![]() |
Halaqah keilmuan faktor tersebarnya ilmu sepanjang masa |
[Oleh: Yuda Maulana, S.Ag (Mahasantri Pascasarjana Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga)]
D
alam mazhab terdapat beragam pendapat para
ulama dalam menjawab berbagai persoalan. Di samping para imam dari setiap
mazhab juga ada pendapatnya.
Pengaruh besar terhadap perkembangan sebuah Mazhab dilandasi dari 2
faktor, salah satunya adalah kepribadian pemilik Mazhab itu sendiri.
Sedangkan faktor yang kedua karena pengaruh
dari pengikut mazhab itu sendiri dalam mengembangkan mazhab tersebut.
Namun, pada kesempatan ini penulis hanya
menjelaskan fokus kepada faktor pertama saja. Insyaallah pada kali yang lain
akan kita lanjut pada faktor yang kedua.
Faktor Pengaruhnya Kepribadian Pemilik Mazhab
Pemilik mazhab yang memiliki kepribadian
produktif dengan keahlian dan bakat yang ia miliki akan mempengaruhi mazhab
menjadi kuat dan kokoh bak kapal yang mampu mengarungi ribuan samudra.
Sebaliknya, jika pemilik mazhab tidak memiliki kepribadian yang mumpuni maka akan berpengaruh buruk terhadap mazhab.
Kita ketahui bersama bahwa mazhab yang terkodifikasi hanyalah
empat, yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi'i dan mazhab
Hambali.
Dari empat mazhab tersebut yang paling mudah saat dideteksi
pendapat kuat dari pada Imam hanyalah Imam Syafi'i saja.
Imam Syafi'i memberi jalan terbaik terhadap pengikut setelahnya dengan meralat pendapat qadim (lama) dan menggantikannya dengan pendapat jadid (baru).
Dengan adanya keterangan pasti dari imam syafi’i, para ulama fuqaha mudah
saat mendeteksi pendapat yang kuat darinya.
Bahkan tidak ada satu pun kitab Imam Syafi'i
yang menggambarkan pendapat-pendapat qadim terkecuali hanya beberapa lembaran
saja dan hampir tidak ditemukan lagi.
Berdasarkan faktor tersebut, sekarang tidak pernah
ditemukan satu kitab dari kitab Imam Syafi'i yang menggambarkan pendapat qadim
dari beliau.
Adapun selain mazhab Syafi'i, pendapat dan riwayat-riwayat Imam
yang dipelihara oleh sahabat dan murid merupakan pendapat dari mazhab, baik itu
pendapat yang telah direvisi atau pendapat yang tidak direvisi tanpa memberi
tanda-tanda terang dan jelas terhadap pendapat kuat.
Ibarat Khusus Sebagai Identifikasi Pendapat Imam Mazhab
Terkadang salah satu dari Imam mazhab mengindikasi pendapat yang
telah mereka ijtihad dengan ibarat khusus. Di antaranya seperti perkataan mereka pada
salah satu dua pendapatnya dengan ibarat "هذا احب الى"
(ini pendapat yang paling aku suka) atau "هذا أولى"
(ini pendapat yang paling utama).
Imam Mawaridi berkata: perkataan Imam
terkadang ungkapannya jelas atau hanya sebatas isyarah, seperti ungkapan:
أومأ اليه أشار
اليه ,دل كلامه عليه,
توقف عليه
Al-Thufi berkata: Imam Ahmad pemuka mazhab Hambali sangat sering mengungkap
pendapatnya dengan ibarat;
كنت
أقول كذا ثم تركته او جبنت عنه
Artinya "aku berpendapat seperti itu, kemudian aku tinggalkan
atau aku melemahkannya"
Contoh di atas terdapat pada bab tayamum, dengan redaksi sebagai
berikut:
يجد
الماء في الصلاة كنت أقول يمضي في الصلاة تدبرت فاذا اكثر الاحاديث عل انه يخرج
Artinya: “seseorang melaksanakan shalat dengan tayamum dan menemukan air ketika ia sedang melaksanakan shalat. Aku berkata (Imam Ahmad): shalatnya tidak dihukumi batal dan ia harus melanjutkan sebagaimana biasa. Setelah aku analisa, ternyata sangat banyak hadis yang mengindikasi kepada tidak sah.”
Ada beberapa contoh yang tidak mungkin kita
sebut semua karena mengingat inti dari pembahasan ini bahwa pendapat dan
riwayat yang kuat dari beberapa masalah yang telah dikemukakan oleh Imam
hanyalah segelintir.
Kesimpulan
Oleh karenanya, untuk mengenal pendapat (mutakaddim)
terdahulu dan (mutaakhir) terakhir dari Imam mazhab selain Syafi'i sangatlah
sukar dan rumit, bahkan sampai pada tingkatan mustahil untuk mengetahui dan
mendeteksinya.
Thufi memberi gambaran dan penjelasan sedikit terhadap perihal rumitnya menemukan pendapat kuat dari Imam. Beliau mengungkapkan bahwa:
“faktor utama
penyebab sukar medeteksi pendapat kuat dari mazhab Hambali karena berserakan
dan banyaknya riwayat pendapat di dalam mazhab.
Al-Thufi mengambil beberapa sampel dari kitab penganut mazhab Hambali,
seperti kitab zada al-musafir milik Abi Bakar dan jami' al-Akabir
milik Khalal.
Dari dua kitab fundamental tersebut sangat banyak pembahasan fikih
Hambali yang tak terhitung jumlahnya, tetapi tidak ditemukan dan diketahui
pendapat kuat dari mazhab pada masalah-masalah tertentu”.
Referensi:
Dr. Umar Sulaiman, Madkhal ila Dirasah wa Madaris Mazhab
fiqhiyyah, (Dar al-Nafais, Amman, Jordan), h. 54.
Posting Komentar