aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Makna Dibelenggunya Setan di Bulan Ramadhan dan Hubungannya dengan Maraknya Terjadi Kemaksiatan

Ilustrasi borgol yang menggambarkan dibelenggu setan di bulan Ramadhan dan Hubungannya dengan Maraknya Terjadi Kemaksiatan

B ulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, melebihi bulan-bulan lainnya. 

Salah satu keistimewaan Ramadhan adalah dibelenggunya setan-setan, sehingga godaan terhadap manusia berkurang dan melakukan kebaikan menjadi lebih mudah. 

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Artinya: "Ketika bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Namun, apakah dengan dibelenggunya setan di bulan Ramadhan berarti tidak ada lagi kemaksiatan? Baca: Jangan pernah tunggu tiba Ramadhan, Mengapa?

Faktanya, meski hadis Rasulullah menyebutkan bahwa setan dibelenggu, kemaksiatan masih tetap terjadi di berbagai tempat. 

Lantas, bagaimana memahami makna dari hadis ini? Baca juga: 3 hikmah diciptakan Iblis dan Setan

Mengapa Masih Ada Kemaksiatan di Bulan Ramadhan?

Imam As-Suyuthi (wafat 911 H) menjelaskan bahwa masih adanya kemaksiatan di bulan Ramadhan meskipun setan dibelenggu, disebabkan oleh dua faktor utama:

1. Setan Dibelenggu Hanya untuk Orang yang Sempurna Puasanya

Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa tidak semua orang mendapatkan perlindungan dari godaan setan di bulan Ramadhan. 

Setan hanya dibelenggu bagi mereka yang berpuasa dengan memenuhi syarat dan menjaga adab-adab puasa. Baca juga: Cara ampuh menghadang setan

Sedangkan mereka yang puasanya tidak sempurna, masih tetap bisa terkena godaan setan.

Dalam kitabnya, Ad-Dibaj, Imam As-Suyuthi mengatakan:

إِنَّمَا يُغَلُّ عَنِ الصَّائِمِيْنَ صَوْمًا حُوْفِظَ عَلىَ شُرُوْطِهِ وَرُوْعِيَتْ آدَابُهُ، أَمَّا مَا لَمْ يُحَافظْ عَلَيْهِ فَلاَ يُغَلُّ عَنْ فَاعِلِهِ الشَّيْطَانُ

Artinya: "Sesungguhnya setan itu dibelenggu dari orang-orang yang berpuasa yang telah menjaga syarat-syarat dan adab-adab puasa. Sedangkan orang yang tidak menjaganya, maka setan tidak dibelenggu dari orang tersebut."

2. Kemaksiatan Tidak Hanya Disebabkan oleh Setan

Faktor lain yang menyebabkan kemaksiatan masih terjadi di bulan Ramadhan adalah nafsu manusia, kebiasaan buruk, serta pengaruh dari setan manusia. 

Baca juga: Melakukan maksiat pilihan atau takdir?

Imam As-Suyuthi juga menekankan bahwa kemaksiatan bisa tetap terjadi karena adanya faktor-faktor lain selain godaan setan.

لَوْ سَلِمَ أَنَّهَا مُصْفِدَةٌ عَنْ كُلِّ صَائِمٍ فَلاَ يَلْزَمُ أَلاَّ يَقَعَ شَرٌّ لِأَنَّ لِوُقُوْعِ الشَّرِّ أَسْبَابًا أُخْرَى غَيْر الشَّيَاطِيْنِ وَهِيَ النُّفُوْسُ الْخَبِيْثَةُ وَالْعَادَاتُ الرَّكِيْكَةُ وَالشَّيَاطِيْنُ الْإِنْسِيَّةُ

Artinya: "Andai benar bahwa setan-setan itu dibelenggu dari semua orang yang berpuasa, maka belum tentu tidak akan terjadi kemaksiatan, karena untuk terjadinya kemaksiatan itu ada faktor lain selain setan, yaitu nafsu yang jelek, kebiasaan buruk, dan setan dari kalangan manusia." (Ad-Dibaj ‘ala Syarhi Shahihi Muslim, Juz III, Hal. 183).

Pendapat Ulama tentang Makna Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan

Selain Imam As-Suyuthi, beberapa ulama juga memberikan pandangan mengenai hadits ini.

1. Syekh Abul Hasan Al-Mubarakfuri

Dalam kitab Mir’atul Mafatih, Syekh Abul Hasan Al-Mubarakfuri menjelaskan bahwa kemaksiatan di bulan Ramadhan bukan hanya disebabkan oleh setan, tetapi juga oleh nafsu manusia yang telah terbiasa melakukan dosa sepanjang tahun.

صُدُوْرُ الْمَعَاصِي فِي رَمَضَانَ لَيْسَ مِنْ أَثَرِ الشَّيْطَانِ بَلْ مِنْ أَثَرِ النَّفْسِ الْإَمَّارَةِ الَّتِي تَشَرَّبَتْ مِنْ أَثَرِ الشَّيْطَانِ فِي سَائِرِ السَّنَةِ

Artinya: "Terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan tidak (sepenuhnya) berasal dari setan, tetapi juga disebabkan oleh nafsu yang selalu mengajak pada kejelekan, karena telah menyerap pengaruh setan sepanjang tahun." (Mir’atul Mafatih Syarhu Misykatil Mashabih, Juz VI, Hal. 401).

2. Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Dalam kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan bahwa makna "setan dibelenggu" bisa jadi merupakan perumpamaan dari berkurangnya kemaksiatan yang terjadi di bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

اَلْمَقْصُوْدُ تَقْلِيْلُ الشُّرُوْرِ فِيْهِ وَهَذَا أَمْرٌ مَحْسُوْسٌ فَإِنَّ وُقُوْعَ ذَلِكَ فِيْهِ أَقَلُّ مِنْ غَيْرِهِ

Artinya: "Bisa jadi maksud dari (setan dibelenggu) adalah berkurangnya kemaksiatan di bulan Ramadhan. Ini adalah sesuatu yang nyata, karena jumlah kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dibandingkan bulan lainnya." (Fathul Bari, Juz IV, Hal. 114).

3. Syekh Izzuddin bin Abdissalam

Syekh Izzuddin bin Abdissalam (wafat 660 H) dalam kitab Maqashidus Shaum menyebutkan bahwa makna "setan dibelenggu" adalah bahwa orang yang berpuasa dengan baik akan terputus dari bisikan setan, karena mereka tidak mudah tergoda untuk melakukan kemaksiatan.

وَتَصْفِيْدُ الشَّيَاطِيْنِ عِبَارَةٌ عَنِ انْقِطَاعِ وَسْوَسَتِهِمْ عَنِ الصَّائِمِيْنَ لِأَنَّهُمْ لاَيَطْمَعُوْنَ فِي اِجَابَتِهِمْ اِلىَ الْمَعَاصِي

Artinya: "(Maksud) terbelenggunya setan hanyalah perumpamaan dari terputusnya bisikan-bisikan setan bagi orang yang berpuasa, karena mereka tidak akan terlalu berambisi mengikuti ajakan setan untuk berbuat maksiat." (Maqashidus Shaum, Hal. 12).

Kesimpulan

Dari berbagai pendapat ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Setan memang dibelenggu, tetapi hanya bagi mereka yang berpuasa dengan memenuhi syarat dan adab puasa.

2. Kemaksiatan tetap bisa terjadi, karena selain setan, masih ada nafsu manusia, kebiasaan buruk, dan pengaruh setan dari kalangan manusia.

3. Makna dibelenggunya setan bisa bersifat perumpamaan, yang menunjukkan bahwa kemaksiatan berkurang dibandingkan bulan lainnya.

Semoga ibadah puasa kita di bulan Ramadhan ini benar-benar menjaga kita dari godaan setan dan segala bentuk kemaksiatan. Amin.

Wallahu a’lam bisshawab.

Posting Komentar

Posting Komentar