aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Kalimat 'Zaid Memukul Amr' Ternyata Punya Dosa Lama, Ini Ceritanya!

Ilustrasi Zaid memukul Umar yang sering dijumpai dalam percontohan di ilmu tata bahasa Arab

T ahukah Anda bahwa satu kalimat sederhana dalam pelajaran tata bahasa Arab bisa berujung pada penjara penuh ulama? 

Ya, Anda nggak salah baca. Kalimat legendaris itu adalah:

“ضرب زيدٌ عمراً” 

— Zaid memukul Amr.

Sekilas, ini cuma contoh kalimat biasa yang sering muncul dalam kitab-kitab nahwu (tata bahasa Arab). 

Tapi siapa sangka, di balik kalimat sederhana itu, ada kisah lucu nan konyol yang mewarnai sejarah ilmu bahasa Arab. 

Bahkan, melibatkan seorang gubernur yang terlalu cinta bahasa tapi agak “lurus” cara berpikirnya.

Yuk, kita telusuri kisah lengkapnya. Dijamin bikin Anda ngakak sekaligus nambah wawasan!

Baca juga: Kisah anak shaleh dengan ayahnya tokoh munafik 

Awal Mula Masalah: “Kenapa Zaid Selalu Memukul Amr?”

Dikisahkan dalam sebuah anekdot klasik Arab, ada seorang gubernur bernama Dawud. 

Beliau sangat mencintai ilmu, terutama bahasa Arab, dan gemar membaca buku-buku tata bahasa. 

Tapi sayangnya, meski semangatnya luar biasa, beliau dikenal sedikit... lugu dalam menangkap maksud para ulama.

Suatu hari, ketika sedang membaca salah satu kitab nahwu, matanya tertuju pada kalimat ini:

ضرب زيدٌ عمراً 

– Zaid memukul Amr.

Sang gubernur mengernyitkan dahi. Ia merasa ada yang janggal. 

Kok dari dulu di setiap kitab nahwu yang ia baca kalimat contohnya selalu sama?

“Kenapa Zaid selalu memukul Amr? Nggak pernah dibalik? Apakah ini semacam konspirasi untuk menindas Amr?” batinnya.

Akhirnya ia pun berseru:

“Ini tidak adil! Ini kezaliman sistematis terhadap Amr! Harus dihentikan!”

Baca juga: 6 orang masuk neraka dan di antaranya ulama, apa penyebabnya? 

Ketika Logika Terlalu Lurus: Ulama Nahwu Jadi Korban

Gubernur Dawud tidak tinggal diam. Ia segera memanggil seorang ulama ahli nahwu dan bertanya dengan penuh kecurigaan:

“Kenapa dalam setiap kitab tata bahasa Arab, yang memukul selalu Zaid, dan yang dipukul selalu Amr?”

Ulama itu mencoba menjelaskan dengan lembut:

“Tuanku, itu hanya contoh kalimat untuk mempermudah memahami susunan fi’il-fa’il-maf’ul. Tidak bermaksud menindas siapa pun.”

Tapi Gubernur Dawud bersikeras:

“Kalau hanya contoh, kenapa nggak sesekali Amr yang memukul Zaid? Ini jelas ada niat jahat terhadap Amr!”

Akhirnya, sang gubernur murka. Ia memerintahkan agar ulama itu dipenjarakan. 

Bukan karena salah, tapi karena tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

Dan itu bukan akhir kisah. Satu demi satu ulama nahwu dipanggil. 

Simak juga: 3 jenis hakim, hanya satu yang selamat

Satu demi satu pula mereka masuk penjara karena gagal menjawab pertanyaan absurd itu. 

Penjara pun penuh... dengan orang-orang yang satu-satunya "kejahatannya" adalah cinta ilmu tata bahasa Arab!

Ulama Cerdik yang Membalik Keadaan

Ketika berita itu tersebar luas, seorang ulama cerdas dan penuh akal mendengar bahwa para ahli nahwu dipenjara hanya karena kalimat “Zaid memukul Amr”. 

Ia pun segera menghadap Gubernur Dawud dengan tekad menyelamatkan rekan-rekannya.

Sang gubernur mengulang pertanyaannya:

“Demi Allah, aku tidak akan membebaskan satu pun dari mereka sebelum mendapat jawaban yang benar: Mengapa Zaid memukul Amr?”

Ulama cerdik itu tidak panik. Ia malah menjawab dengan ekspresi serius dan penuh semangat:

“Wahai Tuanku, sesungguhnya Amr itu orang yang lancang dan kurang ajar. Ia bahkan pantas mendapatkan lebih dari sekadar dipukul!”

Sang gubernur terkejut. Ini pertama kalinya ia mendapat jawaban yang berpihak pada Zaid.

“Apa maksudmu? Kenapa kau bilang begitu?”

Ulama itu menjawab dengan kalem:

“Bukankah nama Tuanku ‘Dawud’ ditulis dengan satu huruf wawu tapi dibaca dua? Yakni داوود.”

Gubernur mengangguk.

“Benar.”

Sang ulama pun melanjutkan:

“Nah, wawu kedua itu dicuri oleh si Amr dan ditempelkan ke namanya jadi ‘عمرو’ padahal tak ada fungsinya dalam pengucapan. Ia mengambil sesuatu yang bukan haknya. 

Maka para ahli nahwu menghukum dia dengan membuat Zaid terus memukulnya sebagai pelajaran!”

Seketika itu juga, Gubernur Dawud tertawa terbahak-bahak! 

Ia merasa puas dan terhibur dengan jawaban yang cerdas dan tetap lucu.

Akhirnya, semua ahli nahwu dibebaskan, dan sang ulama cerdik mendapat kehormatan dari sang gubernur.

Baca juga: Mengenal sejarah aliran Syiah dan perbedaannya dengan sunni

Di Balik Cerita Lucu: Apa Itu Kalimat “Zaid Memukul Amr”?

Setelah kita tertawa dengan kisah tadi, yuk kita bedah sebentar dari sisi linguistik. 

Kenapa sih kalimat “Zaid memukul Amr” begitu sering digunakan dalam pelajaran nahwu?

1. Struktur Kalimat Dasar dalam Bahasa Arab

Dalam bahasa Arab, struktur kalimat dasar terdiri dari:

  • Fi’il (kata kerja): ضرب (memukul)
  • Fa’il (pelaku): زيدٌ (Zaid)
  • Maf’ul bih (objek): عمراً (Amr)

Kalimat ini dipilih karena sangat sederhana dan efektif untuk menjelaskan bagaimana kata berubah sesuai fungsinya dalam kalimat.

Baca juga: Sejarah dan doktrin aliran Wahabi

2. Nama Zaid dan Amr: Nama Generik di Dunia Arab

Zaid dan Amr seperti “Budi dan Ani” di buku pelajaran Bahasa Indonesia. 

Nama-nama ini sudah lama digunakan karena netral dan mudah dikenali.

Makna Moral di Balik Cerita

Meski kisah ini kocak, tapi ada pelajaran serius yang bisa kita petik, lho:

✦ Jangan Serius Berlebihan

Gubernur Dawud terlalu serius memaknai contoh kalimat. 

Akibatnya, ia salah paham dan berujung memenjarakan para ulama. 

Dalam belajar, penting untuk tetap santai dan proporsional.

✦ Ilmu Itu Butuh Kelenturan Logika

Cerita ini menunjukkan pentingnya memiliki logika yang fleksibel. 

Terkadang, memahami maksud dari suatu ilmu bukan hanya soal tekstual, tapi juga kontekstual.

✦ Kecerdasan Tidak Hanya dari Kitab, Tapi dari Cara Menyampaikan

Ulama cerdik tadi membuktikan bahwa kecerdasan komunikasi bisa menyelamatkan banyak orang. 

Simak juga: Cara ampuh mengatasi demam panggung

Kata-kata yang tepat di waktu yang tepat adalah senjata paling ampuh.

Baca juga: Doa ampuh agar anak nakal jadi patuh

Penutup: Amr Tetap Dipukul?

Jadi... apakah Amr akan terus dipukul selamanya?

Tenang, Amr sebenarnya cuma nama dalam contoh. 

Tapi karena dia “mencuri wawu”, ya... mungkin itu nasib yang harus ia terima di dunia tata bahasa.

Dan bagi kita, ini bukan soal siapa memukul siapa, tapi bagaimana ilmu yang serius bisa disampaikan dengan cerita yang menghibur, menyentuh, dan tentu... bikin tertawa.


(Cerita di atas disebutkan oleh Al-Adiib al-Kabir al-Manfaluthi di dalam kitabnya) 


Posting Komentar

Posting Komentar