![]() |
Kitab Muharrar salah satu karya Imam Rafi’i, termasuk kitab monumental dalam fikih Syafi’i, simbol bukti kontribusi ilmiahnya. |
I mam Rafi’i adalah salah satu ulama besar yang namanya sangat harum dalam sejarah keilmuan Islam, khususnya di lingkungan mazhab Syafi’i.
Pemikiran, karya, dan kontribusinya terhadap pengembangan ilmu fikih sangatlah besar. Simak juga pembahasan lengkap tentang metodologi fikih
Bahkan di akhir zaman ini, nama beliau masih banyak disebut dan dijadikan rujukan dalam berbagai kajian keislaman.
Artikel ini akan mengupas secara lengkap tentang biografi Imam Rafi’i, mulai dari nasab dan kelahirannya, guru dan muridnya, karya-karyanya, hingga pujian para ulama terhadap dirinya, dan akhir hayatnya.
Nasab dan Kelahiran Imam Rafi’i
Nama lengkap beliau adalah Abdul Karim bin Muhammad bin Abdul Karim bin Fadhl bin Hasan, bergelar Imamuddin Abu al-Qasim al-Rafi’i al-Qazwini.
Ia dilahirkan pada tahun 557 H (sekitar tahun 1161 M), di kota Qazwin, yang terletak sekitar 130 km di sebelah barat Teheran, Iran.
Dari segi nasab dan ilmu, beliau berasal dari keluarga yang dikenal alim dan berpengaruh dalam bidang keilmuan Islam.
Sejak kecil, Imam Rafi’i tumbuh dalam keluarga ulama yang taat.
Ayahnya sendiri adalah seorang alim besar yang menjadi guru pertama bagi Imam Rafi’i dalam ilmu hadis dan fikih.
Simak juga: Kisah Ibunda para ulama dalam melahirkan gemerasi emas Islam
Ketekunannya dalam menuntut ilmu menjadikannya salah satu tokoh sentral dalam kebangkitan kembali fikih Syafi’i di zamannya.
Guru-Guru Imam Rafi’i dalam Ilmu Hadis
Imam Rafi’i dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai ilmu, terutama ilmu hadis.
Ia belajar dari banyak ulama besar pada masanya, di antaranya:
- Ayah beliau sendiri, Muhammad bin Abdul Karim bin Fadhl
- Abdullah bin Abi Futhuh bin Utsman
- Abu Nasir Hamid bin Mahmud
- Hasan bin Ahmad
- Muhammad bin Abdul Baqi bin Bathi
Selain itu, Imam Rafi’i juga mendapatkan ijazah hadis dari ulama besar Abi Zar’ah Al-Muqaddisi dan sejumlah guru lainnya.
Ketekunannya dalam menuntut ilmu menjadikan beliau sebagai ahli hadis yang kredibel di kalangan ulama Syafi’iyah.
Simak juga: Alasan ilmiah di balik lebih diunggulkan Imam Nawawi atas Imam Rafi'i
Murid-Murid Imam Rafi’i
Kecemerlangan Imam Rafi’i tak berhenti pada dirinya saja.
Ia juga melahirkan murid-murid yang turut berperan dalam menyebarkan ilmunya.
Di antara murid-murid Imam Rafi’i yang terkenal adalah:
- Imam ‘Azizuddin Muhammad, putra beliau sendiri
- Hafizh Zakiy Al-Munzir
- Abu Tsanak Mahmud Al-Thausi
Para murid ini menjadi generasi penerus yang menjaga dan menyebarkan karya-karya serta pemikiran Imam Rafi’i.
Karya-Karya Besar Imam Rafi’i
Imam Rafi’i dikenal sebagai seorang ulama produktif.
Karya-karya beliau menjadi rujukan utama dalam mazhab Syafi’i, dan sebagian besar merupakan syarah (penjelasan) dari karya Imam al-Ghazali.
Berikut beberapa karya monumental Imam Rafi’i:
Fath al-‘Aziz (Syarh al-Kabir)
Karya ini adalah penjelasan paling luas terhadap kitab al-Wajiz karya Imam al-Ghazali.
Oleh para ulama, kitab ini juga dikenal sebagai al-Syarh al-Kabir.
Syarh al-Shaghir
Masih merupakan penjelasan atas al-Wajiz, namun dengan bentuk ringkasan yang lebih sederhana dan padat dibandingkan Fath al-‘Aziz.
Al-Muharrar
Kitab ini juga merupakan hasil pengembangan dari al-Wajiz.
Al-Muharrar kemudian diringkas oleh Imam Nawawi dalam kitab Minhaj al-Thalibin, yang menjadi rujukan utama mazhab Syafi’i hingga kini.
Al-Tadwin fi Tarikh al-Qazwin
Kitab sejarah yang memuat biografi tokoh-tokoh ulama di wilayah Qazwin.
Karya ini penting dalam memahami perkembangan ilmu di wilayah tersebut.
Baca juga: Kisah mengharukan, jemaah haji ngesot dari Samarkand ke Baitullah
Syarh al-Musnad li al-Syafi’i
Merupakan penjelasan atas kumpulan hadis dalam kitab al-Musnad karya Imam al-Syafi’i.
Kitab ini memperlihatkan penguasaan Imam Rafi’i terhadap hadis dan metodologi fikih.
Al-Tadzhib
Karya ini membahas persoalan-persoalan hukum fikih secara mendalam dan sistematis dalam konteks mazhab Syafi’i.
Al-Amali
Kitab ini memuat kumpulan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Rafi’i dari para gurunya, terutama yang berkaitan dengan tafsir surat al-Fatihah.
Simak juga: Kenapa Al-Quran dimulai dengan surat Al-Fatihah?
Al-Ijaz fi Akhbar al-Hijaz (Khatarat al-Hijaz)
Merupakan catatan perjalanan haji Imam Rafi’i.
Kitab ini memuat refleksi dan kisah spiritual selama perjalanan beliau ke Tanah Suci.
Pujian Para Ulama terhadap Imam Rafi’i
Ketinggian ilmu dan ketakwaan Imam Rafi’i tak luput dari perhatian ulama-ulama besar setelahnya. Di antaranya:
Imam Nawawi
Imam Nawawi berkata;
"Imam Rafi’i adalah seorang imam yang sangat shalih dan tekun. Bahkan beliau memiliki banyak karamah."
Imam Tajuddjn as-Subki
Imam Tajuddin as-Subki menyebut:
"Imam Rafi’i adalah multispesialis dalam berbagai cabang ilmu syariat, di antaranya tafsir, hadis, dan ushul fikih. Pada zamannya, ilmu fikih seakan telah memudar dan hampir lenyap dari bumi, namun Imam Rafi’i hadir dan membangkitkannya kembali. Ia mendirikan kembali tiang-tiang ilmu yang telah roboh akibat tiupan angin kejahilan."
Pujian ini menunjukkan betapa besar kontribusi Imam Rafi’i dalam menghidupkan kembali tradisi keilmuan, khususnya dalam mazhab Syafi’i.
Wafatnya Imam Rafi’i
Menurut catatan Imam Subki, yang dinukil dari Shilahuddin Khalil, Ilmuddin Abi Muhammad Qasim bin Muhammad al-Barzali, dan Syekh Tajuddin bin Farkahi, Imam Rafi’i wafat pada bulan Dzulqa’dah tahun 623 H (sekitar 1226 M).
Beliau dimakamkan di kampung halamannya, Qazwin, Iran.
Wafatnya Imam Rafi’i menjadi kehilangan besar bagi dunia Islam.
Namun, warisan intelektualnya tetap hidup, dibaca, diajarkan, dan dijadikan rujukan oleh para ulama dan penuntut ilmu hingga hari ini.
Penutup
Imam Rafi’i adalah salah satu pilar utama dalam perkembangan mazhab Syafi’i.
Karya-karyanya tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan Islam, tetapi juga menghidupkan semangat bermazhab secara metodologis dan ilmiah.
Kehidupannya menjadi bukti nyata bahwa ketekunan dalam menuntut ilmu akan membuahkan pengaruh besar yang melintasi zaman.
Semoga Allah merahmati beliau dan menjadikan kita sebagai pewaris semangat keilmuan yang beliau wariskan.
Referensi:
- Muhimmat fi Raudhah wa Rafi’i, Jilid 1, Halaman 58.
Posting Komentar