![]() |
| Ilustrasi Sumur yang berkaitan dengan Kisah Kesabaran Nabi Muhammad yang Ditampar Oleh Seorang Badui |
A khlak Nabi Muhammad saw. adalah teladan agung yang tidak bisa ditandingi siapa pun.
Beliau bukan hanya seorang pemimpin umat, tetapi juga manusia yang mampu menahan amarah, bersabar dalam penderitaan, dan tetap memancarkan kasih sayang bahkan kepada orang yang menyakitinya.
Salah satu kisah yang sarat hikmah adalah peristiwa ketika Rasulullah saw. ditampar oleh seorang Badui di dekat sumur, namun beliau tetap sabar hingga akhirnya orang Badui itu masuk Islam setelah menyaksikan keajaiban.
Kisah ini bukan sekadar cerita sejarah, melainkan cermin betapa agungnya kesabaran Rasulullah.
Mari kita mengurai peristiwa ini dengan lebih dalam.
Simak juga; Kisah Ibnu Hajar menimba emas dari sumur zamzam karena istrinya
Kondisi Nabi Muhammad saw. dan Keluarganya
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. bahwa suatu hari Rasulullah ﷺ berkunjung ke rumah putrinya, Sayyidah Fatimah رضي الله عنها.
Beliau mendapati sang putri tercinta dalam keadaan lemah karena sudah tiga hari tidak makan.
Sayyidah Fatimah mengeluhkan rasa lapar yang menekan tubuhnya.
Namun, dengan penuh keteguhan hati, Rasulullah ï·º menenangkan putrinya seraya berkata:
“Wahai Fatimah, engkau hanya belum makan selama tiga hari, sedangkan aku sudah empat hari menahan lapar.”
Sambil berkata demikian, Nabi memperlihatkan perut beliau yang diikat dengan batu untuk menahan rasa lapar.
Simak juga; Hadiah dari surga untuk Sayyidah Fatimah hasil dari buah kesabarannya
Itu adalah kondisi nyata Rasulullah yang merupakan seorang pemimpin umat, manusia termulia, yang rela menanggung derita demi kesabaran dan keteguhan iman.
Di rumah kecil itu, Nabi juga melihat cucunya, Hasan dan Husain, menahan lapar dengan wajah pucat.
Hati Rasulullah tentu iba, tetapi beliau tidak mengeluh.
Beliau keluar dari rumah untuk mencari rezeki yang halal, meski dengan cara yang sangat sederhana.
Baca juga: Tanda-tanda rezeki tidak berkah
Rasulullah Menawarkan Jasa di Pinggir Sumur
Nabi saw. berjalan hingga sampai ke sebuah sumur di pinggiran kota Madinah.
Di sana, beliau berdiri memandang air sumur dengan penuh harap.
Tiba-tiba, datanglah seorang lelaki Badui yang ingin mengambil air.
Lelaki itu tidak mengenal siapa yang sedang berdiri di dekat sumur.
Baginya, Nabi hanyalah seorang asing yang menawarkan diri untuk bekerja.
Rasulullah ï·º pun berkata:
“Apakah engkau butuh jasa sewa?”
“Ya,” jawab si Badui.
“Apa yang akan engkau sewakan?” tanya Rasulullah.
“Jasa untuk mengambil air dari sumur ini,” jawab beliau dengan tenang.
Akhirnya, disepakati bahwa Rasulullah akan mengambil air dengan timba, lalu menuangkannya ke pohon-pohon kurma milik si Badui.
Imbalannya adalah tiga butir kurma untuk setiap timba yang berhasil diangkat.
Simak juga: Kisah nyata dicium Rasulullah dalam mimpi
Nabi Bekerja Demi Tiga Butir Kurma
Bayangkan, seorang utusan Allah yang dimuliakan malaikat, pemimpin semesta alam, kini bekerja dengan peluh hanya untuk mendapatkan beberapa butir kurma.
Namun, beliau melakukannya dengan ikhlas.
Satu timba diangkat, air disiramkan ke pohon, dan beliau mendapat tiga kurma.
Kurma itu dimakan langsung untuk menahan lapar.
Beliau terus mengulanginya hingga sembilan kali.
Namun, ketika hendak mengangkat timba yang kesepuluh, tiba-tiba tali timba itu putus dan jatuh ke dalam sumur.
Nabi Ditampar oleh Si Badui
Si Badui marah besar. Baginya, pekerjaan itu terhenti dan ia merasa dirugikan.
Ia tidak tahu siapa sebenarnya orang yang sedang membantunya.
Dengan emosi, Badui itu menampar wajah Rasulullah ï·º.
Tamparan keras itu diarahkan kepada manusia paling mulia, yang tak lain adalah kekasih Allah.
Bayangkan, jika itu terjadi kepada kita, mungkin amarah akan meluap.
Tetapi Rasulullah tidak marah, tidak membalas, dan tidak menyimpan dendam.
Beliau hanya tersenyum, menerima tamparan itu dengan kesabaran yang luar biasa.
Si Badui bahkan hanya memberi upah 24 butir kurma dan menyuruh Nabi pergi.
Namun, dengan tangan mulianya, Nabi justru mengambil timba dari dalam sumur tanpa bantuan apa pun, lalu mengembalikannya.
Simak juga: Misteri hajar aswad yang hilang selama 22 tahun
Kesabaran Nabi yang Menggetarkan Hati
Ketika melihat Nabi tidak marah sama sekali, si Badui mulai diliputi rasa bingung.
Ia tidak pernah menemui orang seperti ini sebelumnya.
Dalam pikirannya, “Siapakah sosok yang baru saja kutampar, tetapi tetap tersenyum tanpa balas dendam?”
Di tengah perjalanan, rasa takut makin kuat.
Ia mulai menyadari bahwa orang yang ia perlakukan dengan kasar tadi adalah Muhammad, Rasul Allah. Hatinya gentar.
Akhirnya, ia mengambil parang dan memotong tangannya sendiri yaitu tangan yang telah menampar Nabi karena rasa bersalah yang amat mendalam.
Simak juga; 5 manfaat dan keajaiban di balik surat al-mulk
Badui Mencari Nabi di Masjid
Dengan menahan sakit, ia membawa potongan tangannya ke masjid.
Orang-orang terkejut melihatnya dan bertanya apa yang terjadi.
“Aku telah menampar seseorang. Aku yakin itu adalah Muhammad. Aku takut akan azab Allah. Maka kupotong tangan ini,” jawabnya dengan penuh rasa penyesalan.
Ia berteriak di pelataran masjid, “Wahai sahabat, di manakah Muhammad saat ini?!”
Salman al-Farisi رضي الله عنه datang dan membawanya ke rumah Sayyidah Fatimah, tempat Nabi sedang duduk memangku cucunya Hasan dan Husain.
Rasulullah sedang menyuapi mereka dengan kurma hasil jerih payah beliau tadi.
Simak juga; Mengenal lebih dekat dengan 9 cucu Nabi
Keajaiban Nabi: Tangan yang Pulih Kembali
Ketika melihat Nabi, wajah si Badui penuh rasa takut dan penyesalan.
“Wahai Muhammad, maafkan aku. Aku tidak tahu bahwa engkau adalah Rasulullah. Ampunilah aku,” katanya.
Nabi dengan penuh kasih berkata:
“Masuk Islamlah engkau, niscaya engkau akan selamat.”
Dengan hati bergetar, si Badui memohon, “Jika engkau benar-benar Nabi Allah, maka kembalikanlah tanganku seperti semula.”
Rasulullah pun mengambil tangan Badui itu, lalu mengusapnya dengan lembut.
Dengan izin Allah ï·», tangan yang putus itu kembali seperti semula, utuh tanpa bekas luka.
Melihat keajaiban tersebut, Badui itu bersyahadat, masuk Islam, dan beriman kepada Rasulullah.
Baca juga: Spirit cinta Rasulullah terhadap kita
Hikmah Besar dari Kisah Ini
Kisah ini bukan hanya tentang keajaiban, tetapi juga tentang keteladanan akhlak Nabi Muhammad saw.
Ada beberapa hikmah penting:
1. Kesabaran tanpa batas – Rasulullah tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan. Bahkan ketika ditampar, beliau tetap tersenyum.
2. Kerendahan hati Nabi – meski beliau utusan Allah, beliau tidak gengsi bekerja demi sesuap kurma untuk anak dan cucunya.
3. Kasih sayang Nabi kepada umat – beliau tidak marah, justru mengajak si Badui masuk Islam dengan penuh kelembutan.
4. Keajaiban Nabi sebagai bukti kerasulan – tangan Badui yang terputus kembali utuh menjadi saksi bahwa Muhammad benar-benar utusan Allah.
5. Pelajaran bagi umat Islam – menghadapi penghinaan, kita harus meniru kesabaran Nabi, bukan dengan emosi, tetapi dengan kelembutan yang dapat meluluhkan hati.
Simak juga: Azan terakhir Bilal yang menggetarkan kota Madinah
Relevansi Kisah dengan Kehidupan Umat Islam
Kisah ini sangat relevan untuk kita renungkan di era sekarang.
Bagi yang sedang menghadapi hinaan atau fitnah, belajarlah dari Rasulullah: jangan balas dengan keburukan, balaslah dengan kebaikan.
Bagi orang tua dan pemimpin, kisah ini menunjukkan betapa Nabi selalu berusaha mencari rezeki halal meskipun sulit, agar bisa memberi nafkah keluarga.
Bagi masyarakat luas, penting untuk sadar bahwa kelembutan dan kesabaran lebih menyentuh hati dari pada kekerasan.
Simak juga: Cara membedakan ujian dan azab dalam rumah tangga
Shalawat untuk Rasulullah ï·º
Sebagai penutup, mari kita bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.
اللَّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ْ عَÙ„َÙ‰ سَÙŠِّدِÙ†َا Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ سَÙŠِّدِÙ†َا Ù…ُØَÙ…َّدٍ
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad.”
Penutup
Kisah kesabaran Nabi Muhammad saw. ketika ditampar Badui adalah bukti nyata bahwa beliau adalah pribadi pilihan Allah yang penuh kelembutan, kesabaran, dan kasih sayang.
Keajaiban yang terjadi semakin meneguhkan kebenaran risalah beliau.
Bagi umat Islam, kisah ini bukan sekadar sejarah, melainkan pelajaran hidup: untuk selalu bersabar, tidak mudah marah, mencari rezeki yang halal, dan senantiasa menebar kasih sayang.
Dengan begitu, kita bisa menjadi umat yang benar-benar meneladani Rasulullah ï·º.



Posting Komentar