Dunia Adalah Jamban, Tamu VIP Atau Ekonomikah Anda?
Tempat yang kita tinggali sekarang ini adalah tempat yang sangat indah, menawan dan menawarkan berbagai macam pesona alam yang membuat mata kita tidak bosan memandangnya.
Pernak-pernik keindahannya mampu membuat kita mabuk kepayang
dan terlena di tamannya. Bahkan banyak dari kita yang mengabaikan segala hal
yang tidak ada kaitannya dengan keduniaan.
Setiap hari dan malam senantiasa mengeruk setiap sudut dan liku dunia ini. ekspektasi yang tinggi mampu mengaburkan semua aral lintang dan jurang yang curam dari kepahitan dan tantangan hidup.
Seolah-olah itu adalah motivasi besar untuk senantiasa mendongakkan kepala agar bisa melumat setiap jengkal dari bumi ini. Baca Juga: Cara Sederhana Menjalani Hidup
Orang yang cerdik dan tahu hakikat dunia akan menyadari bahwa sebenarnya
tempat yang kita agungkan keindahannya adalah jamban yang difasilitasi untuk
tamu.
Kok bisa dunia ini adalah jamban bagi para tamu?
Dilansir dari kitab An-Nawadir karangan Syeikh Ahmad Syihabuddin Bin
Salamah Al-Qulyubi beliau mengutip sebuah hikayah bahwa pernah suatu
ketika kaisar dari kerajaan Romawi menulis surat kepada Ibnu Abbas RA yang
bertanya:
“Apakah pantas seorang yang menjamu tamu mengeluarkan atau mengusir tamu dari rumahnya?”
Yang dimaksud dengan tamu di sini adalah Nabi Adam dan Hawa
ketika Allah mengeluarkan keduanya dari surga.
Ibnu Abbas RA menjawab : “sesungguhnya Allah tidak pernah bermaksud untuk mengeluarkan keduanya. Hanya saja Allah berkata kepada mereka berdua lepaskanlah dan letakkanlah pakaian kalian di sini kemudian pergilah untuk membuang hajat.
Sama halnya seperti tamu apabila melepaskan pakaiannya kemudian
menuju ke jamban untuk buang hajat. Setelah itu kembali lagi ke meja hidangan
makanan.”
Jawaban cerdik Ibnu Abbas RA tersebut secara tidak langsung menggambarkan bagaimana hakikat dari dunia itu sendiri.
Meskipun kelihatan indah dan banyak orang yang berlomba-lomba untuk menghiasinya, pada hakikatnya mereka sedang menghias jamban seindah mungkin. Baca Juga: 8 Hal Yang Menarik Tapi Palsu
Semua orang yang waras juga menyadari apa fungsi dari jamban itu sendiri
yaitu untuk membuang hajat. Tidak ada orang yang berambisi menghias jamban
dengan pernak-pernik emas kemudian jamban dijadikan tempat tidur dan
beraktifitas.
Jamban bukanlah tempat untuk berlama-lama di dalamnya. Meskipun hanya sebentar berada di dalamnya, banyak ide yang bisa muncul seketika tanpa program sebelumnya.
Dan ide tersebut juga akan hilang seiring membersihkan diri dan
keluar darinya.
Artinya, di dalam dunia ini kita banyak muncul ekpektasi dan terobsesi dengan berbagai hal. Inisiatif untuk menciptakan kemegahan di dalam dunia ini muncul secara spontan.
Tetapi seiring perjalanan waktu semua harapan itu juga
akan pupus sendiri karena menyadari
tidak bisa berlama-lama di dunia ini.
Waktu berjalan begitu cepat dan tanpa menunggu kita. Sedangkan harapan kita menjadi nyata dengan sistem estafet dan kerja sama dalam surat kontrak untuk menuntaskan misi proyek.
Setelah itu, mungkin ada yang bisa menyaksikan
hasilnya tetapi dalam kondisi uzur atau hanya menjadi sebagai kenangan karena
ada campur tangannya waktu semasa hidup dulu.
Meskipun demikian, dunia ini tetap mampu mengaburkan pandangan manusia dengan ragam kemewahannya. Sehingga status sosial menjadi persoalan penting bagi setiap orang.
Semuanya meng-upgrade diri untuk menjadi orang yang melebihi di atas rata-rata orang lain. Baik dari segi harta, lifestyle, aksesoris dan lainnya.
Sehingga muncullah perbedaan kasta dalam kehidupan. Baca Juga: Hikmah Di Balik Husnudhan
Diskriminasi sosial pun mulai bermunculan dengan melahirkan istilah-istilah yang mendiskreditkan suatu kasta. Kemudian setiap orang dapat menilai dirinya sendiri apakah berada dalam kasta selevel VIP atau hanya setingkat ekonomi.
Namun, kasta kehidupan tersebut dimata orang yang cerdas tetap bagaikan jamban. Mungkin yang level VIP lebih mewah menghiasi jambannya sedangkan yang ekonomis hanya biasa-biasa saja.
Artinya apapun perhiasan yang ditempelkan pada
jamban maka tidak akan pernah burubah fungsi utamanya sebagai tempat buang
hajat.
Oleh karena itu, janganlah kita terlalu sibuk berlomba-lomba menghiasi jamban. Apalagi rela menyikut tetangganya demi menuntaskan ambisi untuk mempercantik jamban.
Jadikanlah dunia ini hanya sebagai tempat untuk membuang hajat kemudian segera kembali ke meja hidangan makanan.
Hidup sekali hiduplah yang berarti
dengan senantiasa mempersiapkan diri untuk bisa mencicipi makanan di atas hidangan
beserta Nabi. Shallu ‘alan nabi....!!!
Wallahu a’lam bish shawab.
3 komentar