![]() |
Stoikisme dalam Perspektif Islam: Menggali Hikmah dan Relevansinya dengan Ajaran Islam |
S emua hal tidak ada yang terlepas dari konsep agama
Islam. Begitu juga dengan Stoikisme. Kita perlu memperdalam paham ini dengan
menggali hikmah dan relevansi dalam ajaran Islam.
Stoikisme merupakan salah satu paham filsafat yang pada
akhir-akhir ini digandrungi dan menjadi gaya hidup dalam memahami kehidupan
oleh generasi millenial terutama generasi Z.
Hal ini terjadi bukan tanpa alasan bahkan sudah menjadi
pola dasar pemikiran. Mereka berpegangan bahwa hidup ini untuk bahagia, dan
cara bahagia itu adalah dengan melakukan kebaikan.
Lantas bagaiman stoikisme itu sendiri dalam perspektif
Islam? karena paham ini berpijak dan merupakan bagian dari filsafat apakah kita
harus berhati-hati untuk mengamalkan filsafat stoa dalam kehidupan sehari-hari?
Berkaca pada esensi dari stoa adalah dengan melakukan
kebajikan sebagai sumber kebahagiaan serta kontrol diri secara sepenuhnya
sehingga menjadikan paham filsafat ini diterima dan memang?
Apakah bisa menjadi gaya hidup untuk menyikapi segala
tekanan yang ada dengan bahagia atau bisa dikatakan dengan bersabar dan
bersyukur?
Sebelumnya mari kita mengenal dulu apa itu stoikisme
dan sejarah ringkas asal ususlnya. Baca juga: Cara Sederhana Menjalani Hidup
Definisi Stoikisme dan Sejarah Ringkas
Stoikisme adalah aliran atau mazhab filsafat Yunani
kuno yang didirikan di kota Athena oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3
SM.
Aliran ini juga dikenal dengan sebutan Stoa, yang
merujuk pada Stoa Poikile, sebuah "sekolah filsafat" di Athena.
Stoikisme baru secara resmi muncul sekitar tahun 301 SM ketika Zeno hampir
kehilangan segalanya saat melakukan pelayaran untuk berdagang.
Tokoh-tokoh penting dalam stoikisme meliputi Zeno dari
Citium, yang merupakan pendiri aliran ini, serta tokoh-tokoh lain seperti
Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Prinsip-prinsip dalam Ajaran Stoikisme
Mereka mengembangkan prinsip-prinsip dan ajaran
stoikisme yang menjadi dasar pemikiran dalam aliran ini. Baca juga: Apakah Takdir Bisa Berubah?
Stoikisme mengajarkan konsep hidup sesuai dengan alam,
di mana kita harus menerima kenyataan yang tidak dapat kita ubah dan hidup
harmonis dengan alam.
Prinsip lainnya adalah mengendalikan pikiran dan
tindakan kita sendiri, karena kita hanya dapat mengontrol hal-hal yang ada
dalam kendali kita bukan hal-hal di luar kendali kita.
![]() |
Kebahagian itu kita sendiri yang mengontrol dan menciptakannya serta berdamai dengan kenyataan hidup. |
Stoikisme memiliki pengaruh yang signifikan pada
filsafat dan psikologi modern. Prinsip-prinsip stoikisme dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menghadapi tantangan dengan lebih tenang,
mengendalikan emosi negatif, dan hidup dengan moralitas yang baik.
Relevansi Stoikisme dengan Ajaran Islam
Berpijak pada prinsip-prinsip stoikisme di atas
mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap. Namun, bagaimanakah relevansi
paham stoikisme dengan ajaran Islam itu sendiri.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
لَيْلَى ، عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ،
وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
(رواه مسلم )
Artinya: Dari Shuhaib r.a. (w. 38 H.), ia berkata,
"Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh luar biasa dan ajaib urusan seorang mukmin, seluruh urusannya adalah baik
baginya, dan tidaklah berlaku demikian
halnya bagi siapa pun selain mukmin. Jika dia mendapat kesenangan dia
bersyukur, dan itu baik baginya. Jika dia tertimpa musibah dia bersabar, dan
itu baik baginya." (HR. Muslim).
Hadis di atas menjelaskan tentang
sikap kita sebagai seorang mukmin yaitu harus memiliki rasa bersyukur dan sabar
dalam konteks penerimaan sebuah kenikmatan dan kesengsaraan atau musibah.
Dua hal ini, terciptalah seorang
mukmin yang akan selalu bahagia, karena dia menganggap seluruh urusannya akan
baik baginya. Sehingga dengan adanya pola pikir seperti itu, hidup seorang
mukmin akan selalu bahagia ketika dia bisa menempatkan rasa bersyukur dan
bersabar sebagai pijakan untuk selalu bahagia.
Menurut Imam al-Nawawi, hadis ini menunjukkan keutamaan orang mukmin yang senantiasa mendapatkan kebaikan dalam setiap kondisi.
Pada
dasarnya esensi dari paham stoikisme itu sejalan dengan apa yang ada dalam
Islam dan mematahkan argumen bahwa seluruh paham filsafat itu
sesat.
Padahal ketika kita mencari titik temu antara filsafat
dan agama -terutama agama Islam- akan selaras dan banyak relevansinya.
Dapat dipastikan bahwa akan memiliki hasil akhir yang
sama sebagaimana paham stoikisme dan juga pemahaman tentang selalu bersabar dan
bersyukur agar bisa memahami segala bentuk kasih sayang Allah.
3 Hal Penting Mengenai Relevansi Stoikisme dengan Ajaran Islam
Stoikisme dan ajaran Islam memiliki beberapa titik temu
dan relevansi yang dapat ditemukan. Meskipun stoikisme berasal dari tradisi
filsafat Yunani kuno dan Islam memiliki akar yang berbeda, terdapat persamaan
dalam beberapa prinsip dan konsep yang diajarkan oleh keduanya.
1. Pengendalian Emosi
Baik
stoikisme maupun Islam mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi dan mengelola
reaksi terhadap situasi yang dihadapi.
Keduanya menekankan pentingnya kesabaran, ketenangan,
dan kebijaksanaan dalam menghadapi ujian dan tantangan kehidupan.
2. Ketenangan Batin
Stoikisme
dan Islam sama-sama menekankan pentingnya mencari ketenangan batin dan
keseimbangan dalam hidup.
Stoikisme mengajarkan untuk menerima kenyataan yang
tidak dapat diubah, sementara Islam mengajarkan untuk tawakal kepada kehendak
Allah dan mencari ketenangan melalui hubungan yang kuat dengan-Nya.
3. Kebijaksanaan dan Moralitas
Baik
stoikisme maupun Islam menekankan pentingnya hidup dengan kebijaksanaan dan
moralitas yang baik. Keduanya mengajarkan nilai-nilai etika, seperti keadilan,
kejujuran, dan kasih sayang terhadap sesama.
Meskipun terdapat kesamaan dan relevansi antara
stoikisme dan Islam, penting untuk diingat bahwa ajaran Islam memiliki pijakan
yang lebih luas, yaitu wahyu Ilahi yang terdapat dalam Al-Qur'an dan
Hadis.
Islam memberikan panduan yang lebih komprehensif untuk
kehidupan berdasarkan ajaran Allah SWT dan contoh teladan dari Nabi MuhammadSAW.
Dalam menjalani kehidupan, kita dapat mengambil hikmah
dan prinsip yang baik dari stoikisme serta mengintegrasikannya dengan ajaran
Islam untuk mencapai keseimbangan, ketenangan batin, dan hidup yang lebih baik
sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Wallahu a'lam
Sumber
Referensi:
-
KompasPedia
-
Wikipedia
-
DailySocial
-
Haloedukasi
-
The Conversation
Posting Komentar