari ketiga belas pertengahan bulan Sya’ban. Baca juga: Dua faktor penghambat nikmat shalat

3.  Bulan Diangkatnya Amal Perbuatan Seorang Hamba 

Pada bulan ini semua amal yang telah kita lakukan selama setahun penuh akan ditutup catatan kita dan dilaporkan kepada Allah SWT. 

Mengenai hal ini, Rasulullah telah menjelaskan kepada para sahabat tentang persoalan ini. Imam Nasai meriwayatkan bahwa:

حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Imam Nasa'i meriwayatkan bahwa Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Nabi SAW: “Wahai Rasulullah, mengapa aku melihat engkau berpuasa pada bulan Sya’ban tidak seperti yang engkau lakukan ketika berpuasa pada bulan-bulan yang lain?"

Rasulullah menjawab: “Pada bulan inilah orang-orang banyak tidak menyadarinya yaitu bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. 

Di bulan itulah amal-amal dihaturkan dan dilaporkan kepada Tuhan alam semesta. Oleh karenanya, aku ingin agar ketika amalku dipersembahkan kepada-Nya aku sedang berpuasa.”

Dari riwayat tersebut, terdapat kandungan hikmah dan petunjuk kepada kita bahwa bulan Sya’ban adalah saatnya amal kita dilaporkan kepada Allah SWT.

Maka ketika saat tersebut kita berada dalam kondisi beribadah kepada Allah, itu akan memberi pengaruh positif terhadap hasil laporan kita.

Sama seperti halnya ketika kita melakukan suatu kebaikan dan hal terpuji tersebut yang dilaporkan kepada atasan kita. Maka kita akan merasa senang dan merasa nyaman dan tentram.

Namun jika sebaliknya yang terjadi, maka kita tidak akan pernah tenang dalam hidup ini. Karenanya, puasa di bulan ini sebagaimana anjuran pada riwayat di atas memiliki nilai psikologis yang tinggi, selain tentunya sebagai pengamalan salah satu sunnah Nabi Muhamad SAW.

4.  Melaksanakan Puasa Sunnah Bulan Sya’ban

Sayyidah Aisyah ra. berkata: “Tidak pernah Nabi SAW berpuasa pada suatu bulan lebih banyak dari bulan Sya’ban, karena pada bulan tersebut beliau berpuasa sebulan penuh.

Nabi SAW bersabda: “Lakukanlah kebajikan sekuat yang engkau sanggupi, karena Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).

Maksud sabda Nabi Sekuat yang kau sanggupi adalah dalam melakukan ibadah hendaknya dilakukan dengan penuh semangat, motivasi tinggi, dan harapan kepada Allah. Karena yang demikian akan menghilangkan kebosanan, kejemuan, dan keputusasaan.

Semua sifat-sifat negatif itu jika menyertai ibadah seseorang akan menjadi benalu yang merusak pahalanya. Baca Juga: Sifat Riya' Dapat Membuka Aib dan Penawar Sifat Dengki

Dapat dipahami maksud sabda Nabi, “karena Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan sendiri” adalah bahwa Allah SWT tidak akan pernah lelah atau menghentikan dalam memberi pahala bagi hamba-Nya yang beribadah.

Jadi sekuat apa pun dan sebanyak apa kita melakukan ibadah tidak akan berpengaruh bagi Allah. Akan tetapi sebaliknya itu semua akan berimbas kepada kita sendiri. Allah juga akan selalu melipatgandakan pahala, selama hamba-Nya tekun dan semangat beribadah.

5.  Bulan Memperbanyak Membaca Shalawat 

Disebut demikian karena menurut sebagian ulama, salah satunya Imam Al-Qasthalani dalam kitab al-Mawahib al-Ladunniyyah bahwa ayat yang berisi perintah kepada kaum beriman untuk membaca shalawat, turun di bulan Sya’ban.

Dalam Al-Quran Allah menyatakan dan sebagai anjuran untuk bershalawat kepada Nabi bahwa:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surat al-Ahzab ayat 56). 

Karenanya, bulan Sya’ban dinamai pula dengan Syahrus Shalawat (bulan berselawat kepada Nabi Muhammad SAW). Jumpai Kami Ya Rasulullah

Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Kitabnya al-Ghunnyah, Jilid 3 halaman 342 mengatakan:

 وهو شهر الصلاة على النبي المختار

“Sya’ban adalah bulan bershalawat kepada Nabi pilihan”.

6.  Memperbanyak Membaca Tahlil dan Istighfar

Bulan Sya’ban merupakan waktu yang mulia dan dimuliakan oleh Rasulullah SAW. Sudah sepatutnya jika kita melakukan kegiatan-kegiatan yang senafas dengan kemuliaan bulan tersebut.

Beberapa amalan berupa bacaan selain membaca shalawat adalah memperbanyak membaca kalimat tauhid, “Laa ilaaha Illallaah” dan membaca istighfar.

Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Abu Bakar ra dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda:

“Hendaklah kalian membaca ‘La Ilaha IllAllah’ dan beristighfar (memohon ampun), sebab Iblis telah berkata, ‘Aku binasakan manusia dengan dosa-dosa namun mereka membinasakanku dengan La Ilaha IllAllah dan istighfar. 

Maka ketika aku melihat hal tersebut, aku binasakan mereka dengan bujukan dan godaan dan mereka mengira bahwa mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (H.R Abu Ya'la).

7.  Menghidupkan Malam Pertengahan Bulan Sya’ban dengan Kebaikan

Imam Baihaqi meriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Ini adalah malam Nishfu Sya’ban, di mana Allah memerdekakan hamba-hamba-Nya dari neraka pada malam ini sebanyak bulu domba Bani Kilab, kecuali bagi orang musyrik, bercekcok, pemutus silaturrahim, anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan peminum minuman keras.”

Riwayat di atas memberi gambaran kemuliaan malam Nishfu Sya’ban, yaitu malam pertengahan bulan Sya’ban. Pada malam itu, rahmat Allah SWT ditebarkan di atas bumi bagi manusia yang saat itu beribadah, bermunajat, dan bertafakkur kepada Sang Pencipta.

Bagi hamba yang memohon ampun dari dosa-dosanya sekalipun dosanya sebanyak buih di lautan, tak terhingga, maka ia akan diampuni semuanya, kecuali dosa-dosa yang disebutkan dalam riwayat tersebut.

Salah satu keistimewaan Bulan Sya’ban yakni malam Nishfu Sya’ban. Dalam Kitab Syu’abil Iman lil Baihaqi, Jilid 5 halaman 360, hadits nomor 3552 disebutkan mengenai keistimewaan malam Nishfu Sya’ban sebagai berikut:

 أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْمَنْصُوْرِيُّ النُّوْقَانِيُّ، بِهَا أَخْبَرَنَا أَبُوْ حَاتِمٍ مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ بْنِ أَحْمَدَ الْبُسْتِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُعَافَى بِصَيْدَا، نا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْرَقُ، نا أَبُوْ خُلَيْدٍ وَهُوَ عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، وَابْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ يُخَامِرَ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ فِي اللَّيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Artinya: "Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: "Allah memperhatikan kepada semua mahkluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban. Maka Dia memberi ampunan kepada semua mahkluk-Nya, kecuali kepada orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.”

 ( قَالَ الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Imam Syafi’i berkata: Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu: Malam Jum’at, Malam ldul Adha, Malam ldul Fithri, Malam awal Rajab dan Malam NishfuSya’ban.

8.  Bulannya Nabi Muhammad

Sayyid Muhammad juga menampilkan salah satu Hadits yang diriwayatkan Imam al-Dailami yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:

 شَعْباَنُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ اللِه وَشَعْبَانُ المُطَهِّرُ وَرَمَضَانُ المُكَفِّرُ

Artinya: “Sya’ban adalah bulan (milik-ku), dan Ramadhan bulan (milik-Nya) Allah. Bulan Sya’ban menyucikan dan Ramadhan menghapuskan dosa”.

9.  Bulan Dikabulkannya Hajat

Dalam Kitab Sunan Ibn Majah jilid 1 halaman 444, hadits nomor 1388 menyebutkan bahwa:

 عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ( إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا . فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا . فَيَقُوْلُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ ) "

Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila telah datang malam Nishfu Sya’ban, maka berqiyamullail-lah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. 

Sesungguhnya (rahmat) Allah turun pada malam itu ke langit yang paling bawah ketika terbenamnya matahari, kemudian Allah menyeru “Adakah orang yang meminta maaf kepadaku, maka akan Aku ampuni. 

Adakah yang meminta rizqi, maka Aku akan melimpahkan rizqi kepadanya. Adakah orang yang sakit, maka akan Aku sembuhkan”. Dan hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar”.

Rekomendasi Topik Spesial:

Itu merupakan sebagian dari kelebihan dan peristiwa yang terjadi dalam bulan Sya’ban. Semoga setelah mengetahui hal di atas, kita bisa menjadi lebih giat dalam beribadah.

Karena kualitas dan kuantitas kita dalam beribadah sangat tergantung dengan pengetahuan kita terhadap hal tersebut. 

Maka marilah kita memperbanyak kajian dan menuntut ilmu agar semakin banyak pintu kejahilan yang terbuka sehingga diterangi oleh cahaya keilmuan.

Ini Alasan Kenapa Sya'ban Bulan yang Terabaikan

Namun, kenapa bulan ini diabaikan? Karena itu merupakan pengakuan dari Rasulullah sendiri.

Sya’ban letaknya diapit oleh dua bulan mulia, yakni Rajab dan Ramadhan, sehingga kerap kali “keistimewaanya” kurang mendapat perhatian, Sebagaimana Sabda Rasulullah:

ذاك شهر تغفل الناس عنه بين رجب ورمضان

Bulan Sya’ban adalah bulan yang (kemuliaannya) dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan”. (HR. Abu Dawud dan An-Nasai). 

Pengakuan Rasulullah terhadap hal itu juga sangat jelas Rasulullah terangkan sebagaimana yang tertera pada hadis yang terletak pada poin ketiga.

Semoga kita sampai di bulan Ramadhan serta diberi taufik dan hidayah agar istiqamah dalam ibadah. Amin amin...

WAllahu A’lam bis Shawab..

 


Disarikan dari  kitab Madza fi Sya`ban karya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki

Posting Komentar

Posting Komentar