![]() |
Kitab "Tuhfah al-Murid 'ala Jawharat at-Tawhid" karya Imam al-Laqani dan syarah Syekh al-Bajuri tentang akidah Ahlus Sunnah Mazhab Syafi’i. |
I mam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al-Bajuri Asy-Syafi’i, atau lebih dikenal sebagai Imam Al-Bajuri, adalah salah satu ulama besar yang menorehkan kontribusi besar dalam pengembangan mazhab Syafi’i, baik dalam bidang akidah, fikih, maupun tafsir.
Beliau juga dikenal sebagai salah satu Grand Syekh Al-Azhar, lembaga pendidikan Islam terkemuka yang berpusat di Kairo, Mesir.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap perjalanan hidup, keilmuan, karya-karya monumental, dan pengaruh yang beliau tinggalkan, yang tidak hanya dirasakan di dunia Arab, tetapi juga di Nusantara, khususnya Indonesia.
Simak juga: 5 Keistimewaan bernama Muhammad
Asal Usul dan Latar Belakang Imam Al-Bajuri
Imam Al-Bajuri dilahirkan pada tahun 1198 H (1784 M) di desa Bajur, sebuah desa yang terletak di Mesir bagian utara, yang kini menjadi bagian dari wilayah administrasi Giza.
Nama “Al-Bajuri” diambil dari nama desa tempat beliau dilahirkan.
Banyak yang menyebutnya dengan sebutan Al-Bajuri (الباجوري), meskipun terkadang terdapat kesalahan dalam penulisannya menjadi Al-Baijuri.
Hal ini perlu diluruskan agar tidak ada kekeliruan dalam identitas beliau.
Imam Al-Bajuri berasal dari keluarga yang sangat mendukung pendidikan.
Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang ilmu agama, yang salah satunya berkat pendidikan yang diberikan oleh ayahnya sendiri.
Bersama sang ayah, Imam Al-Bajuri menghabiskan waktu untuk mempelajari Al-Qur'an dan berbagai cabang ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan akidah dan fikih.
Simak juga; Fakta tentang ayah Nabi Muhammad yang jarang diketahui
Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat tekun dalam mempelajari ilmu agama, dan ayahnya merupakan sosok yang sangat berperan dalam perkembangan pendidikan beliau di masa awal.
Menuntut Ilmu di Al-Azhar
Pada usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 1212 H (1797 M), Imam Al-Bajuri mulai menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, yang merupakan pusat pendidikan Islam terbesar di dunia.
Al-Azhar pada saat itu merupakan tempat berkumpulnya ulama-ulama besar dari berbagai penjuru dunia, dan menjadi pusat intelektual utama dunia Islam.
Namun, perjalanan belajar Imam Al-Bajuri di Al-Azhar sempat terhambat oleh penjajahan Perancis di Mesir.
Pada tahun 1213 H (1798 M), Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte menginvasi Mesir, yang menyebabkan situasi pendidikan terganggu.
Selama masa penjajahan ini, Imam Al-Bajuri mengungsi ke Giza dan melanjutkan studi di sana selama tiga tahun.
Pada tahun 1216 H (1801 M), setelah Perancis meninggalkan Mesir, beliau kembali ke Al-Azhar dan melanjutkan pendidikannya dengan lebih semangat dan tekad.
Baca juga; Misteri umur 40 tahun yang jarang diketahui
Guru-Guru dan Sanad Keilmuan Imam Al-Bajuri
Di Al-Azhar, Imam Al-Bajuri berguru kepada sejumlah ulama besar yang memiliki pengaruh signifikan dalam pembentukan pola pikir dan keilmuan beliau.
Beberapa guru utama yang mengajarkan beliau adalah:
Syekh Muhammad As-Sinbawi (Al-Amir Al-Kabir) - Seorang ulama besar dalam bidang fiqh dan tafsir.
Syekh Abdullah Syarqawi
Merupakan Grand Syekh Al-Azhar pada masa itu yang juga banyak berperan dalam perkembangan pemikiran keislaman Imam Al-Bajuri.
Syekh Muhammad al-Fadhali
Seorang ulama yang juga mengajarkan banyak ilmu-ilmu dasar tentang fikih dan akidah.
Syekh Hasan Al-Quwaisini
Seorang ulama besar yang berperan penting dalam memperdalam pemahaman Imam Al-Bajuri tentang ilmu tafsir dan fikih.
Dari para guru tersebut, Imam Al-Bajuri mendapatkan sanad keilmuan yang sahih dan terus mengembangkan ilmu-ilmu yang telah diterimanya.
Keilmuan yang diperoleh beliau kemudian beliau wariskan kepada murid-muridnya dengan semangat untuk menjaga kemurnian ajaran Islam, terutama dalam mazhab Syafi’i.
Baca juga: 3 model orang menghadiri majelis ilmu
Karya-Karya Monumental Imam Al-Bajuri
Imam Al-Bajuri tidak hanya dikenal sebagai seorang guru, tetapi juga seorang penulis yang produktif.
Karya-karya beliau sangat berpengaruh dalam pengembangan ilmu agama, khususnya di dunia Sunni.
Beberapa kitab karya Imam Al-Bajuri yang sangat populer dan banyak dijadikan rujukan di berbagai pesantren dan universitas, antara lain:
Hasyiah ‘ala Syarh Kalimat at-Tauhid
Kitab ini ditulis pada usia 24 tahun dan merupakan karya pertama Imam Al-Bajuri.
Dalam kitab ini, beliau membahas secara mendalam tentang masalah akidah dan tauhid menurut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, yang menjadi landasan dasar dalam pemahaman terhadap kalimat syahadat sebagai pengakuan atas ketuhanan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad saw.
Tuhfah al-Murid ‘ala Jauharah at-Tauhid
Kitab ini adalah karya Imam Al-Bajuri yang sangat terkenal dan banyak diajarkan di berbagai pesantren dan lembaga pendidikan Islam, terutama di Indonesia.
Kitab ini menjelaskan tentang akidah Ahlussunnah wal Jamaah yang lebih mendalam dengan merujuk pada karya-karya ulama klasik sebelumnya.
"Tuhfah al-Murid" sangat penting bagi mereka yang ingin memperdalam pemahaman tentang akidah Islam secara sistematis dan komprehensif.
Baca juga; Aliran Khawarij dan sejarah berdarah
Hasyiah ‘ala Fath al-Qarib
Kitab ini merupakan karya Imam Al-Bajuri dalam bidang fikih mazhab Syafi’i, yang sangat penting dan dijadikan referensi di pesantren-pesantren di Indonesia.
Kitab ini menjelaskan tentang berbagai masalah fikih sehari-hari, dari masalah ibadah hingga transaksi, dengan pendekatan yang mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Selain ketiga karya tersebut, Imam Al-Bajuri juga menulis beberapa karya lainnya yang tidak selesai, antara lain:
Hasyiah ‘ala Tafsir ar-Razi
Hasyiah ‘ala Tafsir al-Kasysyaf
Hasyiah ‘ala Jam’ al-Jawami’
Karya-karya ini menunjukkan betapa luasnya wawasan beliau dalam bidang tafsir dan fikih, serta pengaruhnya yang besar dalam dunia keilmuan Islam.
Simak juga: Pembahasan lengkap dan ringkas tentang metodologi fikih
Pengangkatan sebagai Grand Syekh Al-Azhar
Pada usia 38 tahun, Imam Al-Bajuri diangkat menjadi Grand Syekh Al-Azhar pada tahun 1236 H (1820 M).
Posisi ini merupakan puncak dari karier keilmuan beliau di Al-Azhar.
Sebagai Grand Syekh, beliau tidak hanya memimpin Al-Azhar, tetapi juga terus mengajar dan mengembangkan ilmu-ilmu agama, khususnya fikih, tafsir, dan akidah.
Beliau memimpin banyak majelis ilmu di Masjid Al-Azhar, di mana beliau membahas berbagai kitab tafsir, salah satunya adalah Mafatih Al-Ghaib karya Imam Fakhruddin Ar-Razi.
Imam Al-Bajuri dikenal sebagai pribadi yang sangat disiplin dan penuh dedikasi dalam mengajar serta menjaga kemurnian ajaran Islam.
Wafatnya Imam Al-Bajuri
Setelah mengabdikan hidupnya untuk ilmu, Imam Al-Bajuri menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 28 Dzulqa’dah 1276 H (1860 M) setelah mengalami sakit yang cukup lama.
Beliau dimakamkan di pemakaman al-Mujawirin yang terletak di kawasan Darrasah, Kairo, Mesir.
Kepergian beliau meninggalkan duka yang mendalam bagi para muridnya dan umat Islam di seluruh dunia.
Baca juga: Kenali 8 penyebab meninggal suul khatimah
Warisan Ilmu dan Pengaruh Global
Imam Al-Bajuri bukan hanya dikenal di Mesir dan dunia Arab, tetapi juga sangat dihormati di Nusantara, terutama Indonesia.
Kitab-kitab yang beliau tulis menjadi bahan ajar utama di banyak pesantren di Indonesia, dan pemikiran beliau tetap menjadi rujukan utama bagi pengajaran agama Islam di banyak tempat.
Pengaruhnya melalui karya-karya yang ditulis dan pengajaran yang disampaikan melalui lembaga seperti Al-Azhar telah memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan ilmu Islam di seluruh dunia.
Murid-murid Imam Al-Bajuri, seperti Syekh Ahmad Ad-Dimyathi Al-Makki dan Syekh Abdul Hamid Asy-Syarwani, juga melanjutkan perjuangan keilmuan beliau, menjaga dan mengembangkan warisan ilmunya untuk generasi-generasi berikutnya.
Baca juga; Tidak mau mengambil warisan, waraskah?
Kesimpulan
Imam Al-Bajuri adalah simbol keilmuan Islam klasik yang penuh ketekunan, kesungguhan, dan dedikasi terhadap ilmu agama.
Sebagai ulama besar mazhab Syafi’i dan Grand Syekh Al-Azhar, karya-karya beliau telah menjadi bagian dari warisan intelektual Islam yang sangat berharga.
Kitab-kitabnya tidak hanya menjadi pelajaran wajib di lembaga-lembaga pendidikan seperti Al-Azhar, tetapi juga menjadi fondasi keilmuan Islam di pesantren-pesantren di Indonesia dan banyak tempat lainnya.
Semoga Allah Swt. membalas jasa-jasa beliau dengan pahala yang besar dan menjadikan kita semua bagian dari umat yang mengambil manfaat dari warisan ilmunya.
(Dikutip dari berbagai sumber)
Posting Komentar