![]() |
Hikmah Rasulullah Tumbuh Sebagai Yatim |
Bukanlah suatu kebetulan jika seandainya Rasulullah SAW dilahirkan dalam kondisi yang yatim. Sebelum kita mengungkapkan hikmah di balik ini semua, kita perlu melihat secara ringkas tentang Rasulullah SAW dari masa kelahiran sampai remaja.
Kelahiran Rasulullah SAW
Beliau dilahirkan pada hari senin bulan Rabiul Awal pada tahun gajah (571 M). Suatu kemulian bagi ibunda beliau SAW tatkala mengandung tidak merasakan kepayahan dan sakit sama sekali seperti umum wanita biasanya.
Setelah genap sembilan bulan dalam kandungan berdasarkan pendapat yang kuat, Rasulullah SAW lahir ke dunia ini pada waktu fajar. Kondisi beliau ketika terlahir dalam keadaan telah terkhitan dan terpotong tali pusarnya, serta menggenggam jarijari tangannya seraya memberi isyarat dengan jari telunjuk.
Pada saat kelahiran beliau SAW terjadi keajaiban dan keanehan-keanehan. Di antaranya adalah banyak berhala yang tersungkur dan terjungkal dari tempatnya, semburan cahaya yang menerangi istana-istana di negeri Syam, balairung istana raja Kisra bergoncang hebat dan balkon-balkonnya jatuh berantakan.
Di antaranya juga yaitu padamnya api sembahan Persia padam yang seribu tahun sebelumnya tidak pernah padam serta susutnya air danau Sawah. Baca juga spirit Cinta Rasulullah kepada kita.
Wanita-Wanita yang Mengasuh dan Menyusui Nabi Muhammad SAW
Orang yang pertama kali menyusui beliau adalah ibundanya tercinta Sayyidah Aminah Azzuhriyyah. Kemudian Rasulullah disusui oleh Tsuwaibah al-Aslamiyyah selama beberapa hari. Tsuwaibah merupakan budak wanita Abu Lahab.
Ketika mendengar berita gembira lahirnya Rasulullah SAW dari budaknya, Abu Lahab lantas memerdekakannya. Sebagai balasan karena kegembiraannya dengan kelahiran Nabi, Allah SWT meringankan siksa Abu Lahab setiap hari senin. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Hadis Mursal.
Kemudian Rasulullah SAW disusui oleh Halimah Binti Abi Zuaib Assa’diyah dengan susu anaknya yaitu Abdullah, saudaranya Unaisah dan Syaima’. Nabi SAW dibawa oleh Halimah ke negerinya di seberang Thaif dalam kalangan Bani Sa’ad.
Nabi Muhammad SAW tinggal bersama dengan Halimah di Bani Sa’ad selama empat tahun berdasarkan pendapat yang Shahih. Berkat menyusui beliau, Halimah mendapatkan banyak kebaikan dan berkah berupa rizki yang luas dan kehidupan yang makmur.
Setelah terjadi peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW, Halimah mengembalikan Rasulullah kepada ibundanya karena merasa khawatir atas peristiwa yang menimpa Rasulullah SAW saat itu. Usia beliau berkisar empat atau lima tahun.
Setelah peristiwa itu Rasulullah tidak pernah mendengar lagi kabar tentang Halimah kecuali hanya dua kali yaitu setelah pernikahan Nabi dengan Sayyidah Khadijah dan pada saat perang Hunain.
Beliau juga diasuh oleh Ummu Aiman. Namanya adalah Barakah al-Habasyiyyah. Baca juga 5 keistimewaan bernama muhammad.
Ummu Aiman merupakan budak wanita warisan dari ayah Nabi Muhammad SAW. Setelah Rasulullah SAW menginjak dewasa beliau memerdekakannya lalu menikahkannya dengan Zaid Bin Harisah.
Masa Pertumbuhan Rasulullah SAW
Rasulullah SAW tumbuh besar dalam keadaaan yatim. Sang ayah meninggal ketika beliau masih berusia dua bulan dalam kandungan. Ayah beliau meninggal dalam usia yang sangat muda yaitu 25 tahun.
Ketika Nabi berusia enam tahun, ibundanya mengajak Rasulullah pergi ke Madinah bersama pengasuhnya yaitu Ummul Aiman untuk berziarah dengan saudarasaudara ibu beliau dari kalangan Bani Najjar.
Mereka menetap di sana selama sebulan, kemudian kembali pulang ke Mekkah. Di tengah perjalanan kembali, sang ibunda jatuh sakit sampai menemui ajalnya dan dimakamkan di Abwa’.
Setelah itu beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Mutthalib. Namun ketika umur Nabi SAW delapan tahun, kakeknya juga wafat meninggalkan Rasulullah SAW. Kita bisa membayangkan bagaimana sedihnya Rasulullah SAW. Beliau belum bisa merasakan kasih sayang yang sempurna dari orang tua dan kakeknya.
Pada akhirnya, pamannya Abu Thalib yang mengasuh Rasulullah SAW sebagaimana wasiat sang kakek. Paman Nabi Abu Thalib ini adalah saudara kandung ayah beliau, Abdullah.
Hikmah Rasulullah Tumbuh Dalam Kondisi Yatim
Kehidupan Rasulullah SAW tumbuh dan besar dalam asuhan orang lain bukan dalam pangkuan ayah dan ibu. Tentunya Allah telah memilihkan pertumbuhan ini untuk Nabi-Nya karena beberapa hikmah yang mungkin bisa kita singkap secara dhahir. Di antaranya adalah:
1. Agar musuh Islam tidak mendapatkan jalan memasukkan keraguan dalam hatinya sehingga mereka tidak ada celah untuk menuduh Rasulullah sudah mereguk susu dakwah dan risalah dari orang tua dan penagasuhnya.
Bahkan sejak kecil Rasulullah tumbuh dan berkembang jauh dari pendidikan orang tua dan kerabatnya. Setelah kakeknya meninggal, beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang hidup sampai tiga tahun sebelum hijrah. Baca juga 3 model orang menghadiri majelis ilmu, jangan jadi tipe yang ketiga
Namun, sampai akhir kehidupannya, pamannya tidak pernah menyatakan diri memeluk ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Padahal Abu Thalib merupakan benteng dan perisai Rasulullah ketika diintimidasi dan disakiti oleh kaum quraisy.
Ini juga merupakan hikmah lain agar Rasulullah SAW tidak dituduh bahwa pamannya sendiri memiliki saham dalam dakwahnya nabi. Melainkan ini hanyalah persoalan keluarga, kabilah, kepemimpinan dan kedudukannya.
2. Dididik langsung oleh Allah melalui inayah-Nya tanpa perantara keluarga dan lingkungannya. Rasulullah SAW jauh dari tangan orang-orang yang memanjakannya dan bergemilangan harta.
Ini semua agar jiwanya tidak cenderung kepada kemewahan dan kedudukannya. Sebab pada saat itu sukunya memiliki kedudukan strategis di jazirah Arab.
3. Agar tidak terpengaruh dengan kepemimpinan dan ketokohan yang mengitarinya, sehingga Rasulullah SAW bersih dari tuduhan bahwa dakwah dan nubuwwahnya itu bercampur aduk untuk merengguk kemegahan duniawi.
Namun, ketika melihat kondisi Rasulullah SAW tumbuh dan besar dalam keadaan yatim akan lebih menguatkan hati kepada kebenaran apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Demikianlah hikmah yang nampak secara dhahir dari tumbuhnya Nabi dalam keadaan yatim. Rasulullah dididik langsung oleh Allah sehingga mendapatkan predikat sempurna dan teladan umat manusia. Baca juga Nabi Adam pun cemburu dengan kita
Sedangkan kita butuh Murabbi untuk lebih mengenal Rabbi. Rasulullahlah perantara kita untuk mengenal Allah SWT. Beliaulah penerang dan pelita dalam kegelapan. Mengajak dan menyeru kita untuk satu langkah dan bersatu menuju keridhaan Allah Azza Wajalla agar bahagia di dunia dan akhirat.
Semoga Allah mengumpulkan kita bersama Rasulullah SAW kelak dan mendapatkan syafaatnya. Amin amin amin.
Wallahu a’lam bishshawab.
Allahumma shalli wa sallim ‘ala habibina muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Referensi:
• Tarikhul Hawadis Wa Al-Ahwal Al-Nabawiyyah Karangan Syeikh Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
• Fiqhu Sirah Nabawiyyah Karangan Syeikh Muhammad Said Ramadhan AlButhy
Posting Komentar