![]() |
Jemaah haji memadati area sekitar Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah. Berikut kisah perjalanan mengharukan jemaah lumpuh dari Samarkand ke Baitullah. |
I badah haji adalah impian bagi setiap Muslim. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan atau kemudahan untuk menunaikannya.
Beberapa orang diuji dengan berbagai rintangan, baik dari segi finansial, kesehatan, maupun jarak yang jauh.
Salah satu kisah yang menggugah hati adalah perjalanan seorang pria lumpuh dari Samarkand yang menghabiskan lebih dari sepuluh tahun untuk mencapai Makkah dengan berjalan ngesot.
Kisah ini bukan hanya mengajarkan tentang keteguhan hati, tetapi juga tentang cinta sejati kepada Allah SWT yang tidak mengenal batas.
Keistimewaan Kisah Para Shalihin
Kisah-kisah para shalihin adalah cerminan keimanan dan ketakwaan yang luar biasa.
Tidak heran jika Al-Imam Abul Qasim Junaid Al-Baghdadi pernah berkata:
“Hikayat para shalihin adalah tentara dari bala tentara Allah SWT yang menguatkan batin kita, sebagaimana tentara menguatkan dan menjaga sebuah negara.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Dr. Abuya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam kitabnya "Qul Hadzihi Sabili".
Dalam kitab tersebut, diceritakan bagaimana seseorang dengan keterbatasan fisik tetap teguh dalam niatnya untuk menunaikan ibadah haji.
Hal ini membuktikan bahwa cinta kepada Allah SWT mampu mengalahkan segala keterbatasan duniawi.
Kisah Menggetarkan: Lumpuh tapi Penuh Semangat Menuju Baitullah
Syaqiq Al-Balkhi rahimahullah menceritakan bahwa dalam perjalanannya menuju Makkah, ia melihat seorang pria lumpuh yang berjalan ngesot di tanah.
Dengan penuh rasa penasaran, ia bertanya:
“Tuan, dari mana asal Anda?”
Pria itu menjawab, “Dari Samarkand.”
Syaqiq kembali bertanya, “Sudah berapa lama Anda dalam perjalanan ini?”
Dengan tenang pria tersebut menjawab, “Lebih dari sepuluh tahun.”
Mendengar jawaban itu, Syaqiq merasa terkejut dan takjub.
Ia menatap pria tersebut dengan penuh kekaguman. Menyadari tatapan heran itu, pria lumpuh itu pun bertanya:
“Wahai Syaqiq, mengapa engkau menatapku dengan penuh keheranan?”
Syaqiq menjawab, “Aku heran bagaimana mungkin dengan tubuh selemah ini engkau bisa menempuh perjalanan yang begitu jauh.”
Namun, pria tersebut menjawab dengan penuh keyakinan:
“Wahai Syaqiq, perjalanan jauh ini dikuatkan oleh rasa rindu kepada Allah. Dan kelemahan tubuhku ditopang oleh kekuatan dari-Nya. Mengapa engkau heran terhadap seorang hamba yang digerakkan oleh Tuhan yang Maha Penyayang?”
Kemudian, pria itu melantunkan bait syair yang bermakna:
“Aku datang kepada-Mu, wahai Allah, meskipun jalannya sulit. Namun, rinduku membawaku, dan harapanku memberikan semangat kepadaku.”
“Seorang pecinta sejati tidak akan takut menghadapi rintangan. Tidak ada perjalanan yang terlalu jauh jika dilakukan dengan cinta.”
Simak juga: Belajar cinta sejati dari sayyidah Zainab binti Rasulullah
Perjalanan Luar Biasa dari Samarkand ke Makkah
Jarak antara Samarkand (Uzbekistan) dan Makkah sekitar 4.267 kilometer.
Dengan kondisi fisik yang lumpuh, perjalanan ini tentu sangat melelahkan dan penuh tantangan.
Namun, keteguhan hati dan cinta kepada Allah SWT menjadi bahan bakar yang mendorongnya untuk terus melangkah, meskipun hanya dengan ngesot.
Kisah ini membuktikan bahwa siapa pun yang memiliki tekad kuat dan keimanan yang kokoh pasti akan dimudahkan jalannya oleh Allah SWT.
Jika seorang yang lumpuh saja mampu menempuh perjalanan selama lebih dari sepuluh tahun untuk berhaji, bagaimana dengan kita yang memiliki tubuh sehat?
Pelajaran Berharga dan Refleksi Diri
Sering kali, kita yang memiliki kesehatan dan kemampuan finansial justru lalai dalam menjalankan ibadah.
Bahkan, untuk pergi ke masjid yang jaraknya hanya beberapa ratus meter pun terasa berat.
Padahal, Allah SWT telah memberikan segala kemudahan bagi kita.
Kisah ini mengajarkan bahwa hidayah adalah sesuatu yang sangat berharga.
Siapa pun yang diberi petunjuk oleh Allah SWT akan mampu menjalankan ibadah dengan penuh keteguhan, terlepas dari keterbatasan fisik atau hambatan lainnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
Mengenal Syaqiq Al-Balkhi
Imam Abu Ali Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi adalah seorang ulama sufi terkenal dari Khorasan, Irak.
Beliau adalah guru dari Imam Hatim Al-Asham dan meninggal pada tahun 194 H / 810 M. Baca juga: Sosok ulama yang digelari tuli sepanjang masa demi menjaga privasi wanita
Kisah-kisah yang diriwayatkannya sering menjadi pelajaran berharga dalam dunia tasawuf, karena mengajarkan keteguhan iman dan kecintaan kepada Allah SWT.
Kesimpulan
Cinta kepada Allah mengalahkan segala rintangan.
Kisah pria lumpuh yang berjalan ngesot dari Samarkand ke Makkah ini adalah bukti nyata bahwa keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT mampu mengalahkan segala keterbatasan.
Dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh harapan, segala rintangan dapat dilalui.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah:
- Keteguhan hati dan tekad yang kuat adalah kunci untuk mencapai impian.
- Allah SWT akan selalu menolong hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam mencari keridhaan-Nya.
- Kita yang diberi kesehatan dan kemudahan hendaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah.
Mari kita jadikan kisah ini sebagai motivasi untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jika seorang pria lumpuh bisa menghabiskan lebih dari sepuluh tahun ngesot demi berhaji, apa alasan kita untuk tidak bersungguh-sungguh dalam beribadah?
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita hidayah dan kekuatan untuk meniti jalan-Nya. Aamiin.
Referensi: Risalah al-Qusyairiyyah 397
Posting Komentar