![]() |
| Kota Makkah yang berada di jazirah Arab terpilih menjadi tempat diutusnya Nabi Muhammad yang membawa rahmat bagi seluruh dunia |
S ejak Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, perjalanan sejarah manusia terus berlangsung.
Zaman silih berganti, peradaban datang dan pergi, manusia pun berganti-ganti menghuni dunia.
Namun, Allah ï·» tidak pernah membiarkan mereka berjalan tanpa cahaya.
Dari generasi ke generasi, Allah mengutus rasul-rasul pilihan untuk menjaga fitrah tauhid dan mengingatkan manusia pada jalan yang lurus.
Hingga tibalah saat yang telah ditentukan dalam sejarah yakni lahirnya penutup para nabi, Muhammad bin Abdullah ï·º.
Bukan dari istana megah Persia, bukan pula dari kekaisaran besar Romawi, melainkan dari Jazirah Arab.
Sebuah tanah tandus, sederhana, namun penuh hikmah.
Dari tempat itulah cahaya Islam memancar, menerangi hati manusia, dan mengubah wajah dunia untuk selamanya.
Simak juga: Nabi Adam cemburu kepada umat Nabi Muhammad, mengapa?
Pertanyaan pun muncul dalam benak banyak orang: “Mengapa Arab?
Mengapa tanah gersang, penuh padang pasir, dan dihuni kaum nomaden, dipilih sebagai tempat lahir dan berkembangnya risalah terakhir ini?”
Pertanyaan ini bukan sekadar rasa ingin tahu sejarah, melainkan juga menyimpan hikmah mendalam tentang bagaimana Allah ï·» merancang perjalanan risalah Islam agar bisa menyinari seluruh dunia.
Para ulama mencoba menguraikan jawabannya, meski mereka tetap rendah hati dengan mengakui bahwa hakikat sejati hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
Salah satu ulama yang membahasnya adalah Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dalam kitab Fiqh as-Sirah.
Beliau menyebutkan beberapa hikmah mengapa Nabi Muhammad ï·º diutus di Arab.
Mari kita telusuri bersama agar semakin terasa betapa dahsyatnya skenario ilahi di balik pemilihan Jazirah Arab sebagai pusat lahirnya cahaya Islam.
Simak juga; Nabi Musa menangis di hadapan Rasulullah pada malam mi'raj, mengapa?
Mengapa Nabi Muhammad saw. Diutus di Jazirah Arab?
1. Jazirah Arab Adalah Tanah Merdeka
Berbeda dengan wilayah Persia dan Romawi yang tunduk pada kekuasaan raja dan kaisar, Jazirah Arab adalah tanah yang merdeka.
Tidak ada satu kerajaan absolut yang menguasai seluruh wilayah.
Kehidupan mereka diatur oleh kabilah, bukan kerajaan besar.
Ini membuat masyarakat Arab terbebas dari dominasi politik maupun agama penguasa besar dunia.
Sehingga, ketika Islam datang, ia tidak berhadapan langsung dengan sistem politik global yang kokoh, melainkan bisa tumbuh secara natural dari dalam masyarakat.
Keadaan ini menjadi pintu besar yang memudahkan dakwah Nabi ï·º berkembang, lalu menyebar ke seluruh dunia tanpa tekanan langsung dari imperium raksasa pada masa awal.
Simak juga; 5 keajaiban surat al-Mulk
2. Keberagaman Agama dan Kepercayaan di Arab
Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab bukanlah bangsa yang homogen dalam keyakinan.
Mereka memiliki beragam bentuk kepercayaan.
Ada yang menyembah malaikat, bintang, atau roh.
Ada pula yang menyembah patung, bahkan setiap kabilah memiliki berhalanya sendiri.
Di sisi lain, terdapat komunitas Yahudi dan Nasrani.
Dan sebagian kecil masih berpegang pada ajaran tauhid Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Dengan kondisi seperti ini, kehadiran Islam menjadi pembeda tegas.
Islam datang bukan untuk menambah satu sekte baru, tetapi untuk memurnikan kembali ajaran tauhid.
Karena itu, risalah Islam mampu berdialog dengan beragam kepercayaan yang sudah ada, sekaligus menegaskan posisinya sebagai agama penutup.
Simak juga; Tidak mau mengambil warisan melimpah, waraskah?
3. Tradisi Sosial yang Kuat: Fanatisme Kabilah (Ashabiyah)
Bangsa Arab terkenal dengan sistem tribalisme.
Mereka hidup berdasarkan kabilah, dan setiap kabilah memiliki pemimpin sendiri.
Loyalitas terhadap kabilah begitu tinggi, hingga melahirkan budaya ashabiyah (fanatisme kesukuan).
Meskipun fanatisme ini sering menimbulkan konflik, justru ada sisi positifnya.
Ketika Nabi Muhammad ï·º berdakwah, Bani Hasyim sebagai keluarga beliau berdiri membela, meskipun sebagian belum beriman.
Perlindungan Abu Thalib menjadi contoh nyata bagaimana ashabiyah ini menjaga kelangsungan dakwah Islam di fase awal.
Tanpa sistem kabilah yang kokoh, bisa jadi dakwah Nabi ï·º sejak awal sudah dihancurkan oleh musuh-musuh Quraisy.
Simak juga: Kisah serigala bisa berbicara pada masa Nabi Muhammad
4. Jauh dari Pengaruh Peradaban Besar
Sekilas, kondisi Arab yang jauh dari pusat peradaban dunia seperti Romawi dan Persia terlihat sebagai kelemahan.
Namun, justru inilah salah satu kelebihannya.
Orang-orang Arab saat itu belum banyak tercemar oleh ideologi dan filsafat asing.
Pikiran mereka relatif polos dan jujur, sehingga lebih mudah menerima kebenaran murni.
Hanya setelah ‘Amr bin Luhai al-Khuza’i membawa berhala dari Syam, praktik paganisme merajalela.
Namun tetap saja, dibanding masyarakat Persia dengan Zoroastrianisme atau Romawi dengan Kristen politiknya, bangsa Arab lebih sederhana dalam cara berpikir.
Polos, apa adanya, dan siap menerima kebenaran.
Simak juga; Kisah heroik Ibnu Hajar menimba emas dari sumur zamzam karena istrinya
5. Letak Geografis: Arab adalah Pusat Dunia
Secara geografis, Jazirah Arab terletak di titik strategis yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa.
Itulah mengapa Barat menyebutnya Middle East (Timur Tengah).
Posisi ini memudahkan penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
Dan terbukti, hanya dalam beberapa dekade setelah wafatnya Nabi ï·º, Islam sudah tersebar dari Spanyol hingga India.
Simak juga; Sejarah pemeliharaan Al-Qur'an pada masa khalifah Usman bin Affan
6. Kesatuan Bahasa: Bahasa Arab
Salah satu faktor paling penting adalah bahasa.
Meski terdiri dari berbagai kabilah, bangsa Arab tetap menggunakan satu bahasa untuk berkomunikasi yaitu bahasa Arab.
Bahasa ini memiliki kekayaan sastra luar biasa.
Puisi-puisi Arab terkenal dengan keindahan balaghah (retorika).
Maka, ketika Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, ia menjadi mukjizat yang tak terbantahkan.
Allah ï·» berfirman:
Ø¥ِÙ†َّا Ø£َÙ†ْزَÙ„ْÙ†َاهُ Ù‚ُرْآنًا عَرَبِÙŠًّا Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَعْÙ‚ِÙ„ُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu mengerti.”
Dengan satu bahasa yang sama, dakwah Nabi ï·º bisa menyebar cepat tanpa terhambat perbedaan bahasa.
Berbeda dengan wilayah-wilayah lain yang ada pada saat itu sudah muncul beragam bahasa dalam satu wilayah.
Simak juga: Kisah Nabi Sulaiman menemusi seoranh pemuda di tengah lautan
7. Makkah: Pusat Pertemuan Bangsa-Bangsa
Sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam, Makkah sudah menjadi kota suci.
Ka‘bah menjadi pusat ibadah, sekaligus pusat perdagangan.
Setiap tahun, ribuan orang datang berhaji, berdagang, atau menghadiri festival puisi.
Dengan begitu, pesan dakwah Nabi ï·º yang disampaikan di Mekah bisa menyebar dengan cepat.
Para pendatang yang mendengar risalah Islam akan kembali ke kampung mereka dan menyebarkan berita tentang ajaran baru ini.
Simak juga: Misteri hilangnya Hajar Aswad selama 22 tahun
8. Karakteristik Penduduk Arab: Fisik dan Akhlak yang Seimbang
Sejarawan besar Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menjelaskan bahwa Allah memilih Jazirah Arab karena penduduknya memiliki karakter yang seimbang.
Mereka tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, tidak terlalu besar, dan tidak terlalu kecil.
Warna kulitnya pun moderat, tidak terlalu gelap atau terlalu putih.
Sifat-sifat ini menjadikan mereka representasi manusia yang proporsional.
Ibnu Khaldun menguatkan pandangannya dengan ayat Al-Qur’an:
ÙƒُÙ†ْتُÙ…ْ Ø®َÙŠْرَ Ø£ُÙ…َّØ©ٍ Ø£ُØ®ْرِجَتْ Ù„ِلنَّاسِ
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia…”
Ayat ini mula-mula ditujukan kepada para sahabat Nabi ï·º yang berasal dari Arab, lalu diperluas kepada seluruh umat Islam.
Selain itu, karakter bangsa Arab pra-Islam juga unik.
Mereka dikenal jujur, polos, dermawan, dan memiliki tekad kuat.
Sifat-sifat ini sangat mendukung terbentuknya generasi sahabat yang siap memikul amanah risalah.
Simak juga: Kisah mengharukan seorang jamaah haji ngesot dari Samarkand ke Makkah
Mengapa Bukan Persia atau Romawi?
Mungkin ada yang bertanya, “Mengapa Allah tidak memilih Persia atau Romawi yang lebih maju?”
Jawabannya sederhana: karena kemajuan material tidak menjamin kesiapan spiritual.
Romawi sudah sibuk dengan politik gereja yang penuh intrik, sementara Persia terjerat dalam ideologi Zoroastrianisme.
Justru tanah Arab yang sederhana, bebas, dan poloslah yang paling siap menerima kebenaran murni.
Dari tanah gersang inilah, cahaya Islam memancar ke seluruh dunia.
Simak juga: Ini alasan kenapa wanita lain tampak lebih cantik dari istrimu
Penutup: Hikmah Besar di Balik Pemilihan Arab
Jika kita renungkan, semua faktor di atas adalah bagian dari skenario Allah ï·» yang sempurna. Tidak ada yang kebetulan.
Dari kondisi politik yang bebas, keberagaman keyakinan, fanatisme kabilah, kesederhanaan pemikiran, posisi geografis, kesatuan bahasa, hingga karakter masyarakatnya.
Semuanya adalah modal besar untuk lahirnya risalah terakhir.
Islam bukan agama lokal untuk satu bangsa, melainkan risalah universal.
Namun Allah memilih Jazirah Arab sebagai titik awal agar risalah ini bisa menyebar dengan cepat, kuat, dan bertahan hingga akhir zaman.
Maka, jawaban atas pertanyaan “Mengapa Nabi Muhammad ï·º diutus di Arab?” adalah karena Arab adalah tanah yang paling strategis, baik secara geografis, sosial, maupun spiritual, untuk menjadi tempat lahirnya risalah penutup.
Sebagaimana firman Allah ï·»:
اللَّÙ‡ُ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ ØَÙŠْØ«ُ ÙŠَجْعَÙ„ُ رِسَالَتَÙ‡ُ
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan risalah-Nya.”
Wallahu a'lam bisshawab



Posting Komentar