aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Biografi Imam Nawawi: Ulama Besar Mazhab Syafi’i yang Tak Pernah Menikah Demi Ilmu

Deretan kitab Majmu' Syarah Muhazzab karya Imam Nawawi tersusun rapi, mencerminkan dedikasinya pada ilmu dan mazhab Syafi’i sepanjang hidupnya.

K ontribusi besar Imam Nawawi dalam bidang fikih membuat namanya harum di kalangan ulama dan pencinta ilmu. 

Ia dikenal sebagai sosok ahli fikih, ahli hadis, dan sufi zuhud yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk ilmu dan umat. 

Melalui karya-karyanya, Imam Nawawi memberi pengaruh besar terhadap perkembangan Mazhab Syafi’i, baik dari segi metode, kekuatan argumentasi, maupun kesederhanaan hidup yang menjadi teladan hingga hari ini.

Nasab dan Tempat Kelahiran Imam Nawawi

Nama lengkap beliau adalah Imam al-Hafizh Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi. 

Ia dinisbatkan kepada desa Nawa, sebuah desa kecil di kawasan Hauran, Provinsi Damaskus (Suriah saat ini), tempat kelahirannya.

Imam Nawawi lahir pada bulan Muharram tahun 631 H (sekitar tahun 1233 M) dari keluarga yang shalih dan religius. 

Dalam usia 10 tahun, beliau telah menghafal Al-Qur'an dan mahir membaca kitab-kitab fikih, menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa sejak kecil.

Simak juga; Lebih memilih calon pasangan yang mahir kitab atau hafiz Al-Quran? 

Kisah Masa Kecil Imam Nawawi

Dikisahkan oleh Syekh Yasin bin Yusuf al-Marakkisy, ketika melewati desa Nawa, ia melihat Nawawi kecil dipaksa bermain oleh teman-temannya, namun ia menangis dan justru melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. 

Peristiwa ini membuat Syekh Yasin kagum dan menasihatinya, kemudian membawanya untuk menuntut ilmu di Damaskus.

Pada tahun 649 H (1251 M), Imam Nawawi bersama ayahnya hijrah ke Damaskus untuk menimba ilmu lebih dalam. 

Ia belajar di Madrasah Darul Hadis dan menetap di Madrasah Rawahiyah, yang berdempetan dengan Masjid Umawi, salah satu masjid tertua di dunia Islam.

Guru-Guru Imam Nawawi

Dalam Ilmu Fikih

Ada beberapa gurunya dalam bidang disiplin ilmu fikih di antaranya yaitu:

  1. Abdurrahman bin Ibrahim bin Siba’i Al-Fazari (Al-Firkahi)
  2. Ishaq bin Ahmad Al-Maghribi, pakar hadits di Madrasah Rawahiyah
  3. Abdurrahman bin Nuh Al-Muqaddisi, Mufti Damaskus
  4. Sallar bin Hasan Al-Irbili

Dalam Ilmu Hadis

  1. Ibrahim bin Isa Al-Muradi
  2. Khalid bin Yusuf bin Sa'di
  3. Abdul Aziz bin Muhammad Al-Andalusi, tokoh besar dalam Mazhab Syafi’i
  4. Abdurrahman bin Abi Umar Muhammad bin Ahmad

Dalam Ilmu Ushul Fikih

  1. Umar bin Bindar bin Umar Al-Taflisi, pakar ushul fikih bermazhab Syafi’i

Murid-Murid Imam Nawawi

Ilmu Imam Nawawi diwariskan kepada banyak murid yang kelak menjadi ulama besar. 

Di antaranya:

  1. Alauddin bin 'Athar
  2. Syamsuddin bin Naqib
  3. Syamsuddin bin Ja’wan
  4. Syamsuddin bin Qammah
  5. Hafizh Jamaluddin
  6. Qadhi Qudhat Badruddin bin Jama’ah
  7. Rasyiduddin (bermazhab Hanafi)
  8. Abu Abbas Ahmad bin Farhi

Mereka meneruskan estafet keilmuan sang imam dan menyebarkannya ke penjuru dunia Islam.

Karya-Karya Fenomenal Imam Nawawi

Salah satu bentuk kontribusi terbesar Imam Nawawi adalah karya ilmiah yang masih menjadi rujukan utama hingga hari ini. 

Karya-karya beliau mencakup fikih, hadis, akhlak, hingga doa dan zikir harian.

Kitab-kitab Populer Karyanya

Beberapa kitab populer karangan Imam Nawawi:

  1. Syarah Shahih Muslim – Penjelasan mendalam atas hadis-hadis dalam Shahih Muslim
  2. Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab – Ensiklopedia fikih Syafi’i
  3. Riyadhus Shalihin – Kumpulan hadis tematik tentang akhlak dan ibadah
  4. Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat – Ensiklopedia biografi perawi dan bahasa
  5. Raudhatu Thalibin – Ringkasan hukum fikih berdasarkan pendapat kuat Mazhab Syafi’i
  6. Minhaj at-Thalibin – Kitab fikih ringkas yang dijadikan pegangan Mazhab Syafi’i
  7. Arba’in Nawawi – 42 hadits pokok agama Islam
  8. Al-Adzkar – Kumpulan doa-doa dan zikir harian berdasarkan sunnah
  9. Idhah fi Manasik al-Hajj – Panduan haji dan umrah menurut Mazhab Syafi’i

Kehidupan Zuhud dan Konsistensi Ilmu

Imam Nawawi hidup dalam kesederhanaan dan kezuhudan. 

Ia menolak berbagai jabatan duniawi, termasuk saat ditawari menjadi qadhi (hakim) kerajaan. 

Simak juga; 3 kelompok hakim dalam Islam, hanya satu yang masuk surga

Beliau hanya fokus pada ilmu, menulis, mengajar, dan beribadah. 

Bahkan, tidak pernah menikah demi menjaga waktu dan konsistensi dalam keilmuan.

Setiap hari beliau belajar dan mengajar hingga 12 pelajaran dari berbagai disiplin ilmu. 

Waktu malam digunakan untuk menulis dan menyusun kitab. 

Disiplin dan keikhlasannya inilah yang membuat ilmu beliau tetap hidup sepanjang zaman.

Wafatnya Imam Nawawi

Pada tahun 676 H (1277 M), Imam Nawawi kembali ke kampung halamannya di Nawa. 

Sebelum wafat, beliau menziarahi makam para guru dan kerabat, berdoa dengan linangan air mata, lalu menziarahi Baitul Maqdis dan makam ayahnya. 

Tak lama setelah itu, beliau jatuh sakit dan wafat pada malam 24 Rajab 676 H, dalam usia sekitar 45 tahun.

Warisan Ilmu dan Teladan

Imam Nawawi tidak hanya meninggalkan kitab dan pelajaran, tetapi juga keteladanan hidup dalam ilmu, akhlak, dan keteguhan prinsip. 

Ia membuktikan bahwa ilmu yang disertai keikhlasan akan abadi. 

Kitab-kitabnya tidak pernah usang dimakan zaman, dan nama beliau selalu harum di setiap madrasah hingga kini.

(Oleh: Tgk. Yuda Maulana

Referensi:

  • Azkar An-Nawawi
  • Hilyatul Abrar Fi Talkhis Ad-Da’awat wa Azkar al-Mustahabbah fi Lail wa Nahar



Posting Komentar

Posting Komentar