aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Mengenal Sosok Dan Pemikiran Habib Abu Bakar Al-Adni Bin Ali Al-Masyhur

Habib Abu Bakar Al-Adni Bin Ali Al-Masyhur

Innalillahi wa innailaihi rajiun. Umat Muslim saat ini seantero dunia kembali berduka setelah mendengar kabar Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Al-Masyhur menutup usia.

Habib Abu Bakar beliau wafat pada Rabu (27/7/2022) di Yordania ketika sedang menjalani pengobatan. Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Masyhur merupakan salah satu guru dari Habib Umar bin Hafidz.

Hadramaut adalah tempat yang menyimpan banyak permata di dalamnya. Semua orang ingin menziarahi tempat tersebut. Permata yang bersinar dari tempat tersebut mampu menghipnotis setiap jiwa yang sudah berkarat dengan dosa dan maksiat sehingga menjadi sosok yang insaf dan taat.

Kalau kita membaca berbagai literatur sejarah tentang Hadramaut-Yaman, kita takjub dengan daerah ini karena sejak belasan abad yang silam sudah dikenal sebagai kawasan yang melahirkan orang-orang yang shalih dan para ulama. 

Di tempat inilah banyak muncul para waliyullah dan da’i yang mengenalkan manusia kepada Rabb-nya. Dari masa ke masa, Hadramaut selalu dihuni dan memproduksi manusia-munusia terpilih yang produktif menjadi penyambung lidah kenabian.

Ketenaran Hadramaut sebagai tempat pencetak ulama-ulama tersohor itu dikenal seluruh jagad alam raya ini. kota inilah yang dikenal dengan kota seribu wali. Baca juga Tidak mau mengambil warisan, waraskah?

Dewasa ini kita kenal para ulama asal Hadramaut yang sangat luar biasa, kita kerap kali mendengar sosok nama al-Habib Salim Asyathiri dan al-Habib Umar bin Hafidz. Lantaran keduanya sering berkunjung ke indonesia serta murid-muridnya pun tersebar di seluruh pelosok nusantara ini.

Sedangkan di Hadramaut sendiri, ada seorang tokoh ulama besar yang dikenal oleh masyarakat Yaman sebagai cendikiawan muslim. Beliau adalah al-Habib Abu Bakar al-Adni bin Ali al-Masyhur, seorang ulama yang mempunyai pemikiran cemerlang pada abad ini.

Sosok dan kepribadiannya adalah ulama rabbani yang sesungguhnya. Kiprahnya dalam berdakwah telah masyhur di berbagai penjuru negeri, baik di Timur Tengah maupun di Eropa. 

Biografi Habib Abu Bakar al-Adni bin Ali al-Masyhur

Habib Abu Bakar Al-Adni Bin Ali Al-Masyhur

Habib Abu Bakar al-Adni dilahirkan di lembah Ahwar yang terletak di provinsi Aden, pada tahun 1366 H/1947 M. Beliau sangat beruntung karena berada di lingkungan keluarga yang begitu cinta ilmu dan dakwah.

Beliau dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang religius sehingga menjadikannya sejak masih kecil telah mampu mengkhatamkan hafalan al-Quran. Baca juga pilih calon suami yang mahir kitab atau penghafal al-qur'an?

suatu keberuntungan bagi beliau adalah berada dalam lingkungan yang penuh dengan para ulama saat itu, sehingga memiliki banyak kesempatan untuk belajar langsung pada para ulama yang berada di kawasan Hadramaut, seperti Ahwar, Aden, dan sekitarnya.

Beliau pernah menceritakan bahwa, Sejak berumur 14 tahun  telah dilatih dan dididik oleh ayahnya yakni al-Habib Ali al-Masyhur untuk berdakwah.

Bahkan diusia yang cukup belia tersebut, sang ayah sudah sering memerintahnya untuk membuat konsep khutbah Jum’at, kemudian sebelum disampaikan di atas mimbar terlebih dahulu dibaca di depan sang ayah.

Sosok sang ayahlah yang banyak mempengaruhi kehidupan beliau.  Bahkan hampir di semua sisi hidupnya banyak dididik oleh sang ayah. Baca juga Bolehkah pilih kasih terhadap anak?

Di samping ayahnya sebagai sosok murabbi dan pendidik pula, beliau mengajarkannya disiplin waktu dan sangat perhatian pada pendidikan keluarganya.

Keberhasilan Habib Abu Bakar tak luput dari didikan dan peranan penting  kedua orang tuanya. Merekalah yang telah sukses membangun karakter Habib Abu Bakar sehingga menjadi public figur ternama seperti sekarang.

Selain beliau belajar langsung pada ayahnya, Habib Abu Bakar juga belajar kepada para ulama di tempat-tempat tradisional maupun menimba ilmu secara formal di sekolah. Beliau hingga akhirnya lulus dari Universitas Aden dengan memilih jurusan tarbiyah.

Masa Remaja Habib Abu Bakar al-Adni

Dalam kitab al-Khuruj Min Dairatul Hamra, beliau mendokumentasikan ceritanya saat masih dalam masa remaja. Beliau dan keluarganya saat itu berada di bawah tekanan dan intimidasi pemerintahan komunis terhadap masyarakat Yaman.

Apalagi para tokoh ulama dan da’i menjadi buronan. Sehingga akhirnya beliau dan keluarganya memutuskan secara terpaksa harus keluar dari Yaman menuju Arab Saudi.

Di Hijaz, beliau mendapat titah dari ayahnya untuk menjadi Imam shalat, mengisi pengajian, dan menjadi khatib di salah satu Masjid yang berada di Jeddah. Baca juga 3 tipe orang menghadiri majelis ilmu, yang ketiga sangat disayangkan.

Pada awalnya beliau sangat ingin melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar Mesir, namun kedua orang tuanya tidak memberi izin dan memintanya untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama kepada al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf.

Saat menjadi murid Habib Abdul Qadir ini, beliau mendapati sosok gurunya yang begitu mumpuni dan sebagai tujuan utamanya. Karena rasa ikatan hati yang kuat yang tersemai di antara keduanya. Anehnya, tanpa terasa keinginan untuk melanjutkan studi ke Mesir semakin lama semakin terkikis dan akhirnya sirna.

Beliau pernah berkata tentang sosok gurunya itu yang tak lain adalah Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf:

“keinginanku untuk belajar ke mesir menjadi lenyap setelah aku berjumpa dengan al-Habib Abdul Qadir, sebab tujuan dan keinginanku telah ku jumpai di kota ini, sesuatu yang kutemukan pada diri al-Habib Abdul Qadir adalah luasnya masyhad, ilmu yang memadai, kejernihan akal, dan kesungguhan orientasi serta akhlak nubuwwah yang sempurna”.

Habib Abu Bakar mulai dekat dengan sang guru, yaitu Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, sehingga beliau banyak sekali menyelesaikan pelajaran dan membacakannya di depan sang gurunya Habib Abdul Qadir. Alasan ini pula beliau menjadi murid teristimewa bagi sang guru.

Kembali Pulang Ke Tanah Kelahiran

Sejak kaum komunis angkat kaki dari tanah Yaman Selatan serta bersih dari pemerintahan komunis, dan terbentuknya persatuan antara Yaman Selatan dengan Yaman Utara, beliau pun pulang ke Yaman tanah kelahirannya dengan membawa pemikiran yang cemerlang dalam menciptakan kehidupan kondusif dan damai di negaranya.

Beliau termasuk sosok ulama pertama yang mempropagandakan persatuan pemikiran dan jiwa kepada masyarakat Yaman setelah Negara mereka mampu bersatu. Baca juga Dunia adalah jamban, VIP atau ekonomi Anda?

Semenjak saat itulah kiprah beliau yaitu Habib Abu Bakar al-Adni mulai tampak. Sepak terjang beliau dalam dunia pendidikan sangat menonjol kala itu.

Hal tersebut terbukti saat beliau mampu membuka puluhan pondok pesantren diberbagai pelosok negeri Yaman, serta pusat-pusat pendidikan yang jumlahnya tidak kurang dari 83 cabang.

Kemampuan beliau dalam menggabungkan konsep pendidikan modern dengan pendidikan tradisional menjadikan mayoritas murid-muridnya sebagai sarjana dan cendikiawan yang juga ikut mewarnai dakwah di Yaman.

Di samping aktifitas beliau sebagai pengajar, beliau juga aktif mengadakan berbagai seminar dan kajian intensif seputar dakwah dan ilmu keislaman. Baca juga beramal takut riya atau tinggalkan saja.

Selain itu, begitu juga banyak mendidirikan berbagai forum kajian atau yang lebih dikenal dengan istilah muntadayat yang berada di berbagai daerah di kawasan Yaman.

Pemikiran Dan Gagasan Habib Abu Bakar al-Adni 

Tidak sedikit gagasan dan pemikiran dari Habib Abu Bakar al-Adni membantu menyelesaikan berbagai problematika umat.

Gagasan dan pemikiran tersebut dituangkan dalam kitab di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Beliau telah melahirkan lebih dari 150 karya, baik di bidang Fikih, Sejarah, Akidah, Sastra, Metode Dakwah dan lain-lain.

Di antara karya beliau yang spektakuler dan menarik adalah karya-karya dengan pemilikiran yang cukup baru, dan belum pernah dijelaskan oleh ulama-ulama pendahulunya yaitu fikih Tahawwullat.

Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali bin Abu Bakar Al-Masyhur beliau dikenal sebagai pemikir atau mufakkir dikarenakan kecerdasan intelektual dan kejeniusannya mengenai peradaban zaman yang melampaui dari pemikir-pemikir ulung lainnya. 

Keuletannya dalam menuntut ilmu bisa terlihat dari buah karya yang beliau lahirkan yang dinamai dengan fiqih tahawwullat. Fikih Tahawwulat, kiranya menjadi salah satu contoh dari buah kedalaman ilmu dan kecerdasan intelektualnya.

Apakah Itu Fiqih Tahawwulat?

Fiqh Tahawwulat ialah berkeyakinan bahwa mengetahui tanda-tanda hari kiamat merupakan termasuk rukun agama yang ke empat. Dalam hal ini, keyakinan beliau ini bertolak belakang dengan opini mayoritas ulama yang mengatakan rukun agama itu ada tiga  yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

Meski begitu, ideologi dan ijtihad Habib Abu Bakar tidak menjadikannya keluar dari agama Islam, karena tidak setiap perbedaan yang muncul dalam syariat menunjukan adanya kekufuran kepada orang tersebut.

Umat Islam, sejak lama telah mengenal rukun agama itu terbagi menjadi tiga, yaitu  Islam, Iman dan Ihsan. Ketiga rukun agama tersebut wajib diketahui oleh setiap Islam yang telah mukallaf berdasarkan landasan hadis Jibril yang panjang.

Namun  Dari hadis Jibril itulah habib Abu Bakar berpendapat bahwa rukun agama sebenarnya ada empat, dengan tambahan yaitu mengetahui tanda-tanda kiamat. Rukun ke empat inilah yang beliau populerkan dengan istilah fiqih tahawwulat.

Perbedaan ketiga rukun tersebut dengan rukun yang terakhir ini adalah, ketiga rukun agama bersifat tetap dan tidak ada perubahan, sementara itu, rukun ke-empat ini bersifat kondisional dan cendrung berubah-rubah sesuai dengan kondisi dan masanya.

Dari sini kita bisa menilai dan melihat, bahwa keluasaan cara berfikirnya melampaui pemikir dari kaum cendekiawan mana pun pada era modern sekarang. baca juga kecemburuan nabi Adam kepada Umat Nabi Muhammad.

Di samping itu, manfaat dan faedah lahirnya istilah Fiqh Tahawwulat ialah membuktikan kebenaran hadits Nabi Muhammad SAW perihal munculnya tanda-tanda kiamat pada akhir zaman.

Faedah yang lain adalah mengetahui sikap yang benar dalam menyikapi berbagai fitnah yang timbul disepanjang masa, dengan berlandaskan nas nabawi. 

Di mana fitnah yang terjadi tersebut menjadi tanda-tanda kiamat yang akan terjadi sepanjang masa. Mulai semenjak masa Rasulullah hingga pada puncak terjadinya kiamat.

Perlu digaris bawahi bahwa Fiqh Tahawwulat tidak terlahir begitu saja, namun terlahir setelah beliau mengkaji dan menelaah tasfir ayat-ayat Al-Qur'an, Sunnah Nabi, serta Atsar para sahabat.

Yang lebih menarik lagi adalah seperti halnya dengan ulasan tentang ketiga rukun agama, Istinbat/pengambilan fiqih tahawwulat ini berdasarkan teks-teks suci/al-Quran dan Hadits dengan menggabungkan antara sejarah peradaban dan realitas sosial maupun budaya masyarakat saat ini.

Demikianlah sekilas pandang biografi beliau dan gagasan pemikirannya yang luar biasa. Kepergian beliau tentu meninggalkan luka, namun beliau masih meninggalkan rekam jejaknya melalui karya-karyanya yang bisa kita nikmati dan cicipi.

Wallahu a’lam bisshawab

 

Dikutip dari berbagai sumber

 

 

Posting Komentar

Posting Komentar