aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Sifat Riya Dapat Membuka Aib

Sifat Riya Dapat Membuka Aib   

S ebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita beribadah secara totalitas kepada Allah Swt. Selain ibadah merupakan kewajiban, ibadah juga merupakan bentuk syukur kita terhadap segala nikmat yang telah  diberikan oleh allah SWT. 

Akan tetapi, dalam proses melakukan perintah tersebut, tidak sedikit cobaan dan ujian datang yang harus dilalui seorang hamba untuk mencapai tingkatan tersebut.

Cobaan dan ujian yang Allah SWT berikan kepada kita tidak melulu hanya bersifat sulit dan menyusahkan kita, akan tetapi dapat berbentuk kebaikan yang diberikan kepada kita. Sehingga kita tertipu dengan ujian kenikmatan.

Oleh karena itu, tidak sedikit pula dari kita yang terjerumus ke dalam cobaan dan ujian dalam bentuk tersebut. Akibatnya, bukannya lebih dekat kepada Allah SWT justru semakin jauh dari-Nya.

Salah satunya adalah sifat Riya’ (الرِيَاءُ). Riya adalah sifat tercela yang banyak timbul ketika berada dalam level ketaatan tidak seperti biasanya. Kalau ada sifat tersebut dalam jiwa seseorang maka semangat ibadahnya luar biasa tetapi sedihnya nilai tidak ada sama sekali.

Pengertian Riya'

Arti riya secara bahasa sebagaimana yang teetera di dalam Mu’jam al-Ashirah yaitu:

"تَظَاهَرَ بِخِلَافِ مَا فِي البَاطِنِ

(menampakkan sesuatu secara dzahirnya akan tetapi berbeda tujuan dengan apa yang ada di hati). 

Contoh kongkritnya seperti melakukan shalat (dilihat dari dzahir) akan tetapi di dalam hatinya ada indikasi ingin dilihat oleh orang lain dan berusaha melakukannya dengan semaksimal mungkin agar mendapat pujian dari orang yang menyaksikannya.

Oleh karena itu, sifat riya ini sangat dilarang dalam Islam. Rasulullah SAW sangat tegas melarang kita untuk bersifat riya'. Hal tersebut sebagaimana termaktub di dalam kitab Shahih al-Bukhari pada bab pembahasan Riya’ dan Sum’ah:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ سُفْيَانَ، حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْلٍ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ جُنْدَبًا، يَقُولُ: - قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَهُ، فَدَنَوْتُ مِنْهُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: - قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ) 

Artinya: 

“Dari Jundab (58H) bahwa dia berkata Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa yang memperdengarkan (Sum’ah) maka Allah akan memperdengarkan tentangnya, dan barang siapa yang memperlihatkan (Riya’) maka Allah akan memperlihatkan tentang dia.” (H.R. Bukhari).

Menurut al-Khatabi (388 H) maksud Hadis ini ditujukan untuk orang-orang yang melakukan amal kebaikan akan tetapi tanpa disertai rasa ikhlas. Mereka melakukannya dengan tujuan untuk dikenal dan dihormati.

Maka Allah akan membuka aibnya dan apa yang tersimpan di dalam hatinya tersebut serta amalan kebaikan yang ia lakukan menjadi sia-sia tanpa mendapat pahala.

Dalam Hadis yang lain Rasulullah Saw menyebutkan bahwa sifat Riya’ termasuk bagian dari syirik kecil. Karena sifat riya’ mengindikasikan adanya penyekutuan Allah Swt dengan perhatian manusia.

Tidak semata-mata melakukan ibadah kepada Allah SWT saja, tetapi ada perhatian makhluk yang dilirik dari amal ibadah yang dilakukannya. Semua kita menyadari bahwa sifat ini masuk begitu saja dalam jiwa kita dan sangat susah untuk menghilangkannya.

Oleh karena itu, sebisa mungkin kita berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar kita dihindarkan dari sifat Riya’ khususnya, dan sifat-sifat buruk lainnya. Meskipun selalu diliputi oleh sifat riya, tetap melakukan ibadah jangan sampai meninggalkannya.

Karena meninggalkan ibadah karena dihantui oleh sifat riya maka kita dua kali tertipu yang menyebabkan kesengsaraan kita. Yaitu tertipu dengan sifat riya dan tertipu dangan tipu daya setan.

 

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Posting Komentar