![]() |
Hikmah Di Balik Husnudhan |
Berprasangka baik atau husnudhan terhadap orang lain adalah mencoba untuk
melihat seseorang dari sisi positifnya dan mencampakkan seluruh sisi negatif
meskipun itu yang menyelimuti jiwanya. Susahkan?
Kita perlu melatih diri untuk hal ini supaya mampu melihat sisi posistif orang lain agar dapat menjadi sinyal dan petunjuk untuk intropeksi diri. Merasa diri lebih baik itu adalah kesalahan fatal.
Karena kita tidak tahu di mana letak
sifat dan watak asli seseorang. Kita hanya bisa memvonisnya secara dhahir. Sedangkan
di dalam batinnya tidak ada yang tahu melainkan Allah.
Dilansir dari kitab Fihi Ma Fihi karangan Maulana Jalaluddin Ar-Rumi,
beliau menggambarkan bagaimana sudut pandang seseorang terhadap dirinya dengan
orang lain. Beliau menyatakan:
“Sifat-sifat buruk itu seperti kudis dan bisul. Pada saat sifat-sifat itu
ada pada dirinya, ia tidak merasa tersakiti. Namun, ketika ia melihat sifat-sifat
itu ada pada orang lain, ia justru merasa tersakiti dan menjauhi orang tersebut.”
Begitulah realita yang kita saksikan bahkan yang kita lakukan saat ini. Semut
di seberang lautan nampak sedangkan gajah di depan mata tidak nampak.
Kenapa kita begitu susah untuk berhusnudhan kepada saudara-saudara kita. Ketika persepsi buruk yang kita alamatkan kepada orang lain apa manfaat dan gunanya bagi kita dan dia.
Apakah kita akan semakin tinggi derajat dan akan diagungkan.
Tidakkah kita menyadari bahwa ketika kita ingin menjatuhkan orang lain dengan
menyebarkan info yang tidak benar, sebenarnya kita sedang memasang perangkap
untuk diri sendiri. Lambat laun akan tersungkur dalam perangkap tersebut.
Lantas, apa tindakan dan sikap yang harus diambil ketika kita melihat benar-benar kenyataan buruk yang kita saksikan dari saudara-saudara kita? Menutup mata darinya, atau menghindari berpapasan dengannya?
Atau akan mengucilkannya
dengan secara transparan, atau dijadikan contoh permanen sebagai bahan
peringatan untuk orang lain?
Maulana Jalaluddin ar-Rumi dalam kitabnya Fihi Ma Fihi beliau memberi
solusi dan alternatif sikap apa yang harus kita ambil yaitu:
“Seseorang harus melihat orang lain dengan pandangan hakiki, melampui
batasan sifat-sifat buruk dan baik yang dipinjam oleh orang tersebut. Berusaha menyelam
ke dalam hakikat orang tersebut dan memastikan bahwa sifat-sifat yang ditinggalkan
oleh sebagian orang bukan merupakan sifat asli mereka.”
Saat kita mampu melihat sisi positif orang lain dan mengikis sampai habis pandangan terhadap sisi keburukannya, maka banyak hal dan energi positif diluar dugaan akan muncul bahkan diluar nalar manusia.
Kenapa bisa demikian? Itu rahasia yang
terselubung di balik sikap berprasangka baik terhadap orang lain.
Dinukilkan perkataan Imam Syafi’i dari kitab al-Bayan yang tertera
di dalam kitab al-Fawaidul Mukhtarah Lisalikil al-Akhirah karangan Habib
Zain bin Ibrahim Bin Smith bahwa Imam Syafi’i berkata:
“Barangsiapa yang ingin meninggal dalam keadaan husnul khatimah maka
hendaklah ia memperbagus prasangkanya kepada manusia.”
Dalam kitab Tuhfatul Ahbab menerangkan bahwa orang yang berhusnudhan itu tidak pernah merasakan sia-sia meskipun tersalah. Artinya, prasangkanya tidak sesuai dengan realita yang ada.
Kita dapat menyadari dan bertanya secara
personal kepada jiwa bahwa apa kepuasan batin yang didapatkan ketika kita berprasangka
buruk terhadap orang lain? Bukankan prasangka tersebut akan menghantui kita dan
membuat kita tidak tenang dengannya.
Ketika menyadari hal di atas apakah tetap memasung diri dengan perbuatan keji tersebut. Apakah memberanikan diri untuk mencoba berdamai dengan kondisi tersebut?
Bukankah itu menguras energi untuk hal yang tidak bermanfaat dan merusak
mentalitas kita. Think fresh broe...
Habib Zain Bin Ibrahim Bin Smith mengutip
cerita Habib Aydarus Al-Habsyi dalam kitabnya di atas bahwa Habib bercerita:
“Diriwayatkan bahwa ada sebagian perampok melewati seseorang. Para perampok memberi tahu kepada laki-laki tadi bahwa mereka adalah orang yang berperang di jalan Allah.
Maka laki-laki tersebut menyambut dengan gembira mereka dan
memberi tempat tinggal di rumahnya. Laki-laki tersebut menjamu, memuliakan
mereka dengan menyangka bahwasanya
mereka itu seperti yang diberitahukan kepada dia yaitu orang yang berperang di
jalan Allah.
Di dalam rumah tersebut ada anggota keluarga yang sedang sakit. Maka laki-laki
tadi mendatangi mereka untuk mendoakan baginya dan menyemburnya. Mereka lantas
melakukan apa yang diinginkan oleh pemilik rumah tersebut.
Kemudian para perampok tersebut berangkat ke tempat yang mereka program yaitu
melakukan aksi perampokan. Orang sakit
yang berada di dalam rumah yang disinggahi perampok tersebut diberi kesembuhan
oleh Allah dan sehat kembali.
Para perampok tersebut setelah memenuhi kantong-kantong mereka dengan hasil
perampokan dari orang-orang islam. Mereka berinisiatif untuk kembali kepada orang
tadi yang menyangka mereka adalah orang yang sedang berperang di jalan Allah bahwa
telah pulang dari medan tempur.
Laki-laki tadi memberi tempat tinggal kepada mereka. Dan sangat menghormati mereka dengan memberikan pelayanan yang terbaik.
Pemilik rumah tadi berkata
kepada mereka: Alhamdulillah sungguh kami telah mendapatkan kebaikan
dengan sebab kalian. Allah telah menyembuhkan orang kami yang sakit ketika
kalian mendoakannya dan menyemburnya.”
Para perampok tadi saling memperhatikan satu sama lain. Kemudian mereka berkata : “orang ini sangat baik prasangkanya terhadap kita padahal sifat kita seperti ini (perampok).
Maka Allah memberikan apa yang diinginkan orang
tersebut dengan kebagusan prasangkanya kepada kita. Lantas bagaimana kita tidak
berprasangka baik kepada Allah sehingga memberi rezeki kepada kita rezeki yang
halal. Kami akan meninggalkan pekerjaan kami sebagai perampok”.
Kemudian mereka semua bertaubat. Allah memberi mereka rezeki taubat karena
husnudhan laki-laki tadi terhadap mereka.”
Oleh karena itu, marilah kita mengundang barakah dari Allah dengan sikap prasangka baik terhadap saudara kita. Menutup aib dari segala kesalahan mereka dan tidak menyebarkannya.
Mudah-mudahan Allah akan menutup aib kita di dunia
dan akhirat serta diberi kemudahan untuk senantiasa berhusnudhan kepada siapapun
dan apa saja. Amin amin ya rabbal alamin.
WAllahu a’lam bimuradih..
1 komentar