aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Lebih Bodoh dari Lalat: Jalan Manusia Menuju Neraka

Dua ekor lalat duduk di atas seutas tali putih, simbol perbandingan ironi antara naluri hewan dan pilihan moral manusia dalam kehidupan.

D alam sebuah kutipan menggetarkan dari Hasyiah I’anatutthalibin jilid 1 halaman 126, disebutkan bahwa neraka adalah tempat yang penuh dengan lalat. 

Namun bukan lalat yang disiksa, melainkan manusia yang menjadi penghuni neraka itu sendiri. 

Lalat hanyalah salah satu instrumen penyiksaan, makhluk kecil namun menjijikkan, yang keberadaannya di neraka justru menjadi cerminan nyata dari kebodohan manusia.

Lalat adalah simbol kebodohan. Ia tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang membinasakan. 

Ia menjatuhkan dirinya ke dalam najis, bangkai, dan segala sesuatu yang kotor dan penuh penyakit. 

Padahal di sekelilingnya ada banyak tempat yang bersih, namun ia memilih untuk tenggelam dalam kehancuran.

Dan lebih menyedihkan lagi, perilaku seperti ini bukan hanya milik lalat. 

Banyak manusia pun menjalani hidup seperti lalat—memilih jalan yang jelas-jelas membawa mereka kepada kehancuran akhirat. 

Mereka menolak petunjuk, mengabaikan peringatan, dan bersikeras hidup dalam lumpur dosa. Apakah melakukan maksiat pilihan atau takdir? 

Mengapa Lalat Ada di Neraka?

Pertanyaan ini mungkin terdengar ganjil. 

Mengapa Allah menempatkan lalat di neraka? 

Apakah untuk menyiksa makhluk kecil ini?

Tidak. Allah tidak menempatkan lalat di neraka untuk disiksa, melainkan untuk menyiksa para penghuni neraka. 

Lalat-lalat itu menjadi alat penyiksa, terus mengerumuni, hinggap pada luka, dan menambah penderitaan. 

Dalam referensi klasik disebutkan:

ولا يعيش أكثر من أربعين يوما، وكله في النار لتعذيب أهلها لا لتعذيبه... وهو أجهل الخلق، لأنه يلقي نفسه على ما فيه هلاكه...

Artinya: "Lalat tidak hidup lebih dari empat puluh hari, seluruh keberadaannya di neraka adalah untuk menyiksa penghuninya, bukan untuk menyiksanya sendiri. Ia adalah makhluk paling bodoh karena melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan…"

Lalat dan Simbol Kebodohan Spiritual

Apa yang bisa kita pelajari dari lalat? Banyak. 

Lalat bukan hanya makhluk kecil yang mengganggu, ia adalah simbol dari kebodohan spiritual yang nyata. 

Ketika manusia terus menerus:

Terjun ke dalam maksiat

Mengabaikan peringatan Allah

Mengulang-ulang dosa dengan kesadaran penuh

Menolak bertaubat meski tahu azab Allah itu nyata

Maka ia sama seperti lalat—menjatuhkan diri ke dalam tempat yang penuh kebinasaan, padahal tahu itu buruk baginya. 

Allah sudah memberikan akal, hati, dan petunjuk melalui Al-Qur'an dan Rasulullah. 

Tapi banyak yang memilih untuk menjadi “lebih bodoh dari lalat.”

Perilaku Manusia yang Menyerupai Lalat

Berikut beberapa karakter manusia yang menyerupai lalat dalam konteks kehancuran spiritual:

Mencari Dosa Seperti Lalat Mencari Najis

Lalat tidak tertarik dengan tempat bersih. Ia malah tergoda pada najis dan bangkai. 

Begitu juga dengan sebagian manusia yang selalu tertarik pada tempat maksiat. 

Alih-alih menyesal, mereka bangga bergelimang dosa. Baca juga: Hikmah diciptakan iblis dan setan

Mengabaikan Cahaya Hidayah

Cahaya sering dihindari oleh lalat. Manusia yang sudah sering dinasehati, sudah tahu mana jalan yang benar, tapi terus menolak hidayah, mirip dengan lalat yang lari dari cahaya.

Terus-Menerus Menyakiti Diri Sendiri

Lalat hinggap di luka terbuka dan memperparah infeksi. 

Demikian pula manusia yang terus mengulangi kebodohan dan membiarkan dosa-dosa itu menjadi penyakit jiwa yang membusuk.

Tidak Belajar dari Kesalahan

Lalat tidak belajar. Dikejar-kejar pun ia akan kembali ke tempat yang sama. 

Baca juga: Misteri umur 40 tahun yang jarang disadari

Sebagian manusia pun demikian—sudah dihukum berkali-kali, hidup penuh penderitaan karena maksiat, tapi tetap kembali ke dosa yang sama.

Neraka: Tempat Bagi yang Memilih Kebodohan

Allah tidak memasukkan seseorang ke dalam neraka kecuali karena pilihannya sendiri. 

Lalat tidak punya akal, tapi manusia punya. Ini alasan kenapa nafsu identik dengan keburukan sedangkan akal dengan kebaikan

Maka ketika manusia masih bersikeras hidup dalam lumpur dosa, padahal tahu akibatnya, maka mereka sejatinya lebih rendah dari lalat.

Neraka bukan tempat untuk orang yang kebetulan tergelincir dalam dosa, lalu menyesal. 

Neraka adalah tempat untuk mereka yang membenarkan dosa, mencintainya, dan menjadikan maksiat sebagai gaya hidup.

Simak juga: siapakah Malaikat Ruman? Sosok yang lebih dulu datang sebelum malaikat mungkar dan nakir. 

Bagaimana Menyelamatkan Diri dari Perilaku Seperti Lalat?

Menghidupkan Akal dan Hati

Allah memberikan kita dua alat utama untuk mengenal kebenaran yaitu akal dan hati. 

Jika keduanya digunakan dengan jujur, maka kita akan menjauhi jalan kebinasaan.

Meninggalkan Tempat-Tempat yang Menyeret ke Maksiat

Jika lalat cenderung mencari kotoran, maka manusia beriman seharusnya menjauhinya. 

Jangan datangi tempat-tempat maksiat. Jangan tonton hal-hal yang mendekatkan pada dosa.

Bersahabat dengan Lingkungan yang Baik

Lalat berkembang di lingkungan yang kotor. 

Maka manusia yang hidup di lingkungan maksiat juga akan mudah “membusuk.” 

Bertemanlah dengan orang-orang yang menjaga agama, agar hidupmu juga bersih.

Selalu Introspeksi dan Bertobat

Beda antara lalat dan manusia adalah kita bisa belajar dari kesalahan. 

Allah Maha Pengampun. Maka jangan pernah ragu untuk kembali kepada-Nya.

Simak juga: faedah meminta ampun untuk anak kecil yang tanpa dosa

Penutup: Jangan Seperti Lalat yang Hidup untuk Kehancuran

Lalat hanya hidup sekitar 40 hari. Selama itu pun ia hanya menebar penyakit dan hinggap pada kebusukan. 

Jangan biarkan hidup kita yang jauh lebih panjang, menjadi seperti lalat yang sia-sia dan menyakitkan bagi orang lain dan diri sendiri.

Allah memberi kita waktu, kesempatan, dan petunjuk. 

Jika kita masih memilih kebinasaan, maka kita sedang menyiapkan diri untuk menjadi bagian dari penghuni neraka, bersama lalat-lalat yang tak henti menyiksa.

Ingatlah—lalat di neraka bukanlah korban. Ia adalah penyiksa. 

Namun jika kita bersikeras hidup seperti lalat, maka kita akan disiksa oleh makhluk yang lebih bodoh dari kita, karena kita memilih untuk lebih bodoh darinya.


Referensi

Hasyiah I'anatutthalibin jilid 1 hal 126

(قوله: وعن ونيم ذباب) أي روثه، ومثله بوله..........

ولا يعيش أكثر من أربعين يوما، وكله في النار لتعذيب أهلها لا لتعذيبه وكان لا يقع على جسده - صلى الله عليه وسلم - ولا على ثيابه، وهو أجهل الخلق، لأنه يلقي نفسه على ما فيه هلاكه، واسمه أبو حمزة. اه.

(Dikembangkan dari tulisan Tgk. Muhammad Abdullah) 

Posting Komentar

Posting Komentar