aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

6 Peristiwa Penting dan Bersejarah di Bulan Safar yang Jarang Diketahui

Bulan Safar yang di baliknya terdapat peristiwa bersejarah dan mitos jahiliyah

B ulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriah, yang sering diselimuti mitos dan anggapan negatif pada masa Jahiliah

Kata Safar sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “kosong” atau “perjalanan”. 

Ibnu Mandzur dalam Lisânul ‘Arab (juz 4, hlm. 460) menjelaskan bahwa dinamakan Safar karena pada bulan ini, kota Makkah terlihat kosong akibat banyak penduduknya bepergian.

Namun, dalam sejarah Islam, bulan Safar justru menjadi saksi berbagai peristiwa besar yang menegaskan kemuliaan risalah Nabi Muhammad ï·º. 

Simak juga: 4 jenis kejadian luar biasa dalam Islam

Rasulullah bahkan melakukan sejumlah aktivitas penting di bulan ini untuk membantah kepercayaan buruk masyarakat Jahiliah.

6 Peristiwa Penting dan Bersejarah di Bulan Safar 

Berdasarkan Mandzumah Syarh al-Atsar fî mâ Warada ‘an Syahri Safar, ada setidaknya enam peristiwa penting yang terjadi pada bulan Safar. 

Keenam peristiwa ini tidak hanya monumental secara historis, tetapi juga sarat makna spiritual bagi umat Islam hingga kini.

1. Pernikahan Rasulullah ï·º dengan Sayyidah Khadijah r.a.

Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad ï·º menikahi seorang wanita terhormat dan kaya raya dari kalangan Quraisy, yaitu Sayyidah Khadijah r.a. 

Pernikahan ini berlangsung di bulan Safar, sebelum masa kenabian, dan menjadi fondasi penting dalam perjalanan dakwah Nabi.

Simak juga; Rahasia terbesar di balik pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah

Sayyidah Khadijah bukan hanya istri, tetapi juga sahabat, pendukung, dan penopang Nabi di saat-saat terberat. 

Dari pernikahan ini, lahirlah anak-anak Rasulullah, termasuk Sayyidah Fatimah r.a. yang kelak menjadi penerus garis keturunan beliau.

Pelajaran penting dari peristiwa ini adalah pernikahan Rasulullah dan Sayyidah Khadijah adalah contoh ideal rumah tangga yang dibangun atas dasar saling percaya, komitmen, setia, dan dukungan penuh terhadap misi hidup masing-masing. 

Tidak heran, rumah tangga mereka menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang zaman.

2. Pernikahan Sayyidah Fatimah r.a. dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib 

Bulan Safar juga menjadi saksi momen bahagia lain dalam keluarga Rasulullah, yaitu pernikahan Sayyidah Fatimah az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib.

Pernikahan ini adalah penyatuan dua sosok mulia yang kelak menurunkan cucu-cucu Nabi, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.

Baca juga: Kenali 9 cucu Mabi Muhammad

Pernikahan ini berlangsung sangat sederhana. 

Rasulullah ï·º menikahkan putri tercintanya di usia 15 tahun 5 bulan, menunjukkan bahwa kemuliaan pernikahan tidak diukur dari kemewahan pesta, melainkan dari keberkahan dan ketakwaan kedua mempelai.

Rasulullah ï·º bersabda:

“Sebaik-baik wanita adalah Fatimah binti Muhammad.”

(HR. Ahmad)

Dari sini kita belajar bahwa kesederhanaan tidak mengurangi kemuliaan. 

Justru, pernikahan yang diberkahi adalah yang dibangun atas dasar ketulusan dan saling mendukung dalam kebaikan.

Simak juga: kisah ketulusan Sayyidah Fatimah dan hadiah dari surga 

3. Hijrah Rasulullah ï·º dari Makkah ke Madinah

Peristiwa hijrah adalah titik balik sejarah Islam. 

Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah ï·º mulai meninggalkan Makkah menuju Madinah pada akhir bulan Safar, singgah di Gua Tsur untuk menghindari kejaran Quraisy, lalu melanjutkan perjalanan hingga tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal.

Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi juga simbol perjuangan meninggalkan kota tercinta demi menegakkan agama Allah. 

Peristiwa ini menjadi awal penanggalan Hijriah yang kita gunakan hingga kini.

Perlu kita sadari bahwa kadang, untuk mempertahankan iman, kita perlu meninggalkan kenyamanan demi keselamatan akidah. 

Hijrah mengajarkan keberanian mengambil risiko demi kebenaran.

Simak juga: Menyelami hikmah dan filosofi hijrah Rasulullah

4. Rasulullah ï·º Mengutus Usamah bin Zaid ke Romawi

Menjelang wafatnya pada tahun ke-11 Hijriah, Rasulullah ï·º mengutus pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid untuk menghadapi kekuatan Romawi (Rum). 

Pengutusan ini terjadi pada bulan Safar, hanya beberapa hari sebelum beliau wafat.

Misi ini menunjukkan kepercayaan besar Rasulullah kepada Usamah yang masih sangat muda, sekaligus membuktikan bahwa Islam memberi kesempatan kepemimpinan berdasarkan kapasitas, bukan usia.

Kepemimpinan dalam Islam menekankan kompetensi, integritas, dan keberanian, bukan sekadar senioritas.

Simak juga: Kabar gembira khusus untuk pemimpin dalam Islam

5. Perang Pertama dalam Islam yaitu Perang Abwa

Bulan Safar juga mencatat peristiwa Perang Abwa, yang dikenal sebagai ekspedisi militer pertama dalam sejarah Islam. 

Perang ini bukan pertempuran besar, melainkan patroli militer yang dipimpin Rasulullah ï·º untuk mengantisipasi gangguan dari Quraisy.

Ekspedisi Abwa menunjukkan bahwa Rasulullah tidak hanya mengandalkan strategi dakwah, tetapi juga kesiapan militer demi menjaga keamanan umat.

Islam adalah agama damai, tetapi siap mempertahankan diri dari ancaman. 

Kesiapsiagaan adalah bagian dari strategi dakwah.

6. Penaklukan Khaibar

Puncak kejayaan bulan Safar terjadi pada tahun ke-7 Hijriah, ketika kaum Muslimin meraih kemenangan gemilang dalam Penaklukan Khaibar. 

Peristiwa ini terjadi setelah Perjanjian Hudaibiyah, yang semula dianggap merugikan umat Islam, justru membuka jalan kemenangan besar.

Khaibar adalah benteng kuat Yahudi Bani Nadhir yang diusir dari Madinah akibat pengkhianatan mereka. 

Dari Khaibar, mereka terus memprovokasi dan menghasut musuh-musuh Islam. 

Rasulullah ï·º memimpin pasukan menuju Khaibar dan meraih kemenangan berkat pertolongan Allah.

 Allah berfirman:

“Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil…”

(QS. Al-Fath: 20)

Dampak penaklukan ini sangat besar. Kaum Muslimin memperoleh banyak harta rampasan, persenjataan, dan bahan makanan. 

Lebih dari itu, kemenangan ini mengangkat martabat umat Islam di mata musuh.

Lika-liku peperangan ini tergambarkan dari sikap kesabaran dan strategi yang tepat sehingga menghasilkan kemenangan, bahkan dari situasi yang awalnya tampak merugikan.

Simak juga: Sejarah lengkap dan ringkas tentang perang Khaibar

Mengikis Mitos Buruk tentang Bulan Safar

Pada masa Jahiliah, bulan Safar dianggap bulan sial. 

Banyak orang menghindari perjalanan, pernikahan, atau memulai usaha di bulan ini. 

Islam datang untuk menghapus takhayul tersebut. Rasulullah ï·º menegaskan:

“Tidak ada kesialan pada bulan Safar.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Pesan ini relevan hingga kini yang mana keberuntungan atau kesialan tidak bergantung pada bulan atau hari tertentu, melainkan pada takdir Allah dan usaha kita.

Simak juga; Apakah takdir bisa berubah? 

Safar, Bulan yang Sarat Makna

Bulan Safar bukan bulan sial, melainkan bulan penuh sejarah dan pelajaran hidup. 

Dari pernikahan, hijrah, peperangan, hingga kemenangan besar, semua peristiwa di bulan ini mengajarkan keberanian, keteguhan iman, dan pentingnya strategi dalam mencapai tujuan.

Sebagai umat Islam, kita perlu mengubah cara pandang terhadap bulan Safar. 

Jadikan bulan ini sebagai momen untuk merefleksikan sejarah, mengambil hikmah, dan meneladani langkah Rasulullah ï·º.

Jangan biarkan mitos menghalangi langkah kita. 

Bulan Safar adalah bukti bahwa keberanian, kesabaran, dan iman mampu mengubah sejarah.


Posting Komentar

Posting Komentar