![]() |
Ilustrasi Ibunda mengajarkan anaknya membaca Al-Quran dan banyak dari mereka lahir Para Ulama. Merekalah representasi Kisah Perempuan Tangguh di Balik Kejayaan Islam |
O rang-orang hebat tidak pernah lahir begitu saja. Mereka tumbuh dari didikan yang penuh kesabaran, doa yang tak terputus, serta perjuangan yang tak kenal lelah.
Sejarah mencatat bahwa di balik para ulama besar, ada sosok ibu luar biasa yang membentuk mereka dengan kasih sayang, disiplin, dan nilai-nilai luhur.
Baca juga: 10 Kemampuan yang harus dikuasai perempuan
Kisah-kisah Ibunda Hebat
Kisah-kisah berikut adalah bukti nyata bahwa peran seorang ibu tidak hanya sekadar melahirkan, tetapi juga membentuk peradaban melalui anak-anaknya.
1. Ibunda Imam Malik
Ibunda Imam Malik: Menanamkan Adab Sebelum Ilmu
Seorang ibu memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter anaknya. Baca: Peran primer orang tua terhadap anak
Inilah yang dilakukan oleh Ibunda Imam Malik. Sejak kecil, Imam Malik telah dididik dengan disiplin tinggi dalam menuntut ilmu.
Sang ibu memakaikannya pakaian terbaik dan menutup kepalanya dengan ‘imamah (penutup kepala yang umum dipakai di Arab). Ia kemudian berpesan,
“Pergilah ke Rabi’ah (Rabi’ah Ar-Ra’yi), bergurulah kepadanya. Ambillah adabnya sebelum ilmunya.”
Adab sebelum ilmu—sebuah prinsip yang menjadi karakter khas Imam Malik. Baca: 3 model orang hadir di majelis ilmu, Anda masuk mana?
Prinsip ini begitu melekat dalam dirinya hingga ia dikenal sebagai ulama yang sangat menghormati ilmu.
Saat mengajar hadis, beliau selalu mengenakan pakaian terbaik dan memakai wewangian sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu Rasulullah ï·º.
Bahkan, beliau pernah menegur muridnya yang berbicara dengan suara keras di majelisnya.
Baginya, meninggikan suara saat membahas hadis Rasulullah ï·º adalah sama seperti meninggikan suara di hadapan Rasulullah ï·º, yang dilarang dalam firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi...”
(QS. Al-Hujurat: 2)
Didikan ibundanya inilah yang menjadikan Imam Malik tumbuh menjadi ulama besar. Baca: Rahasia sukses mendidik anak ala Imam Sya'rani
Ia dikenal sebagai Imam Darul Hijrah (Imam Kota Madinah) dan penulis kitab Al-Muwaththa’, kitab hadis yang menjadi dasar ilmu hadis berikutnya.
2. Ibunda Imam Sufyan Ats-Tsauri
Ibunda Imam Sufyan Ats-Tsauri: Keikhlasan Seorang Ibu dalam Menopang Ilmu
Ketika Imam Sufyan Ats-Tsauri ragu untuk menuntut ilmu karena kondisi ekonomi yang sulit, ibunya berkata,
“Anakku, tuntutlah ilmu. Ibu akan mencukupimu dengan hasil memintal.”
Sang ibu tidak hanya memberikan dukungan materi, tetapi juga menanamkan pemahaman bahwa ilmu harus membawa manfaat. Baca: Keistimewaan orang miskin
Ia berpesan kepada putranya,
“Anakku, jika kamu menulis 10 huruf, lihatlah apakah hatimu semakin khusyu’, lembut, dan elok? Jika tidak, ketahuilah bahwa ilmu itu akan membahayakanmu, bukan bermanfaat bagimu.”
Pesan ini begitu dalam—ilmu yang sejati bukanlah sekadar pengetahuan, tetapi yang membuat seseorang semakin dekat dengan Allah.
Keikhlasan dan pengorbanan ibundanya menjadikan Imam Sufyan Ats-Tsauri tumbuh menjadi seorang ulama besar. Baca: Bolehkah pilih kasih terhadap anak?
Kelak, ia dikenal sebagai Amirul Mukminin fil Hadis (Pemimpin Kaum Mukmin dalam Ilmu Hadits).
3. Ibunda Imam Asy-Syafi’i
Ibunda Imam Asy-Syafi’i: Mendidik dengan Keteguhan Hati
Imam Asy-Syafi’i lahir dalam kondisi yatim di Gaza, Palestina. Namun, ibunya tidak membiarkan keterbatasan ekonomi menghambat masa depan putranya.
Saat Imam Asy-Syafi’i berusia 2 tahun, sang ibu membawanya ke Makkah untuk mendapatkan pendidikan terbaik.
Di bawah bimbingannya, Imam Asy-Syafi’i telah menghafal Al-Qur’an di usia 7 tahun dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik di usia 13 tahun.
Ibunya menanamkan keyakinan bahwa kemiskinan bukan penghalang untuk menjadi orang berilmu. Baca: Orang tua cerai, sebaiknya anak ikut siapa?
Keyakinan inilah yang membentuk Imam Asy-Syafi’i hingga menjadi salah satu Imam Mazhab terbesar, dengan gelar Nashir Al-Haq wa As-Sunnah (Penolong Kebenaran dan Sunnah Nabi).
Madzhab Asy-Syafi’i hingga kini menjadi salah satu rujukan utama umat Islam, termasuk di Indonesia. Baca: pilih hadis atau mazhab? Jangan sampai gagal paham
4. Ibunda Imam Al-Bukhari
Ibunda Imam Al-Bukhari: Doa yang Mengubah Takdir
Al-Bukhari lahir dalam keadaan yatim dan mengalami kebutaan sejak kecil. Baca: Hikmah Rasulullah tumbuh yatim
Namun, sang ibunda tidak pernah berhenti berdoa untuknya di sepertiga malam.
Hingga suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim AS yang berkata,
“Wahai ibu, Allah telah mengembalikan penglihatan putramu karena doa-doamu.”
Keesokan harinya, keajaiban terjadi—penglihatan Imam Al-Bukhari kembali normal. Baca: 3 orang yang doanya dijamis mustajabah oleh Rasulullah
Ibunda Imam Al-Bukhari kemudian mendedikasikan hidupnya untuk mendukung perjalanan ilmiah putranya.
Saat Imam Al-Bukhari berusia 16 tahun, sang ibu membawanya ke Makkah untuk menunaikan umrah dan menuntut ilmu.
Dari didikan dan doa ibundanya, Imam Al-Bukhari tumbuh menjadi Syaikh Al-Muhadditsin (Gurunya Para Ahli Hadis).
Kitabnya, Shahih Al-Bukhari, menjadi kitab hadis paling shahih setelah Al-Qur’an dan menjadi rujukan utama bagi umat Islam.
Peran Ibu Sebagai Pilar Peradaban yang Tak Tergantikan
Dari kisah para ibunda ulama di atas, kita belajar bahwa seorang ibu bukan hanya sekadar pendidik dalam keluarga, tetapi juga arsitek peradaban.
Mereka adalah:
- Pendukung utama anak-anak mereka dalam menuntut ilmu, bahkan dalam kondisi sulit.
- Pendoa yang tak pernah putus, karena doa ibu memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk masa depan anak.
- Pendidik pertama yang menanamkan nilai-nilai adab, karena ilmu tanpa adab akan kehilangan maknanya.
Dalam kehidupan modern, peran ibu tetap sama pentingnya. Seorang ibu yang mendidik dengan kesungguhan, kasih sayang, dan doa yang tak putus akan melahirkan generasi unggul yang mampu membangun peradaban.
Seperti yang diingatkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)
Maka, bagi setiap ibu, jangan pernah lelah dalam mendidik dan mendoakan anak-anak. Baca: Faedah meminta ampun untuk anak masih kecil
Karena kelak, dari rahim dan tangan seorang ibu, lahirlah generasi pemimpin yang membawa keberkahan bagi dunia dan akhirat.
Kesimpulan: Ibu adalah Kunci Kesuksesan Anak
Kisah para ibunda ulama mengajarkan kita bahwa di balik setiap tokoh besar, ada seorang ibu yang luar biasa.
Mereka tidak hanya memberikan kasih sayang, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang membentuk karakter anak mereka.
Inilah yang membuat mereka dikenang dalam sejarah—bukan hanya sebagai ibu dari seorang ulama, tetapi sebagai pembentuk peradaban Islam.
Semoga kisah-kisah ini menginspirasi para ibu masa kini untuk terus berjuang, mendidik, dan mendoakan generasi penerus yang akan membawa kebaikan bagi dunia.
Bagikan artikel ini agar semakin banyak ibu yang terinspirasi dalam mendidik anak-anak mereka menjadi generasi terbaik!
Wallahu a’lam.
Posting Komentar