![]() |
Simbol palu hukum di depan lafaz tauhid mencerminkan kontroversi Islam sekuler: ketika syariat ditantang oleh demokrasi modern. |
D alam dinamika pemikiran Islam modern, istilah "Islam sekuler" menjadi topik yang sarat kontroversi.
Bagi sebagian orang, Islam sekuler adalah bentuk modernisasi dan jalan menuju kemajuan.
Namun, bagi sebagian lainnya, ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap ajaran murni Islam yang menolak pemisahan agama dari kehidupan bernegara.
Artikel ini akan membahas secara komprehensif pengertian Islam sekuler, tokoh-tokoh yang mendorongnya, akar sejarahnya, hingga dampaknya terhadap masyarakat Muslim masa kini.
Baca juga: Islam agama kebenaran atau klaim egoisme?
Pengertian Islam Sekuler
Secara sederhana, Islam sekuler adalah gagasan yang memisahkan antara urusan agama (Islam) dan urusan kenegaraan atau pemerintahan.
Dalam konsep ini, Islam cukup dijalankan sebagai nilai spiritual dan moral individu, sementara hukum dan kebijakan publik tidak harus bersandar pada syariat Islam.
Baca juga: Apa fungsi sanksi dalam syariat?
Asal-Usul dan Sejarah Islam Sekuler
Akar Islam sekuler bisa ditelusuri dari sejarah kolonialisme di dunia Muslim.
Ketika Barat datang membawa sistem hukum dan pemerintahan sekuler, sebagian elite Muslim mulai mengadopsi nilai-nilai tersebut.
Tokoh seperti Mustafa Kemal Atatürk di Turki dikenal sebagai pelopor Islam sekuler dengan membubarkan kekhalifahan Utsmaniyah pada 1924 dan mengganti sistem negara menjadi republik sekuler.
Di Mesir, Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh mencoba memadukan Islam dengan rasionalisme modern, meski keduanya masih menekankan pentingnya Islam sebagai dasar moral masyarakat.
Namun, gagasan mereka kemudian berkembang ke arah sekularisasi.
Baca juga: Mengenal konsep lengkap tentang Imamah/kepemimpinan dalam Islam
Tokoh-Tokoh Islam Sekuler
Mustafa Kemal Atatürk
Ia menjadikan Turki sebagai negara republik yang sepenuhnya terpisah dari agama.
Pendidikan agama dihapus dari sekolah, azan diterjemahkan ke bahasa Turki, dan hukum syariat digantikan oleh hukum Barat.
Ali Abd al-Raziq
Dalam bukunya Al-Islam wa Usul al-Hukm, ia menegaskan bahwa Islam tidak mensyaratkan bentuk pemerintahan tertentu, termasuk khilafah.
Simak juga konsep kekhalifahan dalam Islam
Pandangannya ini memicu gelombang kritik keras dari ulama Al-Azhar.
Nurcholish Madjid
Di Indonesia, Cak Nur dikenal dengan slogan "Islam Yes, Partai Islam No", yang menunjukkan pandangan bahwa Islam tidak harus diwakili oleh partai politik.
Ia mempromosikan modernisasi Islam dan pemisahan antara agama dan negara.
Argumentasi Pendukung Islam Sekuler
Pendukung Islam sekuler menyatakan bahwa:
Negara harus netral secara agama agar tidak terjadi diskriminasi terhadap minoritas.
Pemaksaan hukum agama dalam negara demokratis bertentangan dengan prinsip kebebasan individu.
Islam sebagai nilai moral bisa tetap hidup dalam masyarakat tanpa harus dijadikan dasar konstitusi.
Mereka juga berargumen bahwa banyak negara Islam yang menjadikan syariat sebagai dasar hukum justru tidak berhasil membawa keadilan sosial atau kemajuan ekonomi.
Kritik terhadap Islam Sekuler
Namun, Islam sekuler tidak lepas dari kritik tajam, terutama dari kelompok Islamis dan konservatif.
Kritik-kritik tersebut antara lain:
Islam adalah agama yang syamil (komprehensif), mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk politik dan pemerintahan.
Pemisahan antara agama dan negara adalah warisan Barat yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Islam sekuler berpotensi melemahkan peran ulama dan menggantikan hukum Allah dengan hukum buatan manusia.
Para penentang juga sering mengutip ayat seperti:
"Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir."
Ayat ini sering dijadikan dalil bahwa hukum dalam negara Islam harus berdasarkan syariat, bukan hukum sekuler.
Dampak dan Realitas di Negara-Negara Muslim
Realitas Islam sekuler sangat beragam.
Di Turki, sekularisme sempat berjalan ketat sebelum digeser oleh pemerintahan Recep Tayyip Erdogan yang lebih Islami.
Di Indonesia, Pancasila menjadi dasar negara yang sekuler tetapi tetap menghormati agama.
Beberapa negara seperti Tunisia mencoba menyeimbangkan antara nilai Islam dan sekularisme dalam konstitusi.
Namun di negara-negara seperti Mesir dan Aljazair, sekularisme sering dipaksakan oleh militer, sehingga menimbulkan konflik dengan kelompok Islamis.
Islam Sekuler dalam Pandangan Ulama Kontemporer
Ulama kontemporer memiliki pandangan beragam.
Yusuf al-Qaradawi, misalnya, menolak sekularisme karena dinilai bertentangan dengan Islam.
Namun, beberapa ulama lain seperti Tariq Ramadan mencoba menyelaraskan Islam dengan demokrasi modern tanpa harus memisahkan secara total.
Islam Sekuler di Era Digital
Di era media sosial, wacana Islam sekuler semakin luas diperbincangkan.
Generasi muda Muslim yang melek teknologi dan terpapar pemikiran global sering kali lebih terbuka terhadap ide-ide sekularisme.
Namun, gelombang konservatisme juga muncul sebagai reaksi atas hal ini.
Kesimpulan
Islam sekuler tetap menjadi topik hangat yang mengundang debat panjang.
Antara mereka yang ingin mempertahankan kemurnian syariat dan mereka yang mendambakan negara demokratis yang inklusif, perdebatan ini tidak akan usai dalam waktu dekat.
Yang pasti, pemikiran Islam sekuler telah membentuk arah perjalanan sejarah banyak negara Muslim dan akan terus menjadi bagian dari diskursus modern dalam Islam.
Posting Komentar