aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Perbedaan Adil Versi Allah Dan Manusia

Perbedaan Adil Versi Allah Dan Manusia

Keadilan adalah sumber prioritas utama yang dicari oleh manusia. Mayoritas manusia menganggap bahwa berada di bawah payung keadilan adalah segala-galanya. Sehingga semua orang akan menuntut yang namanya keadilan.

Karena faktor utama munculnya keributan dan kerusuhan baik dalam skala kecil seperti ruang lingkup keluarga maupun dalam skala besar seperti dalam organisasi maupun kenegaraan disebabkan oleh persepsi keadilan.

Embrio inilah yang memunculkan suara dan protes terhadap sesuatu yang merasa terdhalimi dengan sistem yang ada. Hehe..

Namun, bagaimana sebenarnya adil dalam pandangan Allah dan manusia? Apakah sama atau beda? Atau mungkin tidak perlu dibahas karena ngak penting. 

Oh no no hehehe.. simak aja selengkapnya insyaallah tidak akan mengecewakan Anda.

Baiklah saya akan memulainya dengan membawa satu kisah yang menarik dan sangat mengispirasi yaitu kisah tentang Nasruddin Hodja, seorang sufi humoris yang hidup di Turki pada abad ke-13.

Berikut kisahnya tanpa perlu bertele-tele lagi..

Suatu hari ada empat orang anak yang mendatangi Nasruddin dengan membawa sekeranjang penuh buah kurma. Nasruddin sudah menduga pasti ada hal yang tidak beres sehingga mereka mendatanginya.

Ternyata benar, mereka meminta Nasruddin agar membagikan buah kurma dalam keranjang itu kepada mereka secara adil.

Sebelum membaginya dengan adil, Nasruddin bertanya terlebih dahulu, "Kalian ingin aku membagikannya dengan cara manusia atau dengan cara Allah?"

Tanpa pikir panjang, anak-anak tadi menjawab dengan serentak: "Cara Allah”. Sekilas yang terlintas dalam pikiran mereka meyakini bahwa Allah pasti adil dalam membagi sesuatu.

Setelah semuanya setuju dan sepakat, maka Nasruddin mulai membagikan kurma dalam keranjang. Nasruddin mengambil kurma tadi dan memberikan dua genggam penuh ke anak yang pertama.

Anak kedua ia beri satu genggam saja. Anak yang ketiga ia beri hanya dua butir saja, sedangkan anak yang keempat tidak ia berikan sebutir pun sama sekali.

Kemudian mereka protes dan meninggikan suara, "Pembagian macam apa ini?" tanya mereka dengan penuh kesal dan kecewa.

Nasruddin Hodja dengan santai ia menjawab,"Ya, begitulah cara Allah berbagi," jawab Nasruddin polos.

Ketika melihat mereka kebingungan, Nasruddin melanjutkan lagi perkataannya agar mereka dapat mengerti maksud dari pembagian versi Allah, 

"Allah  memberikan kepada segolongan tertentu dalam jumlah banyak, segolongan lain Ia beri tapi hanya sedikit, dan ada pula yang tak Ia beri sama sekali. Jika seandainya tadi kalian memintaku untuk membagikan kurma dengan versi manusia, tentu akan kubagikan dengan sama banyak."

Dari anekdot di atas apa yang dapat kita petik hikmah? Nasruddin Hidja mengajarkan kita secara sederhana mengenai konsep keadilan versi Allah dan versi manusia yang mudah dipahami dan dimengerti bahkan sekalipun oleh anak-anak.

Manusia seringkali memandang konsep keadilan sebagai bentuk pembagian yang sama rata, sama banyak, tidak kurang dan tidak lebih. Padahal itu menunjukkan lemahnya kita manusia. 

Bahkan justru menampakkan keterbatasan manusia dalam memahami terhadap dinamika, konteks,  keterlibatan manusia baik secara psikologis, historis, politis terhadap fenomena.

Sedangakn konsep adil versi Allah, apakah kita meragukannya? Allah pastinya punya cara tersendiri yang berbeda dari manusia. 

Sebagai pencipta mekanisme kerja alam semesta ini tentu konsep keadilan yang dijalankan Allah selalu menyangkut keseluruhan kehidupan baik di langit maupun di bumi yang sangat luas, dalam, besar, dan tak terjangkau makhluk manapun.

Oleh karena itu, kita sekarang menyadari bahwa apa yang dibagikan dan diberikan oleh Allah terhadap kita adalah keadilan versinya Allah. Sebab Allah lebih mengetahui dengan kondisi bahkan apa saja gerak-gerik kita.

Kita tidak boleh mengeluh dengan apa yang kita peroleh saat ini. tentu semuanya ada hikmah tersendiri yang tanpa kita ketahui. 

Tugas kita sebagai hambanya adalah bersyukur terhadap nikmat yang diberikan bukan protes dengan konsep keadilan versi Allah SWT.

Jadi, Allah SWT mungkin tidak terasa adil bagi makhluk yang bernama manusia, tetapi Dia adil bagi seluruh semesta sehingga semuanya bisa tetap berjalan seimbang dan normal seperti sekarang ini.

Mari kita kikis pemikiran-pemikran buruk terhadap Allah SWT, karena apapun yang terbesit dibenak kita Allah maha mengetahui semuanya.

Kira-kira begitulah pelajaran yang coba ingin disampaikan oleh Nasruddin Hodja kepada kita. Semoga kita semua dipermudahkan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Amin amin..

Anda Ingin Mempelajari secara utuh tentang persoalan fikih seperti hal yang sering bersangkutan dengan ibadah, seputar haid, nifas dan lain-lain silahkan berkunjung ke www.rujukannyasantri.com. Sangat direkomendasikan apalagi santri karena pada situs tersebut diurai secara lengkap dan detail serta mudah dipahami tentang pelajaran-pelajaran yang umumnya menjadi kurikulum dayah dan pesantren. semoga bermanfaat. Jangan lupa mampir ya. Mampir aja dulu daripada penasarankan. hehe
Posting Komentar

Posting Komentar