aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Biografi Lengkap Dr. Said Ramadhan al-Buthi: Ulama Moderat dari Damaskus

Sosok Dr. Said Ramadhan al-Buthi dikenal sebagai Ulama Moderat dari Damaskus

S yeikh Said Ramadhan (1926–1995) adalah salah satu tokoh penting dalam perkembangan gerakan Islam modern abad ke-20. 

Ia dikenal sebagai seorang cendekiawan Muslim, diplomat, aktivis politik, sekaligus menantu Hasan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin

Kehidupannya penuh dinamika mulai dari peran aktifnya di Al-Azhar, kiprah internasionalnya dalam diplomasi Islam, hingga pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran Islam di Eropa dan dunia. 

Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup Syeikh Said Ramadhan secara komprehensif, dengan pembahasan mendalam dan ringkas mengenai pendidikan, aktivitas politik, pemikiran, serta warisan intelektual yang ditinggalkannya.

Simak juga: 10 Fakta pahit tentang hidup yang jarang disadari

Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga

Dr. Said Ramadhan al-Buthi lahir pada tahun 1929 di Desa Jilka, Pulau Buthan, wilayah perbatasan Turki–Irak

Beliau berasal dari suku Kurdi, suku yang pernah melahirkan tokoh besar Islam, Shalahuddin al-Ayyubi.

Ayahnya, Syekh Mula Ramadhan al-Buthi, adalah seorang ulama besar di Damaskus

Sosok sang ayah sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian, kecerdasan, dan spiritualitas al-Buthi muda. 

Bahkan, karena kekaguman mendalam kepada sang ayah, beliau menulis biografi khusus berjudul al-Fiqh al-Kamilah li Hayah asy-Syekh Mula al-Buthi min Wiladatihi ila Wafatihi.

Dalam karya itu, al-Buthi menceritakan perjalanan hidup ayahnya sejak kecil, ikut berperang dalam Perang Dunia I, berhijrah ke Damaskus, hingga peran besarnya dalam dakwah, pendidikan, ibadah, dan hubungan erat dengan para ulama besar Damaskus seperti Syekh Abu al-Khayr al-Madani, Syekh Badruddin al-Hasani, dan Syekh Hasan Jabnakah.

Simak juga: Kisah anak shaleh, ayah munafik yang mengguncang kota Madinah

Riwayat Pendidikan Said Ramadhan al-Buthi

Al-Buthi menyelesaikan pendidikan menengah di Institut At-Tawjih al-Islami Damaskus

Pada 1953, beliau berangkat ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar.

Dalam waktu singkat, beliau berhasil meraih gelar sarjana Syariah, kemudian melanjutkan ke Fakultas Bahasa Arab dan lulus dengan prestasi gemilang. 

Tak hanya itu, beliau juga mendapat izin resmi untuk mengajar bahasa Arab.

Simak juga: Kalimat 'Zaid Memukul Amr' Ternyata Punya Dosa Lama, Ini Ceritanya!

Setelah kembali ke Damaskus, al-Buthi aktif mengajar di Fakultas Syariah

Karier akademiknya terus menanjak dari pengajar tetap, wakil dekan, hingga dekan fakultas. 

Selanjutnya, beliau kembali ke Al-Azhar untuk menempuh program doktoral bidang Ushul Fiqh, dan sukses meraih gelar doktor dalam ilmu Syariah.

Selain mengajar, Syeikh al-Buthi juga aktif menghadiri seminar internasional di Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika. 

Beliau tercatat sebagai anggota lembaga riset kebudayaan Islam di Yordania, anggota Majelis Penasehat Yayasan Thabah Abu Dhabi, dan anggota senat kehormatan di Universitas Oxford, Inggris.

Simak juga: Fakta jarang diketahui tentang sosok ayah Nabi Muhammad

Ulama dan Penulis Produktif

Dr. Said Ramadhan al-Buthi dikenal sebagai penulis produktif dengan gaya bahasa yang khas, mendalam, dan penuh rujukan. 

Meski demikian, karena sarat dengan filsafat dan logika (manthiq), sebagian karyanya lebih mudah dipahami melalui majelis ilmu yang beliau pimpin.

Jumlah karyanya mencapai lebih dari 60 kitab, meliputi bidang syariah, tafsir, filsafat, budaya, hingga sosial. 

Beberapa karya populer antara lain:

Karya-karya beliau banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Baca juga: Hikmah Rasulullah tumbuh yatim

Pemikiran Moderat dan Pembelaan Mazhab

Al-Buthi adalah ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang konsisten membela mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali), serta akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah.

Simak juga: Kisah detik-detik Abu Hasan al-Asy'ari keluar dari muktazilah

Beliau juga dikenal sebagai kritikus pemikiran ekstrem. 

Di satu sisi, beliau mengkritik filsafat materialisme Barat. Di sisi lain, ia menolak keras klaim-klaim kelompok yang menisbatkan diri sebagai Salafi atau Wahabi.

Pemikirannya yang moderat tampak dalam karyanya al-La Mazhabiyyah dan as-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah, yang menegaskan bahwa mengikuti mazhab adalah bagian dari menjaga otoritas ilmu fikih Islam.

Selain itu, hubungan Syeikh al-Buthi dengan gerakan Islam politik seperti Ikhwanul Muslimin di Suriah juga cukup tegang. 

Pandangannya yang berbeda ia tuangkan dalam kitab al-Jihad fil-Islam (1993), yang menolak penggunaan kekerasan atas nama jihad.

Simak juga: Alasan ilmiah lebih diunggulkan Imam Nawawi atas Imam Rafi'i

Aktif Berdakwah Melalui Media

Memasuki era 1990-an, Syeikh al-Buthi aktif menggunakan media massa seperti televisi, radio, hingga website pribadi untuk menyebarkan gagasan Islam yang moderat (tawassuth). 

Hal ini menjadi penting di tengah maraknya gerakan ekstremis baik kanan maupun kiri.

Di usia senjanya, beliau tetap produktif menulis dan berdakwah, menjadikan karya-karyanya sebagai rujukan penting bagi umat Islam, termasuk di Indonesia.

Wafatnya Dr. Said Ramadhan al-Buthi

Pada Kamis malam, 21 Maret 2013 (9 Jumadal Ula 1434 H), Dr. Said Ramadhan al-Buthi wafat syahid akibat serangan bom bunuh diri di Masjid Jami’ al-Iman, Damaskus, ketika sedang mengisi kajian tafsir selepas Magrib.

Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi dunia Islam. 

Namun, karya dan pemikirannya tetap abadi sebagai warisan intelektual yang berharga.

Penutup

Dr. Said Ramadhan al-Buthi adalah sosok ulama besar abad ke-20 yang menggabungkan kedalaman ilmu, ketajaman analisis, dan komitmen terhadap Islam moderat. 

Pemikiran dan karya-karyanya menjadi benteng penting melawan ekstremisme, sekaligus panduan bagi umat Islam dalam memahami syariat secara komprehensif dan penuh hikmah.


Posting Komentar

Posting Komentar