![]() |
Misteri Hajar Aswad: Batu dari Surga yang Pernah Hilang Selama 22 Tahun |
Oleh: Tgk. Rahmatus saumi Sabang
H ajar Aswad, batu hitam yang terletak di sudut Ka’bah, bukanlah batu biasa. Ia diyakini berasal dari surga, diturunkan ke bumi bersamaan dengan turunnya Nabi Adam dan Siti Hawa.
Baca: Nabi Adam cemburu kepada umat Nabi Muhammad, mengapa?
Dalam ritual ibadah haji dan umrah, Hajar Aswad menjadi titik awal dan akhir thawaf, menjadikannya salah satu simbol paling sakral dalam Islam.
Namun, tahukah Anda bahwa batu suci ini pernah hilang selama 22 tahun akibat peristiwa tragis yang mengguncang dunia Islam?
Kisah ini melibatkan kelompok Qaramithah, sebuah sekte ekstrem yang melakukan penyerangan brutal di Makkah pada tahun 930 M.
Bagaimana mungkin Hajar Aswad, yang begitu dijaga, bisa berpindah dari tempatnya? Simak kisah lengkapnya berikut ini!
Keistimewaan Hajar Aswad dalam Islam
Dalam ajaran Islam, mencium, menyentuh, atau mengusap Hajar Aswad merupakan sunnah thawaf.
Rasulullah ï·º sendiri selalu menyentuh batu ini saat melaksanakan thawaf, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:
Hajar Aswad diyakini memiliki cahaya yang sangat terang saat pertama kali diturunkan dari surga, tetapi kemudian berubah menjadi hitam karena dosa manusia."Sesungguhnya Rasulullah SAW beristilam (menyentuh) Rukun Yamani dan Hajar Aswad setiap kali beliau thawaf.”
Keistimewaannya tidak hanya dalam sejarahnya, tetapi juga dalam perannya dalam ibadah umat Islam. Baca: Benarkah Islam agama egois?
Namun, sejarah mencatat satu peristiwa kelam ketika batu ini dirampas dan dibawa pergi dari Ka’bah selama lebih dari dua dekade.
Penyerangan Brutal ke Makkah oleh Qaramithah
Pada tahun 930 M atau 317 H, sekelompok pasukan Syi’ah Qaramithah yang dipimpin oleh Abu Thahir al-Jannabi melakukan penyerangan terhadap kota suci Makkah.
Kelompok ini berasal dari wilayah Bahrain dan memiliki keyakinan ekstrem yang menyimpang dari ajaran Islam.
Mereka menganggap ibadah haji sebagai kesia-siaan dan ingin menghancurkan tempat-tempat suci Islam. Baca juga: pro kontra penyematan gelar haji dan warisan kolonial
Kedatangan Abu Thahir ke Makkah
Saat musim haji tiba, Abu Thahir dan pasukannya datang dari Bahrain menuju Makkah.
Mereka berpura-pura ingin melaksanakan ibadah haji agar bisa masuk ke kota suci tersebut.
Namun, setelah berhasil masuk, mereka mengingkari sumpahnya. Baca juga: Fakta jarang diketahui tentang sosok Ayah Nabi Muhammad
Dengan kekuatan 1.500 pasukan, mereka melakukan pembantaian massal terhadap para jama’ah haji yang sedang beribadah di sekitar Ka’bah.
"Saya adalah Allah, saya bersama Allah, sayalah yang menciptakan makhluk-makhluk, dan sayalah yang akan membinasakan mereka," kata Abu Thahir dengan sombongnya.
Dalam waktu singkat, 30.000 jama’ah haji tewas dibantai dengan keji.
Mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sumur Zamzam, sementara darah menggenangi Masjidil Haram. Baca juga: Kisah Ibnu Hajar menimba emas dari sumur zam-zam
Pencurian Hajar Aswad dari Ka’bah
Setelah melakukan pembantaian, Abu Thahir tidak berhenti di situ.
Ia memerintahkan pasukannya untuk mencopot Hajar Aswad dari tempatnya di sudut Ka’bah.
Saat batu itu berhasil dicongkel, Abu Thahir dengan angkuhnya berkata:
"Di mana burung-burung Ababil? Di mana batu dari neraka Sijjil?"
Perkataannya merujuk pada kisah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Fil) tentang pasukan gajah Abrahah yang dihancurkan oleh burung-burung Ababil dengan batu dari neraka Sijjil.
Ia menantang kekuasaan Allah, mengira bahwa dengan merampas Hajar Aswad, ia bisa membuktikan bahwa Allah tidak melindungi Ka’bah.
Hajar Aswad Dibawa ke Bahrain
Setelah merampas Hajar Aswad, Abu Thahir membawanya ke Masjid al-Dirar di Al-Ahsa, Bahrain.
Tujuannya adalah mengalihkan pusat ibadah haji dari Makkah ke wilayah kekuasaannya. Baca: 5 ibadah berpahala Haji
Namun, rencananya tidak pernah terwujud. Tidak ada umat Islam yang mau menggantikan Ka’bah dengan tempat lain.
Ibadah haji pun terhenti selama 8 tahun akibat ketakutan jama’ah terhadap teror Qaramithah.
Kembalinya Hajar Aswad ke Ka’bah
Kelompok Qaramithah menahan Hajar Aswad selama 22 tahun, hingga akhirnya mereka dipaksa untuk mengembalikannya.
Pada tahun 952 M atau 339 H, Khalifah Abbasiyah membayar tebusan besar untuk mendapatkan kembali Hajar Aswad.
Sebelum dikembalikan, Qaramithah sempat menggantung Hajar Aswad di Masjid Kufah, Irak, selama beberapa waktu agar orang-orang bisa melihatnya.
Ketika akhirnya dikirim kembali ke Makkah, Hajar Aswad ditemukan dalam kondisi rusak, pecah menjadi tujuh bagian akibat perlakuan buruk selama bertahun-tahun.
Oleh karena itu, batu ini kemudian dibingkai dengan cincin perak seperti yang kita lihat saat ini.
Azab bagi Abu Thahir dan Akhir dari Qaramithah
Setelah melakukan kejahatan besar terhadap umat Islam, Abu Thahir mengalami akhir yang tragis.
Ia terkena penyakit misterius yang membuat tubuhnya membusuk dan hancur secara perlahan.
Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah menyebutkan bahwa kematian Abu Thahir adalah bentuk hukuman Allah atas kedurhakaannya.
Kelompok Qaramithah akhirnya melemah setelah kejatuhan pemimpin mereka, dan pengaruhnya berangsur-angsur hilang dari dunia Islam.
Pelajaran dari Peristiwa Pencurian Hajar Aswad
Kisah ini mengajarkan kita bahwa tempat suci Islam selalu dijaga oleh Allah, meskipun ada orang-orang yang mencoba menghancurkannya.
Peristiwa pencurian Hajar Aswad juga menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga kesucian dan kemurnian ibadah.
Meski ada gangguan dan ancaman, umat Islam tetap setia kepada ajaran Islam dan tidak tergoda oleh tipu daya kelompok sesat.
Kesimpulan
Hajar Aswad bukan sekadar batu hitam biasa. Ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah Islam, dari masa Nabi Ibrahim hingga Rasulullah ï·º.
Kisah pencurian Hajar Aswad oleh kelompok Qaramithah menunjukkan bagaimana kesombongan dan kedurhakaan akhirnya berujung pada kehancuran.
Kini, setelah berabad-abad berlalu, Hajar Aswad tetap berada di tempatnya di sudut Ka’bah.
Jutaan umat Islam dari seluruh dunia datang setiap tahun untuk menyentuh, mencium, dan menghormati batu yang berasal dari surga ini.
Semoga Allah senantiasa menjaga Ka’bah dan semua peninggalan suci Islam hingga akhir zaman. Aamiin.
Posting Komentar