aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Ada Apa dengan Bulan Safar? Sejarah, Mitos, dan Cara Menyikapinya dalam Islam

Kaligrafi indah bulan safar

S etiap bulan dalam kalender Hijriah menyimpan sejarah, makna, dan peristiwa penting. 

Salah satunya adalah bulan Safar, bulan kedua setelah Muharram

Di tengah masyarakat, terutama di dunia Arab kuno hingga sebagian masyarakat Indonesia, Safar kerap dikaitkan dengan kesialan, musibah, dan bala.

Namun, benarkah bulan Safar adalah bulan penuh sial? 

Ataukah keyakinan ini hanyalah warisan tradisi jahiliyah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam? 

Untuk menjawabnya, kita perlu menelusuri asal-usul penamaan Safar, mitos kesialan yang berkembang, pandangan para ulama, hadis Rasulullah ﷺ, hingga peristiwa besar yang terjadi pada bulan Safar. 

Dengan begitu, kita bisa menyikapinya dengan bijak sesuai akidah Islam.

Simak juga: 14 peristiwa penting dalam bulan Muharram

Mengapa Dinamakan Bulan Safar? 

Bulan Safar bukanlah nama yang muncul begitu saja. 

Dalam literatur klasik, disebutkan bahwa penamaannya berkaitan erat dengan kebiasaan bangsa Arab tempo dulu. 

Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) menulis bahwa Safar bermakna kosong atau sepi.

صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ

Artinya: “Safar dinamakan demikian karena kosongnya rumah-rumah mereka, ketika mereka keluar untuk berperang dan bepergian.”

Dengan kata lain, Safar identik dengan masa kepergian, peperangan, dan perjalanan jauh, sehingga rumah-rumah menjadi sunyi. 

Dari sinilah lahir keyakinan sebagian orang bahwa Safar adalah bulan yang penuh ketidakpastian, bahkan kesialan.

Simak juga: Panduan lengkap dan praktis shalat jamak dan shalat qashar

Mitos Kesialan dalam Bulan Safar

Keyakinan bahwa Safar adalah bulan sial sudah ada sejak masa jahiliyah. 

Sebagian orang Arab percaya bahwa musibah, penyakit, dan bencana lebih banyak terjadi pada bulan ini dibandingkan bulan lainnya.

Namun, ulama besar seperti Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H) menegaskan bahwa keyakinan tersebut tidak benar. 

Beliau berkata bahwasanya:

وَأَمَّا تَخْصِيْصُ الشُّؤْمِ بِزَمَانٍ دُوْنَ زَمَانٍ كَشَهْرِ صَفَرٍ أَوْ غَيْرِهِ فَغَيْرُ صَحِيْحٍ

Artinya: “Adapun mengkhususkan kesialan pada suatu zaman tertentu seperti bulan Safar atau lainnya, maka hal itu tidak benar.”

Menurut Ibnu Rajab, tidak ada bulan yang dikhususkan untuk sial atau keberuntungan. 

Semua bulan sama di sisi Allah Swt. yang membedakan hanyalah perbuatan manusia di dalamnya.

Beliau melanjutkan penegasannya:

فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنُ بِطَاعَةِ اللهِ فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ، وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Setiap zaman yang diisi seorang mukmin dengan ketaatan kepada Allah, maka zaman itu diberkahi. Sebaliknya, setiap zaman yang dipenuhi maksiat, maka itu adalah zaman kesialan baginya.”

Dengan kata lain, kesialan bukan terletak pada bulan Safar, melainkan pada dosa-dosa manusia. 

Simak juga: Terjerumus maksiat, pilihan atau takdir? 

Sebaliknya, keberkahan muncul dari amal saleh dan ketaatan.

Rasulullah ﷺ Membantah Mitos Bulan Safar

Rasulullah ﷺ secara tegas membantah mitos bulan Safar dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang berbunyi:

لَا عَدْوَى وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ

Artinya: “Tidak ada ‘adwa (penyakit menular yang diyakini menular tanpa izin Allah), tidak ada hamah, tidak ada Safar. Dan larilah dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari singa.”

Makna Hadis di atas dapat diklasifikasikan dengan rinci yaitu

1. ‘Adwa (عدوى) 

Keyakinan jahiliyah bahwa penyakit menular dengan sendirinya tanpa campur tangan Allah. Rasulullah ﷺ membantahnya.

2. Hamah (هامة)

Anggapan ruh orang mati berubah jadi burung. Islam membantah keyakinan reinkarnasi model ini.

3. Safar (صفر)

Keyakinan bahwa bulan Safar membawa sial, yang jelas dibantah Nabi ﷺ.

Dengan hadis ini, jelas bahwa Islam menolak takhayul dan keyakinan buta yang tidak berdasar. 

Semua yang terjadi di dunia ini baik sakit, sehat, musibah, atau keberuntungan semata-mata karena kehendak Allah Swt.

Simak juga: Cara membedakan ujian dan azab dalam rumah tangga

Perbedaan Pendapat Ulama tentang Makna “Safar” dalam Hadis

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna kata Safar dalam hadis.

  1. Pendapat Imam Malik menyatakan bahwa: Safar adalah bulan yang dianggap terbalik dengan Muharram. Kaum jahiliyah mengharamkan Safar dan menghalalkan Muharram.
  2. Pendapat mayoritas ulama menyatakan bahwa Safar adalah bulan yang dianggap sial oleh kaum jahiliyah. Mereka bahkan melarang bepergian pada bulan ini karena takut tertimpa musibah.

Dari berbagai pendapat, mayoritas ulama sepakat bahwa Rasulullah ﷺ menolak anggapan bulan Safar sebagai bulan sial. 

Islam tidak mengenal konsep bulan sial, yang ada hanyalah bulan-bulan haram (suci) seperti Muharram, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab.

Simak juga: Lebih bodoh dari lalat jalan manusia menuju neraka

Peristiwa Penting dalam Bulan Safar

Jika ditelusuri, justru banyak peristiwa besar dan penuh makna dalam sejarah Islam yang terjadi di bulan Safar. Di antaranya:

  1. Perang Al-Abwa → Perang pertama yang dipimpin langsung oleh Rasulullah ﷺ.
  2. Perang Khaibar → Pertempuran melawan Yahudi Khaibar yang berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin.
  3. Ekspedisi Qutbah bin Amir → Ekspedisi dakwah sekaligus pertahanan Islam.
  4. Perang Dzu’Amr → Bentrokan melawan kabilah Ghatafan.
  5. Utusan Bani Udzrah datang kepada Rasulullah ﷺ untuk menyatakan Islam.
  6. Masuknya Amr bin Ash r.a. ke dalam Islam → Salah satu tokoh penting Quraisy.
  7. Hijrah pertama Rasulullah ﷺ ke Madinah.
  8. Pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Sayyidah Khadijah r.a.
  9. Pernikahan Ali bin Abi Thalib r.a. dengan Sayyidah Fatimah r.a.
  10. Penaklukan Romawi oleh pasukan Usamah bin Zaid.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa Safar bukan bulan sial, melainkan bulan yang menyimpan banyak kemenangan dan keberkahan.

Simak juga: Rahasia besar di balik pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah

Cara Menyikapi Mitos Bulan Safar

Di Indonesia, sebagian masyarakat masih meyakini Rabu terakhir bulan Safar sebagai hari sial. 

Keyakinan ini tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam. 

Bagaimana sebaiknya seorang Muslim menyikapinya?

1. Teguhkan akidah bahwa semua bulan sama di sisi Allah. 

Tidak ada bulan sial kecuali yang kita isi dengan maksiat.

2. Berprasangka baik kepada Allah. 

Dalam hadis Qudsi, Allah Swt. berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

Artinya: “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku.”

3. Perbanyak amal saleh di bulan Safar. 

Justru karena sebagian orang menganggap bulan ini sial, seorang Muslim seharusnya mengisinya dengan doa, ibadah, dan kebaikan agar penuh berkah.

Simak juga: Hikmah Rasulullah tumbuh yatim

FAQ Seputar Bulan Safar

1. Apakah bulan Safar benar-benar bulan sial?

Tidak. Keyakinan bahwa bulan Safar adalah bulan sial hanyalah mitos warisan jahiliyah. 

Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadis:

لَا عَدْوَى وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ

Artinya: “Tidak ada penyakit menular yang berdiri sendiri, tidak ada ruh burung (hamah), dan tidak ada Safar.”

(HR. Bukhari-Muslim).

Kesialan tidak datang dari bulan tertentu, melainkan dari dosa dan maksiat manusia.

2. Apa saja peristiwa penting yang terjadi di bulan Safar?

Banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam terjadi di bulan Safar, antara lain:

Perang Al-Abwa, perang pertama dalam sejarah Islam.

Perang Khaibar yang berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin.

Hijrah pertama Rasulullah ﷺ.

Masuk Islamnya Amr bin Ash r.a.

Pernikahan Ali bin Abi Thalib r.a. dengan Fatimah r.a.

Ini membuktikan bahwa Safar bukan bulan sial, justru bulan penuh sejarah kemenangan.

3. Mengapa sebagian masyarakat masih percaya mitos Safar?

Hal ini karena pengaruh tradisi jahiliyah yang diwarisi turun-temurun, lalu bercampur dengan kepercayaan lokal. 

Di Indonesia, misalnya, ada keyakinan bahwa Rabu terakhir bulan Safar adalah hari sial. 

Padahal, keyakinan ini tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an maupun hadis.

4. Bagaimana cara menyikapi mitos bulan Safar?

Seorang Muslim sebaiknya:

  • Menguatkan akidah bahwa semua bulan sama di sisi Allah.
  • Mengisi bulan Safar dengan amal saleh, doa, dan ibadah.
  • Selalu berprasangka baik kepada Allah Swt.

5. Apa hikmah dari bantahan Rasulullah ﷺ terhadap mitos Safar?

Hikmahnya adalah agar umat Islam tidak terjebak dalam syirik kecil, tahayul, dan pesimisme. 

Islam mengajarkan kita untuk optimis, berprasangka baik kepada Allah, dan memahami bahwa semua peristiwa baik musibah atau nikmat hanya terjadi atas izin Allah Swt.

Kesimpulan: Safar, Momentum untuk Menguatkan Tauhid

Dari pembahasan panjang di atas, kita bisa menarik satu kesimpulan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial, melainkan bulan biasa yang Allah ciptakan sebagaimana bulan lainnya. 

Bahkan, banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi di bulan ini, yang menunjukkan keberkahan dan kekuatan iman.

Keyakinan bahwa Safar adalah bulan sial justru menjauhkan manusia dari tauhid. 

Karenanya, umat Islam perlu meluruskan akidah, menghindari mitos, dan menjadikan bulan Safar sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan amal saleh.

Ingatlah sabda Rasulullah ﷺ:

فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنُ بِطَاعَةِ اللهِ فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Setiap zaman yang diisi seorang mukmin dengan ketaatan kepada Allah, maka itu adalah zaman yang diberkahi baginya.”

Dengan begitu, Safar bukan bulan kesialan, melainkan bulan yang bisa penuh berkah jika kita mengisinya dengan kebaikan dan ketaatan

Bulan Safar bukanlah bulan kesialan. Justru, banyak peristiwa penting dan kemenangan Islam terjadi pada bulan ini. 

Mitos tentang kesialan hanyalah warisan jahiliyah yang dibantah oleh Rasulullah ﷺ dan para ulama.

Kesialan tidak datang dari bulan tertentu, tetapi dari maksiat dan dosa yang kita lakukan. 

Sebaliknya, keberkahan datang dari ketaatan kepada Allah. 

Dengan demikian, tugas seorang Muslim adalah meluruskan keyakinan, memperbanyak amal saleh, dan menolak segala bentuk tahayul yang bertentangan dengan akidah Islam.



Posting Komentar

Posting Komentar