aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Sikap Umat Islam Dalam Menyikapi Konflik Rusia Dan Ukraina

ilustrasi perang Rusia dan Ukraina

Akhir-akhir ini konflik perang antara Rusia dan Ukraina menjadi berita hangat yang selalu ditunggu-tunggu kabar terbaru terhadap perkembangan kerusuhannya.

Sebelumnya peperangan hanya sebatas dalam dunia perfilman, kini sudah menjadi nyata bukan hanya hasil imajinasi seorang yang menulis plot cerita.

Dalam menghadapi situasi seperti  ini, setiap orang memiliki argumen tersendiri terhadap konflik yang sedang terjadi tersebut. Peperangan yang terjadi saat ini cukup menyita perhatian publik dunia.

Sikap pro-kontra terhadap invasi Rusia dan Ukraina cukup memanas. Bahkan sampai kedua belah pihak membuka lowongan dan perekrutan untuk ikut membela Ukraina maupun bertempur atas nama Rusia.

Invasi seperti ini sebenarnya bukan hanya kemarin saja ketika rusia menginvasi Ukraina. Namun sebelumnya juga banyak terjadi peperangan bahkan sampai saat ini ada yang masih berlangsung.

Tetapi respon terhadap peperangan yang telah terjadi dulu tidak sereflek dengan invasi ini.Inilah yang menjadi titik perdebatan panjang dan emosi publik terhadap situasi perang saat ini.

Di samping itu, di balik pro-kontra peperangan ini kita harus mengetahui bagaimana sebenarnya kita bersikap sesuai dengan aturan agama Islam. Terlepas peperangan itu bukan persoalan lintas agama akan tetapi kita hanya sebatas memperjuangkan rasa kemanusian dan peka terhadap nilai perdamaian yang harus dilestarikan di bumi ini.

Perang merupakan hal yang sangat ditakuti dan dihindari oleh setiap negara bahkan untuk ikut campur pun banyak pertimbangan. Karena dengan adanya peperangan banyak sekali kerugian dan kerusakan yang akan terjadi. Apalagi menyangkut dengan persoalan nyawa.

Namun, terlepas dari itu semua, bagaimana sebenarnya umat Islam menyikapi hal yang terjadi tersebut? Bukankah Islam itu rahmatan lil ‘alamin ? penebar kesejahteraan dan rahmat bagi seluruh penduduk bumi.

Sikap Umat Islam Dalam Menyikapi Konflik

Tentu saja Islam telah mengajarkan kita dan memberi solusi secara jelas dan tegas mengenai hal itu.

Di dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ، عَنِ الْأَعْمَشِ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ ، عَنْ سَالِمٍ، عن أبي الدرداء-رضي الله عنه-قال: قال رسول الله-صلى الله عليه وسلم-: (ألا أخبركم بأفضل من درجة الصيام، والصلاة، والصدقة؟. قالوا: بلى. قال: صلاح ذات البين فإن فساد ذات البين هي الحالقة). رواه الترميذي

Artinya:

Dari Abu Darda Ra (w. 32 H), Rasulullah Saw berkata: "Maukah kalian saya beri tahu tentang amal yang derajatnya lebih tinggi dari shalat, puasa, dan sedekah?”, sahabat menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”, Rasulullah Saw bersabda: “Yaitu mendamaikan dua pihak yang bermusuhan. Karena sesungguhnya bila dua orang yang bermusuhan itu sudah rusak (nalar dan perilakunya) maka dia akan memangkas (agama mereka)". HR. At-Tirmidzi.

Dari hadis di atas Rasulullah Saw memberitahu kita peran apa yang harus kita ambil ketika terjadi perselisihan maupun peperangan.

kita dapat memahami bahwa jika ada dua orang atau lebih dalam suasana bertikai atau bersengketa, maka kita selaku orang Islam sejatinya adalah harus menjadi orang penengah. 

Di antara sikap menjadi penengah dalam kasus di atas adalah memberikan solusi bukan malah memberi provokasi atau memancing kericuhan dengan menyebarkan opini yang merusak, menebar ketenangan.

Dan jangan mengambil keuntungan pada kondisi tersebut yang salah satu atau kedua orang yang bertikai malah mengalami kerugian karena ulah kita. Artinya jangan mempergunakan kesempatan dalam kesempitan untuk mengambil manfaat.

Bahkan dalam Hadis tersebut Rasulullah SAW menerangkan keutamaan menenangkan orang yang sedang berselisih yaitu sangat mulia menandingi shalat, puasa, dan sedekah. Baca juga Spirirt Cinta Rasulullah Kepada Kita.

Potret Rasulullah dalam Menangani Konflik

Rasulullah SAW sendiri telah memberikan potret terhadap kita dalam menghadapi situasi seperti ini.

Contoh real yang pernah Rasulullah Saw lakukan yaitu ketika peletakan hajar aswad setelah direnovasinya Ka'bah. Padahal saat itu kalau seandainya Rasulullah Saw tidak menjadi penengah dari suku-suku arab tersebut maka akan terjadi peperangan yang luar biasa.

Namun, Rasulullah Saw menenangkan dan mendamaikan potensi terjadinya konflik antara suku Arab pada saat itu. 

Contoh lainnya adalah ketika Rasulullah Saw tiba di Madinah. Beliau mampu mempersaudarakan antara suku Aus dan Khazraj yang sudah berlangsungnya memanas konflik selama 6 abad.

Dan bukti lainnya adalah Rasulullah Saw juga mampu mepersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar guna mencegah konflik sosial di antara keduanya.

Di saat bersamaan, ayo kita menelisik kembali ke belakang pada masa kenabian ketika menebarkan risalah dakwah, ketika disakiti, diperangi. Al-Quran sendiri merespon terhadap hal dan situasi tersebut. 

Allah SWT merespon dengan lembut dan santun sebagaimana yang tertera dalam surat Fussilat ayat 34:

وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ

Artinya:

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. 

Dalam ayat di atas, Allah SWT memberikan solusi dan gambaran bahwa tidak sebaiknya kejelekan dibalas dengan kejelekan pula, kedhaliman dibalas dengan kedhaliman. justru Allah SWT memerintahkan kita untuk merespon setiap keburukan dengan kebaikan, kedamaian, ketenangan, dan kelembutan.

Sehingga kalau ini yang diterapkan dalam kehidupan kita ketika terjadi beragam konflik maka itulah sebenarnya yang dimaksud Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Namun, jika sebaliknya maka kitalah yang sebenarnya menghancurkan makna rahmat dan mencoreng nama Islam sehingga dimusuhi Islam akibat ulah kita yang melanggar syariat. Baca juga Rahasia Mendidik Anak Ala Imam Sya'rani.

Namun, dalam menyikapi konflik antara Rusia dan Ukraina ini yang menjadi tugas kita adalah dengan cara diplomasi dan negosiasi sehingga konflik dapat teratasi dengan baik tanpa adanya banyak lagi pertumpahan darah dan kemudharatan yang lebih besar.

Ini adalah tanggung jawab moral kita bersama yang disampaikan oleh orang yang memiliki wewenang dan otoritas untuk menyuarakan ini. kita selaku masyarakat biasa paling minimal kita bisa menerapkan konsep yang diajarkan oleh Allah SWT dan Rasulullah Saw dalam menghadapi konflik dan pertikaian antar sesama.

Tapi, semua itu ada batasannya. berbeda halnya apabila sudah melewati batas dan tidak bisa lagi diajak kompromi dengan cara damai maka dalam hal ini Islam akan mengambil langkah tegas membalasnya sesuai dengan aturan dan intruksi dari Allah dan Rasul-Nya.

Yang perlu digaris bawahi adalah Islam itu tegas bukan keras. Bertindak tegas ketika agamanya diinjak-injak. Namun, pada hakikatnya Islam itu menjunjung kasih sayang yang tinggi. Baca juga Sanksi Dalam Syariat Upaya Preventif Atau Eksekusi.

Apabila tidak bisa disikapi dengan lemah lembut sesuai dengan aturan diplomasi dan negosiasi, Islam juga akan bertindak tegas.

Bahkan lebih dari itu Allah SWT menegaskan kepada Rasulullah SAW bagaimana sebenarnya sikap yang harus dihadapi, baik itu kawan maupun lawannya. Dalam al-quran surat Ali Imran ayat: 159, Allah SWT berfirman yang artinya:

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

Oleh karena itu, sikap yang harus kita ambil dalam situasi konflik dan perselisihan adalah menjadi penengah bukan malah meprovokasi atau menebar isu yang memancing suasana yang semakin memanas. Baca juga Apakah Takdir Bisa Berubah.

Hal itu telah dicontoh sendiri oleh Rasulullah sebagai jawaban terhadap apa yang sedang kita alami saat ini.

Wallahu a’lam..

Posting Komentar

Posting Komentar