![]() |
Kubah emas dari sorotan jauh |
S alah
satu keistimewaan Islam adalah Allah swt. membuka sebagian hijab di balik
anjuran suatu ibadah. Begitu halnya dengan alasan dan hikmah di balik anjuran sunah
berpuasa Tasu’a.
Penyingkapan hikmah di balik suatu ibadah adakala melalui penjelasan langsung secara jelas dan terang oleh Rasulullah saw. Baca juga: Ipar adalah maut
Di sisi
lain banyak juga hikmah yang diungkapkan oleh para ulama-ulama yang dipahami
secara tersirat dalam Al-Quran, hadis, ilham dari Allah, futuh, dan lainnya.
Pada kesempatan ini kita cuma membahas secara rinci mengenai alasan dan hikmah di balik dianjurkannya berpuasa Tasu’a. Baca juga: Cek Khadam dalam Pandangan Islam
Bulan Muharram merupakan salah satu bulan haram yang memiliki keutamaan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Dalam bulan ini juga banyak terdapat
peristiwa-peristiwa sejarah sebagai renungan dan pengajaran dari orang-orang
yang terdahulu.
Di antara hal yang paling populer dalam bulan Muharram selain diperingati sebagai tahun baru Islam, yaitu disunahkan berpuasa Asyura.
Selain puasa Asyura, pada
dasarnya juga disunahkan untuk berpuasa sehari sebelumnya tepatnya pada
tanggal 9 Muharram dan juga sehari setelahnya yaitu 11 Muharram.
Dalil Kesunahan Berpuasa pada Hari Tasu’a
Mengenai
kesunahan berpuasa pada hari Tasu’a sendiri sudah menjadi kesepakatan para
ulama. Di antara dalil kesunahan berpuasa pada hari Tasu’a adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra.:
عن عَبْد اللهِ بْن
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ
الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ
يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
“Diriwayatkan
dari Abdullah Ibnu Abbas ra berkata: “Ketika Rasulullah saw. berpuasa
pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, hari Asyura itu adalah hari
yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Jika demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa juga pada hari yang kesembilan.”
Abdullah Ibnu
Abbas melanjutkan ceritanya: "Tetapi sebelum
datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah saw. telah terlebih dahulu wafat.”
(HR Muslim).
3 Alasan dan Hikmah Kesunahan Puasa Tasu’a
Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa puasa Tasu’a tidak begitu populer. Berbeda halnya dengan puasa Asyura bahkan itu sudah menjadi amalan rutinitas salah satu agama samawi yaitu agama Yahudi.
Bagaimanakah sebenarnya kedudukan puasa Tasu’a itu sendiri dalam Islam? Baca juga: Agama samawi atau syariat samawi, mana yang tepat?
Berkaitan
dengan hal tersebut, Imam Nawawi dalam kitab beliau Majmu' Syarah Muhadzab
yaitu mengungkapkan bahwa ada tiga alasan dan hikmah di balik anjuran sunah
berpuasa pada hari kesembilan Muharram alias Tasu’a.
Beliau
menuturkan satu persatu bahwa:
1. Sebagai Pembeda dengan Ritual Khusus yang Dilakukan Umat Yahudi
Dianjurkannya
puasa Tasu’a dimaksudkan untuk membedakan dengan ritual yang dilakukan oleh
umat Yahudi. Mereka mengkhususkan puasa pada hari kesepuluh Muharram alias
Asyura saja.
Mengenai
Asyura merupakan puasa yang khusus dilakukan oleh umat Yahudi terdapat
penjelasan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Ibnu
Abbas.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا
الْيَهُودَ وَصُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا وَبَعْدَهُ يَوْمًا
“Rasulullah
saw. bersabda: Berpuasalah kalian pada hari Asyura, dan selisihilah orang-orang
Yahudi, berpuasalah kalian hari sebelumnya atau pun hari sesudahnya.”
Para
ulama memahami hadis di atas sebagai suatu ritual ibadah untuk membedakan
amaliah kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharam atau
Asyura saja.
Sehingga
dianjurkan dan disunahkan juga berpuasa pada hari sebelumnya yakni puasa
tanggal sembilan Muharram atau Tasu'a.
Jika tidak berpuasa pada hari Tasu’a, dianjurkan berpuasa pada hari sesudahnya yaitu sebelas Muharram. Baca juga: Bunuh diri menjadi kafir dan kekal di neraka?
Bahkan
dengan berpuasa 3 hari sekaligus juga lebih baik yaitu pada tanggal 9, 10, dan
11 Muharram. Kendati demikian, berpuasa pada hari Asyura saja juga bole-boleh
saja dan bukan suatu masalah.
Syekh
Zainuddin al-Malibari (wafat 987 H) dalam kitab Fathul Mu'in-nya
menjelaskan lebih rinci mengenai hal di atas. Beliau memaparkan bahwa:
والحكمة: مخالفة اليهود،
ومن ثم سن لمن لم يصمه: صوم الحادي عشر، بل إن صامه، لخبر فيه. وفي الام: لا بأس
أن يفرده
“Hikmah
puasa Tasu‘a adalah menyelisihi amaliyah yang dilakukan oleh umat Yahudi. Bermula
dari sini kemudian muncul anjuran berpuasa pada hari 11 Muharam bagi mereka
yang tidak berpuasa pada hari Tasu‘a.
Puasa 11
Muharam tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasu‘a sesuai hadis Nabi
saw. di dalamnya (hadis di atas). Imam Syafi'i dalam kitab al-Umm mengatakan: “Tidak
bermasalah jika hanya berpuasa Asyura saja.”
2. Menjaga dari Keharaman Mengkhususkan Puasa Satu Hari Saja
Dalam
Islam ada ketentuan khusus dalam berpuasa seperti dilarangnya berpuasa pada
hari Jumat saja tanpa disambung dengan hari sebelumnya atau sesudahnya.
Maka dianjurkan
puasa Tasu’a bertujuan agar terhindar dari keharaman mengkhususkan puasa satu
hari saja. Penjelasan ini sesuai seperti apa yang telah disampaikan oleh
Al-Khatabi dan ulama-ulama lainnya.
3. Sebagai Bentuk Kehati-hatian dari Keliru Tanggal Permulaan Muharram
ImamNawawi dalam kitab al-Majmû' Syarh al-Muhadzdzab menjelaskan bahwa
alasan di balik anjuran berpuasa Tasu’a adalah sebagai bentuk kehati-hatian
dalam melaksanakan puasa Asyura.
Hal ini disebabkan oleh kemungkinan faktor terjadinya kesalahan dalam menetapkan tanggal 9 dalam hitungannya yang kenyataan sebenarnya merupakan tanggal 10 Muharram alias Asyura.
Ini bisa terjadi karena terpengaruh rendahnya posisi hilal pada
penentuan awal masuknya bulan Muharram. Baca juga: Benarkah akad nikah di mesjid seperti ritual kristen?
Oleh
karena itu, mari kita melakukan ibadah puasa Tasu’a dan Asyura. Banyak sekali
keutamaan yang Allah siapkan kepada orang yang mau berpuasa. Keutamaan tersebut
tidak didapatkan pada bulan-bulan haram lainnya.
Demikianlah
3 alasan dan hikmah di balik kesunahan berpuasa pada hari Tasu’a. Semoga Allah mempermudah
langkah kita dalam ketaatan dan dijauhkan dari tergelincir dalam maksiat dan
dosa. Wallahu a’lam bisshawab.
Posting Komentar