![]() |
Kitab Fathul Qarib karangan Ibnu Qasim Al-Ghazi yang sangat populer dan banyak dikaji di pesantren-pesantren. |
S iapa yang tidak mengenal Kitab Fathul Qarib di dunia pesantren?
Kitab ini adalah rujukan utama dan dasar dalam pelajaran fikih mazhab Syafi'i di berbagai lembaga pendidikan Islam, mulai dari pesantren tradisional hingga kampus-kampus Islam ternama.
Tapi tahukah Anda siapa sosok hebat di balik karya monumental ini?
Dialah Syekh Muhammad bin Qasim al-Ghazi, ulama besar asal Gaza yang hidup pada abad ke-9 Hijriyah.
Asal Usul dan Nama Lengkap
Ibnu Qasim al-Ghazi memiliki nama lengkap Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Qasim bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazi al-Qahiri asy-Syafi’i.
Ia juga dikenal dengan sebutan Ibnu al-Gharabili.
Lahir pada bulan Rajab tahun 859 H (sekitar tahun 1455 M) di Gaza, Syam (sekarang Palestina).
Simak juga: Suara hati ahli Palestina dan Rintihan hati untuk ahli Palestina
Beliau tumbuh dalam lingkungan keilmuan dan keagamaan yang kuat.
Tak heran jika sedari kecil, ia telah menunjukkan kecintaan yang besar terhadap ilmu.
Ibnu Qasim adalah contoh nyata ulama yang tidak hanya alim secara keilmuan, tetapi juga tawadhu dan zuhud dalam menjalani hidup.
Ia tidak tertarik dengan popularitas atau jabatan. Fokus hidupnya hanyalah mencari ilmu, mengajarkannya, dan menyebarkan manfaat bagi umat.
Simak juga: Alasan ilmiah lebih diunggulkan Imam Nawawi atas Imam Rafi'i
Pendidikan dan Rihlah Ilmiah
Sebagaimana tradisi para ulama salaf, Syekh Ibnu Qasim Al-Ghazi melakukan rihlah keilmuan, yaitu perjalanan panjang untuk menuntut ilmu dari berbagai kota dan negeri.
Beliau meninggalkan tanah kelahirannya menuju pusat-pusat keilmuan Islam demi berguru kepada ulama-ulama besar.
Pada usia 22 tahun, tepatnya tahun 881 H, Ibnu Qasim memutuskan untuk berangkat ke Mesir dan menuntut ilmu di Masjid Al-Azhar, Kairo yang merupakan salah satu pusat keilmuan Islam terbesar di dunia.
Tak hanya di Kairo, Ibnu Qasim juga melakukan perjalanan ilmiah ke wilayah Damaskus yang merupakan salah satu pusat keilmuan Islam yang melahirkan banyak ulama besar dalam sejarah.
Di Damaskus dan Kairo, beliau berinteraksi dengan para fuqaha dan muhaddisin yang sangat berpengaruh.
Melalui rihlah ini, ia tidak hanya memperkaya wawasan ilmunya tetapi juga mengembangkan jaringan keilmuan yang sangat luas.
Pengalaman dan perjumpaan ilmiah tersebut kelak menjadikan Ibnu Qasim sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam penyebaran dan pendalaman mazhab Syafi’i.
Perjalanan intelektual beliau ini bukan hanya tentang mengumpulkan pengetahuan, tapi juga tentang menyerap nilai-nilai adab, akhlak, dan tradisi keilmuan yang melekat pada para ulama besar.
Hal ini tercermin dalam karya-karyanya yang tidak hanya mengandung kedalaman ilmu, tetapi juga kelembutan bahasa, kedisiplinan metodologi, dan kekuatan argumen.
Simak juga; Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu mazhab
Guru-Guru Beliau
Dalam perjalanannya, Syekh Ibnu Qasim Al-Ghazi berguru kepada sejumlah ulama terkemuka.
Di sana, ia berguru kepada para ulama besar yang sangat berpengaruh di zamannya:
- Al-Imam Muhammad bin Abdul Mun’im al-Jaujari asy-Syafi’i (821–889 H), mengajarkan beliau Ushul Fikih dan ilmu Arudh hingga tuntas.
- Al-Imam Muhammad bin Abdurrahman as-Sakhawi asy-Syafi’i (821–891 H), ahli hadis, mengajarkan Alfiyah Hadis, al-Adzkar Nawawi, dan karya-karya beliau sendiri.
- Kamaluddin ibn Abi Syarif al-Maqdisi asy-Syafi’i (822–906 H), pengajar Fiqih dan Ushul Fiqih, termasuk kitab Jam’ al-Jawami’.
- Muhammad bin Ahmad al-Ghazal asy-Syafi’i (826–912 H), guru dalam ilmu Faraidh dan Aljabar.
- Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari (823–926 H), ulama besar Al-Azhar.
- As-Syams al-Himshi, guru dalam Fiqih dan bahasa Arab.
- Al-‘Abadi, mengajarkan ilmu Fiqih.
- Alauddin al-Hishni, pengajar kitab Syarh al-‘Aqaid dan logika (al-Quthbi fi al-Mantiq).
- Zainuddin Zakaria, pengajar bab Qiyas dalam Jam’ al-Jawami’.
- Jamaluddin al-Kurani, guru kitab Syarh Asykal at-Ta’sis.
- Syamsuddin Muhammad bin al-Qadiri, pengajar ilmu Qira’at.
- Zainuddin Ja’far, guru Qira’at Sab’ah dan Arba’ah Asyar.
- Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar al-Himshani, mengajarkan Qira’at ‘Asyrah hingga surat al-Hijr.
- As-Sanhuri, guru Qira’at hingga surat al-‘Ankabut.
- Badruddin al-Mardini, pengajar Faraidh, Hisab, dan ilmu Aksakta.
- Syamsuddin Abul Wafa Muhammad bin Ahmad al-Ghazi asy-Syafi’i (812–881 H), mengajarkan Fiqih dan Lughah.
Simak juga; Inspirasi Hidup Syeikh Zakaria al-Anshari dari Penghinaan Menjadi Kunci Kesuksesan
Sosok Pribadi yang Luar Biasa
Ibnu Qasim bukan hanya sosok cendekia, tapi juga pribadi yang sangat mulia.
Dikenal zuhud, sederhana, dan santun, beliau selalu menjaga wudhu ketika mengajar dan tak pernah meninggalkan salat berjamaah.
Bacaan Al-Qur'annya sangat merdu dan menyentuh hati, hingga banyak orang yang menangis saat mendengarnya.
Ia juga menjauhkan diri dari gemerlap dunia. Meski memiliki kapasitas keilmuan yang luar biasa, Ibnu Qasim tidak pernah mengejar pangkat atau kekuasaan.
Ia lebih memilih hidup sederhana dan fokus mengajar serta menulis demi kemaslahatan umat.
Baca juga: Panduan lengkap bagi pemula rahasia menulis dari nol
Karya-Karya Tulis Syekh Ibnu Qasim
Syekh Ibnu Qasim berkontribusi besar dalam berbagai cabang ilmu, seperti Nahwu, Sharaf, Fiih, dan Aqidah.
Beberapa karya tulisnya yang paling berpengaruh dan masih diajarkan hingga kini adalah:
- Fath al-Qarib al-Mujib fi Alfazh at-Taqrib: syarah dari kitab at-Taqrib karya Syekh Abu Syuja', dan menjadi kitab fikih dasar bagi santri di pesantren Indonesia.
- Fath ar-Rabb al-Malik: syarah atas Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu.
- Hasyiyah atas Syarh Tashrif karya Sa’duddin at-Taftazaniy.
- Hasyiyah atas Syarh ‘Aqaid Nasafiyah karya at-Taftazaniy.
- Syarh Minhaj at-Thalibin karya Imam Nawawi.
- Al-Qaul al-Wafi li Syarh ‘Aqaid an-Nasafi.
- Nuzhatu an-Nazhir bi at-Tarf dalam ilmu Sharaf.
- Nafa'is al-Fara'idh wa 'Ara'is al-Fawa'id: karya dalam ilmu waris dan faidah-faidah fikih.
Pengaruh Syeikh Ibnu Qasim di Dunia Islam
Pengaruh Syeikh Ibnu Qasim tidak hanya terasa di zamannya, tetapi terus hidup hingga kini.
Kitab Fathul Qarib diajarkan hampir di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan menjadi salah satu rujukan utama dalam madrasah diniyah, perguruan tinggi Islam, dan halaqah ilmiah di Timur Tengah.
Para ulama besar juga menulis syarah dan hasyiyah terhadap karya beliau, seperti:
- Syekh Qalyubi dan Ajhuri
- Syekh al-Bulaqi
- Syekh Dawud ar-Rahmani
- Syekh Nawawi Banten – menulis Qut al-Habib al-Gharib, syarah populer atas Fathul Qarib.
Ini membuktikan bahwa Fathul Qarib tidak hanya populer, tapi juga mendapat legitimasi ilmiah dari generasi ulama setelahnya.
Kitab ini juga masih masuk dalam kurikulum resmi Universitas Al-Azhar Mesir.
Baca juga: Pembahasan lengkap, ringkas, dan padat tentang metodologi fikih
Wafat dan Warisan Abadi
Ibnu Qasim wafat pada hari Rabu, 6 Muharram 918 H, atau menurut riwayat lain pada hari Jumat, 15 Muharram 918 H, di Kairo, Mesir, dalam usia sekitar 58 tahun.
Meski telah tiada, warisan keilmuannya tetap hidup dalam jutaan santri dan penuntut ilmu di seluruh dunia.
Mengapa Harus Mengenal Ibnu Qasim al-Ghazi?
Mengenal biografi Ibnu Qasim al-Ghazi, sang pengarang Fathul Qarib, bukan hanya mengenal seorang ulama.
Tapi kita sedang menelusuri jejak intelektual dan spiritual yang telah membentuk wajah pendidikan Islam hingga hari ini.
Ia adalah representasi ulama sejati: rendah hati, ahli ilmu, dan mengabdikan hidupnya hanya untuk Allah dan umat Islam.
Kitab Fathul Qarib hanyalah salah satu dari banyak karya beliau, namun pengaruhnya menjangkau lintas generasi dan zaman.
Setiap santri yang mempelajari kitab ini secara tidak langsung sedang menyerap ilmu dan semangat hidup dari penulisnya.
Dengan demikian, mari kita teruskan semangat Ibnu Qasim dalam menuntut ilmu, menjaga adab, dan menyebarkan cahaya Islam dengan keikhlasan.
Referensi:
(Dilansir dari berbagai sumber dan data-data pendukung lainnya, seperti Kitab Fath al-Qarib al-Mujib cetakan Dar al-Minhaj, serta buku Sanad Ulama Nusantara: Transisi Keilmuan Ulama al-Azhar dan Pesantren).
Posting Komentar