![]() |
Seseorang yang berpakaian putih sedang duduk bersila di atas permadani, memegang tasbih kayu di tangannya, menggambarkan praktik dzikir dalam tradisi Tarekat Naqsyabandiyah. |
J ika Anda pernah mendengar istilah tarekat, mungkin yang terlintas di pikiran adalah sekumpulan orang yang duduk bersila sambil berdzikir dalam kesunyian malam.
Namun, di balik itu, tarekat bukan hanya sekadar ritual dzikir.
Akan tetapi, tarekat adalah jalan spiritual yang terstruktur, dipandu oleh guru ruhani (mursyid), dan memiliki tujuan akhir yakni mencapai kedekatan sejati dengan Allah.
Salah satu tarekat yang paling terkenal dan memiliki pengaruh besar dalam sejarah Islam adalah Tarekat Naqsyabandiyah.
Tarekat ini tidak hanya memiliki ajaran yang dalam, tetapi juga menyimpan keunikan yang membedakannya dari tarekat-tarekat lain.
Simak juga: 3 tipe orang hadir dalam majelis ilmu, jangan jadi yang ketiga
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian, sejarah, silsilah, hingga ajaran pokok Tarekat Naqsyabandiyah dengan gaya penjelasan yang mudah dipahami dan dimengerti lintas kasta kehidupan.
Pengertian Tarekat dan Tarekat Naqsyabandiyah
Secara bahasa, kata tarekat berasal dari bahasa Arab ṭarīqah (طَريقَة) yang berarti “jalan”, “metode”, atau “cara hidup”.
Dalam konteks tasawuf, tarekat adalah jalan spiritual yang ditempuh seorang murid (salik) untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Tarekat dapat dipahami dalam dua pengertian:
1. Jalan spiritual menuju Allah melalui metode dzikir, riyadhah (latihan jiwa), dan pembinaan akhlak.
2. Perkumpulan persaudaraan suci yakni sekelompok murid yang dibimbing oleh seorang guru (mursyid) dalam menapaki jalan menuju ma’rifatullah.
Dalam bahasa tasawuf, perjalanan spiritual ini disebut suluk.
Orang yang menempuhnya disebut salik.
Baca juga: 8 hal yang menarikk tetapi palsu
Setiap salik memiliki pengalaman yang unik meski tujuan akhirnya sama, yaitu fana’ fillah (melebur dalam kehendak Allah) dan baqa’ billah (hidup kekal bersama ridha-Nya).
Imam al-Ghazali merumuskan bahwa jalan menuju Allah secara umum melewati tiga langkah besar:
Tazkiyatun Nafs yaitu penyucian hati dari penyakit-penyakit batin.
Dzikir yaitu mengingat Allah secara konsisten hingga hati selalu terhubung kepada-Nya.
Fana’ Fillah yaitu hilangnya kesadaran ego pribadi, hanya menyisakan kesadaran akan Allah.
Nah, dari sekian banyak tarekat di dunia Islam, Tarekat Naqsyabandiyah memiliki posisi yang istimewa.
Simak juga: Alasan kenapa wanita lain lebih cantik dari istrimu
Keistimewaan Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah dinisbatkan kepada Imam Bahauddin Naqsyabandi.
Keistimewaannya terletak pada rantai sanad spiritualnya yang bersambung langsung kepada Nabi Muhammad saw. melalui Abu Bakar as-Shiddiq, sahabat terdekat beliau.
Ini berbeda dengan banyak tarekat terkenal lainnya yang jalur sanadnya melalui Imam Ali bin Abi Thalib.
Karena itu, Naqsyabandiyah sering disebut sebagai satu-satunya tarekat besar yang berakar dari jalur Abu Bakar.
Selain itu, ajaran Naqsyabandiyah sangat menekankan dzikir khafi (dzikir dalam hati) dibandingkan dzikir jahr (bersuara).
Ini sesuai dengan salah satu prinsipnya yaitu "Khalwat dar anjuman" menyendiri di tengah keramaian.
Artinya, hati tetap bersama Allah meski tubuh berbaur dengan masyarakat.
Sejarah Singkat Biografi Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah adalah Muhammad bin Muhammad Baha’uddin al-Uwaisi al-Bukhari, yang lebih dikenal sebagai Imam Bahauddin Naqsyabandi.
Beliau lahir pada tahun 1318 M di Qasr-i Hinduvan (kemudian dikenal Qasr-i Arifan), dekat Bukhara, Uzbekistan.
Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1389 M di tempat kelahirannya.
Gaya hidupnya sehari-hari menjalani kehidupan dengan sederhana, tekun beribadah, dan sepenuhnya mengabdikan diri untuk membimbing murid-murid dalam suluk.
Imam Bahauddin mendapatkan bimbingan dari para ulama dan sufi besar, hingga akhirnya mewarisi dan mengembangkan metode khusus yang kemudian dikenal sebagai Tarekat Naqsyabandiyah.
Simak juga: 6 peristiwa penting dan bersejarah dalam bulan Safar
Lima “Bintang” dalam Jalan Naqsyabandiyah
Naqsyabandiyah dibangun di atas ajaran lima tokoh besar yang menjadi pilar tarekat ini:
1. Abu Bakar as-Shiddiq yang merupakan sahabat Nabi, teladan kejujuran, dan keteguhan hati.
2. Salman al-Farisi adalah sosok simbol pencarian kebenaran yang gigih.
3. Abu Yazid al-Bustami adalah tokoh sufi yang menekankan fana’ fillah.
4. Abdul Khaliq al-Ghujdawani merupakan sosok perumus prinsip dzikir khafi dan metode suluk.
5. Bahauddin Naqsyabandi adalah sosok penggabung ajaran para pendahulunya menjadi sistem Naqsyabandiyah.
Simak juga: 6 orang masuk neraka dan termasuk ulama, kenapa?
Silsilah Tarekat Naqsyabandiyah
Berikut silsilah sanad spiritual Tarekat Naqsyabandiyah yang menghubungkan pendirinya dengan Nabi Muhammad saw:
1. Nabi Muhammad saw.
2. Abu Bakar as-Shiddiq
3. Salman al-Farisi
4. Qasim bin Muhammad
5. Imam Ja’far ash-Shadiq
6. Abu Yazid al-Bustami
7. Abu Hasan Ali bin Ja’far al-Kharqani
8. Abu Ali al-Fadhl bin Muhammad al-Thusi al-Farmadi
9. Abu Ya’qub Yusuf al-Hamdani
10. Abdul Khaliq al-Ghujdawani
11. Arif al-Riwukuri
12. Mahmud al-Anjir al-Faghnawi
13. Ali al-Ramitani (Syaikh Azizan)
14. Muhammad Baba as-Sammasi
15. Amir Kulal bin Sayyid Hamzah
16. Bahauddin Naqsyabandi
Silsilah ini menjadi bukti bahwa ajaran yang diwariskan dalam Naqsyabandiyah memiliki sanad yang jelas dan terpercaya.
Ajaran Pokok Tarekat Naqsyabandiyah
Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah berporos pada empat pilar utama yaitu Syariat, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat.
1. Syariat yakni menjalankan hukum-hukum Islam lahiriah seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya.
2. Tarekat Yaitu menempuh jalan ruhani melalui dzikir, bimbingan mursyid, dan latihan pengendalian diri.
3. Hakikat adalah memahami hakikat segala sesuatu, bahwa semua berasal dari dan kembali kepada Allah.
4. Ma’rifat Yakni mencapai pengetahuan mendalam tentang Allah yang dirasakan langsung oleh hati.
Simak juga: Kisah ulama digelari tuli sepanjang masa karena menjaga privasi wanita
Suluk dan Khalwat dalam Naqsyabandiyah
Salah satu amalan khas Naqsyabandiyah adalah suluk atau khalwat.
Ini adalah periode mengasingkan diri untuk fokus berdzikir di bawah bimbingan guru.
Durasi khalwat bervariasi kisaran 10 hari, 20 hari, hingga sempurna pada 40 hari.
Selama khalwat, seorang salik memiliki aturan ketat agar maksimal dalam mendekatkan diri kepada Sang Khalik, di antaranya yaitu:
- Menjauh dari hiruk pikuk dunia.
- Fokus mengingat Allah melalui dzikir khafi.
- Melatih hati untuk selalu hadir bersama Allah.
Tujuan dari suluk ini bukan sekadar ketenangan batin, tetapi transformasi jiwa yang mendalam.
Pengaruh Tarekat Naqsyabandiyah di Dunia Islam
Sejak abad ke-14, Naqsyabandiyah telah menyebar ke berbagai wilayah, mulai Asia Tengah, Timur Tengah, India, Turki, bahkan Nusantara.
Di Indonesia, tarekat ini berkembang melalui ulama-ulama besar yang membawa ajaran dan silsilahnya.
Keberhasilan Naqsyabandiyah dalam menyebar luas disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu;
- Metode dzikir khafi dan jali yang bisa diamalkan di tengah masyarakat.
- Ajarannya yang seimbang antara syariat dan hakikat.
- Jaringan mursyid yang tersebar di berbagai daerah.
Relevansi Tarekat Naqsyabandiyah di Era Modern
Di tengah hiruk pikuk dunia modern, banyak orang merindukan ketenangan hati.
Tarekat Naqsyabandiyah menawarkan jalan praktis untuk itu yaitu dengan dzikir yang terus-menerus, disiplin batin, dan pembinaan akhlak.
Bagi mereka yang ingin merasakan manisnya iman secara mendalam, Naqsyabandiyah memberikan panduan langkah demi langkah untuk membersihkan hati, menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, dan hidup dengan kesadaran ilahi di setiap momen.
Simak juga: Faktor-faktor yang memengaruhi berkembangnya suatu mazhab
Kesimpulan
Tarekat Naqsyabandiyah adalah salah satu tarekat besar dalam dunia Islam yang memiliki sanad langsung kepada Nabi Muhammad saw. melalui Abu Bakar as-Shiddiq.
Dengan metode dzikir khafi, suluk, dan pembinaan akhlak, tarekat ini telah membimbing jutaan orang menuju kedekatan sejati dengan Allah.
Di era penuh distraksi seperti sekarang, ajaran Naqsyabandiyah tetap relevan sebagai oase spiritual.
Dalam tarekat ini, mengajarkan bahwa dzikir kepada Allah bukan hanya di masjid atau majelis zikir, tetapi juga di pasar, kantor, bahkan saat kita berinteraksi dengan dunia.
Hati tetap bersama Allah, itulah inti dari perjalanan menuju ma’rifat.
Posting Komentar