![]() |
| Biografi Lengkap Zainab binti Jahsy: Istri Rasulullah Saw. yang Terkenal Dermawan dan Salehah |
S ejarah kehidupan para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjadi sumber keteladanan yang tidak pernah habis untuk digali.
Mereka adalah para Ummul Mukminin, ibu bagi orang-orang beriman, yang mengabdikan hidupnya demi dakwah Islam dan mendampingi Nabi Muhammad saw. dalam suka maupun duka.
Salah satu di antara mereka adalah Sayyidah Zainab binti Jahsyi radhiallahu ‘anha, seorang wanita mulia yang kisah hidupnya diabadikan dalam Al-Qur’an.
Sayyidah Zainab binti Jahsy dikenal bukan hanya karena nasabnya yang mulia, tetapi juga karena pernikahannya dengan Rasulullah yang sarat dengan hikmah besar.
Pernikahannya menjadi bukti penghapusan tradisi jahiliyah yang keliru tentang status anak angkat.
Selain itu, beliau juga terkenal dengan sifat dermawan, ketakwaan, dan keteguhannya dalam menghadapi berbagai ujian.
Artikel ini akan mengulas secara lengkap biografi Zainab binti Jahsy, mulai dari nasab, perjalanan hidup, pernikahan, keutamaan, hingga teladan yang bisa kita ambil dari sosok Ummul Mukminin yang agung ini.
Simak juga: Meninggal saat lahiran anak zina, syahidkah?
Nasab dan Latar Belakang Zainab binti Jahsy
Nama lengkap beliau adalah Zainab binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mur al-Asadiyah.
Ia lahir dari keluarga Quraisy yang mulia.
Ibunya bernama Umaimah binti Abdul Muthalib, yang merupakan bibi Nabi Muhammad saw.
Dengan demikian, Sayyidah Zainab adalah sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedekatan nasab ini membuat Sayyidah Zainab tumbuh di lingkungan keluarga yang dekat dengan Nabi.
Sejak kecil, ia dikenal sebagai wanita yang berakhlak mulia, menjaga kehormatan diri, dan memiliki kecerdasan yang tinggi.
Simak juga: Kisah kejeniusan syeikh Abu Bakar al-Baqillani mengahadapi raja Romawi
Sayyidah Zainab juga dikenal memiliki wajah yang rupawan, namun ketakwaannya jauh lebih menonjol dari pada kecantikannya.
Kehidupan Sayyidah Zainab di masa muda tidak lepas dari tradisi Quraisy.
Namun setelah datangnya dakwah Islam, ia termasuk perempuan yang bersegera menerima ajaran Rasulullah.
Keimanannya yang teguh membuatnya rela meninggalkan kenyamanan tradisi jahiliyah demi meraih ridha Allah.
Pernikahan dengan Zaid bin Haritsah dan Hikmahnya
Sebelum menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Zainab terlebih dahulu dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah, seorang sahabat yang sangat dicintai Nabi.
Zaid adalah mantan budak yang dimerdekakan dan kemudian diangkat sebagai anak angkat Rasulullah.
Karena itu, ia dikenal dengan sebutan Zaid bin Muhammad sebelum akhirnya Allah menurunkan ayat yang melarang penisbatan anak angkat kepada ayah angkatnya.
Pernikahan antara Sayyidah Zainab dan Zaid memiliki tujuan besar yakni menghancurkan tradisi jahiliyah yang mengukur kehormatan seseorang berdasarkan status sosial.
Rasulullah ingin menunjukkan bahwa mantan budak sekalipun memiliki kedudukan mulia di sisi Allah jika beriman.
Namun, kehidupan rumah tangga Sayyidah Zainab dan Zaid tidak berjalan harmonis.
Perbedaan karakter dan latar belakang membuat keduanya sering berselisih.
Hingga akhirnya, dengan izin Rasulullah, Zaid menceraikan Sayyidah Zainab.
Simak juga: 10 cara agar rezeki lancar setelah nikah
Peristiwa ini bukan sekadar perceraian biasa. Allah telah menyiapkan rencana besar di baliknya, yang menjadi landasan hukum penting dalam Islam.
Baca juga: Jika cerai, lebih baik anak ikut siapa?
Pernikahan Sayyidah Zainab dengan Rasulullah: Dinikahkan oleh Allah
Setelah Sayyidah Zainab berpisah dari Zaid, turunlah wahyu yang menegaskan bahwa Rasulullah menikah dengan Sayyidah Zainab bukan karena hawa nafsu, melainkan sebagai perintah langsung dari Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِيٓ أَزْوَٰجِ أَدْعِيَآئِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ مَفْعُولًا
Artinya:
“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau (Muhammad) dengan dia (Zainab) supaya tidak ada keberatan bagi orang-orang mukmin untuk menikahi istri-istri anak angkat mereka apabila anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya.” (QS. Al-Ahzab: 37)
Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Zainab adalah bagian dari syariat Allah.
Dengan pernikahan ini, Islam menegaskan bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung, sehingga hukum-hukum yang berlaku pada anak kandung tidak berlaku pada anak angkat.
Simak juga: Nabi berpesan: Ipar adalah maut, mengapa?
Pesta Pernikahan Terbesar Nabi Muhammad SAW
Pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Zainab binti Jahsy juga menjadi salah satu pesta pernikahan terbesar dalam sejarah kehidupan Nabi.
Beliau mengadakan walimah yang penuh dengan keberkahan, menyembelih seekor kambing, dan menjamu banyak sahabat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa hidangan pernikahan Nabi dengan Sayyidah Zainab adalah yang paling mewah dibandingkan dengan walimah pernikahan beliau yang lain.
Hal ini menunjukkan betapa agungnya pernikahan ini di sisi Allah dan Rasul-Nya.
Bahkan, dalam pernikahan ini pula turun ayat tentang adab masuk rumah Nabi.
Sebab, banyak tamu yang berlama-lama setelah makan sehingga menimbulkan rasa sungkan bagi Rasulullah.
Lalu Allah menurunkan firman-Nya:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتَ ٱلنَّبِىِّ إِلَّآ أَن يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَـٰظِرِينَ إِنَىٰهُ وَلَـٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَٱدْخُلُوا۟ فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَٱنتَشِرُوا۟ وَلَا مُسْتَـْٔنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى ٱلنَّبِىَّ فَيَسْتَحْىِۦ مِنكُمْ ۖ وَٱللَّهُ لَا يَسْتَحْىِۦ مِنَ ٱلْحَقِّ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi, kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang, masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. (QS. Al-Ahzab: 53)
Sifat Dermawan dan Julukan “Ibu Orang Miskin”
Sayyidah Zainab binti Jahsy dikenal sebagai wanita yang sangat dermawan.
Ia memiliki keterampilan membuat kerajinan dengan tangannya sendiri, lalu hasilnya ia jual untuk kemudian disedekahkan kepada fakir miskin.
Karena kemurahan hatinya, ia dijuluki sebagai “Ibu orang miskin”.
Bahkan, Rasulullah pernah bersabda kepada istri-istrinya:
“Orang yang paling cepat menyusulku (wafat) di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Awalnya para istri Nabi menyangka bahwa yang dimaksud adalah istri yang paling panjang tangannya secara fisik.
Namun ternyata yang dimaksud adalah panjang tangan dalam memberi sedekah.
Dan benar, Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah salah satu istri Nabi yang pertama kali wafat setelah beliau, karena keutamaannya dalam bersedekah.
Simak juga: Tanda-tanda kematian dari 100 hari hingga detik-detik terakhir
Keteguhan dalam Fitnah Hadis Ifki
Sayyidah Zainab binti Jahsy juga menunjukkan ketakwaannya ketika terjadi fitnah Hadis Ifk, yakni tuduhan dusta kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha.
Ketika ditanya tentang Sayyidah Aisyah, Sayyidah Zainab dengan tegas berkata:
“Aku menjaga pendengaranku dan penglihatanku. Demi Allah, aku tidak mengetahui tentang Aisyah kecuali kebaikan.”
(HR. al-Bukhari)
Ucapan ini menjadi bukti bahwa Sayyidah Zainab adalah wanita yang adil, tidak mengikuti hawa nafsu meski secara manusiawi bisa saja ada rasa cemburu antar istri Nabi.
Inilah salah satu teladan besar dari dirinya yaitu menjaga lisan dari tuduhan tanpa bukti.
Simak juga: Kenapa nafsu identik dengan keburukan?
Kehidupan Sepeninggal Rasulullah
Setelah Rasulullah wafat, Sayyidah Zainab tetap hidup dalam kesederhanaan.
Ia tidak pernah tergoda dengan dunia meski mendapat bagian dari baitul mal.
Semua harta yang diterimanya segera ia sedekahkan kepada fakir miskin.
Kedermawanan dan kezuhudannya membuat Sayyidah Zainab selalu dikenang sebagai sosok wanita yang benar-benar wara’ dan penuh ketakwaan.
Ia tidak mencari kemewahan, melainkan hanya mengharap ridha Allah.
Wafatnya Sayyidah Zainab binti Jahsy
Sayyidah Zainab binti Jahsy wafat pada tahun 20 H, di masa kekhalifahan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu.
Ia dimakamkan di Baqi’, pemakaman para sahabat Nabi di Madinah.
Kehidupannya menjadi bukti nyata tentang seorang wanita yang hidup penuh ketaatan, dermawan, dan rela berkorban demi agamanya.
Ia adalah teladan bagi para muslimah sepanjang masa.
Teladan Abadi dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy
Dari perjalanan hidup Sayyidah Zainab binti Jahsy, kita bisa mengambil banyak pelajaran:
1. Ketaatan kepada Allah dan Rasul
Pernikahannya dengan Rasulullah adalah bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah.
2. Menghancurkan tradisi jahiliyah
Kisah pernikahannya menghapus anggapan salah tentang anak angkat.
3. Dermawan dan peduli sesama
Ia dikenal sebagai istri Nabi yang paling banyak bersedekah.
4. Menjaga lisan dan keadilan
Dalam fitnah besar, ia tetap berkata benar meski terhadap ‘saingan’nya.
5. Kesederhanaan dan zuhud
Meski hidup sebagai istri Nabi, ia tetap memilih hidup sederhana.
Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah cermin bagi setiap muslimah untuk meneladani sifat dermawan, ketakwaan, dan keberanian dalam menegakkan kebenaran.
Kesimpulan
Kisah hidup Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy radhiallahu ‘anha adalah salah satu bagian penting dari sejarah Islam.
Pernikahannya dengan Rasulullah bukan hanya peristiwa pribadi, tetapi juga wahyu yang membawa hukum besar bagi umat Islam.
Beliau dikenal sebagai wanita yang dermawan, adil, dan penuh ketakwaan.
Julukan “Ibu orang miskin” menjadi bukti kepeduliannya terhadap sesama.
Hingga wafatnya, Sayyidah Zainab tetap hidup dalam kesederhanaan dan meninggalkan teladan yang abadi.
Semoga kita bisa mengambil inspirasi dari kehidupan Sayyidah Zainab binti Jahsy, menjadikannya teladan dalam bersedekah, menjaga lisan, serta berpegang teguh pada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.



Posting Komentar