aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Neo-Khawarij: Wajah Baru Ekstremisme Islam di Abad Modern

Tangan terbuka dengan cap merah bertuliskan 'STOP' di atas tulisan 'Extremism', menggambarkan penolakan terhadap ekstremisme dan kebangkitan Neo-Khawarij dalam konteks Islam modern.

D alam sejarah panjang Islam, Khawarij dikenal sebagai kelompok pertama yang keluar dari garis mayoritas umat, menebar teror atas nama agama. 

Kini, di era modern, warisan ideologi mereka hidup kembali dalam bentuk yang lebih canggih dan global. 

Mereka dikenal sebagai Neo-Khawarij, sebuah aliran yang memakai teknologi, propaganda digital, dan tafsir sempit atas teks suci untuk menghalalkan kekerasan dan pemberontakan atas nama agama.

Aliran Neo-Khawarij merupakan reinkarnasi dari kelompok Khawarij yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai kelompok radikal yang menentang otoritas para pemimpin umat Islam. 

Kelompok ini muncul kembali dengan membawa ideologi yang lebih modern dan cenderung ekstrem, berfokus pada pemurnian ajaran Islam menurut interpretasi mereka sendiri, seringkali mengabaikan konsensus mayoritas umat Islam.

Sejarah dan Latar Belakang Neo-Khawarij

Khawarij pertama kali muncul pada abad ke-7 setelah terjadinya Perang Siffin antara khalifah Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. 

Setelah pertempuran ini, sebagian pasukan Ali menentang hasil perundingan dan menganggap bahwa keputusan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam, memisahkan diri dan membentuk kelompok yang dikenal sebagai Khawarij.

Dalam konteks modern, Neo-Khawarij muncul sebagai kelompok yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka, dengan mengklaim bahwa setiap orang yang tidak setuju dengan pandangan mereka adalah kafir. 

Baca juga:

Benarkah bunuh diri divonis kafir dan kekal di neraka

7 Sebab dasar kekufuran dan bid'ah

Kelompok ini sering kali mengadopsi retorika jihad dan takfiri, di mana mereka menganggap kelompok lain di luar pandangan mereka sebagai sesat dan layak untuk dilawan.

Ciri-ciri Pemikiran Neo-Khawarij

Takfirisme 

Neo-Khawarij sering kali mengklaim bahwa siapa saja yang tidak sepenuhnya mengikuti ajaran mereka atau bahkan yang berbeda pandangan politiknya adalah kafir.

Jihad sebagai Wajib

Mereka menganggap jihad sebagai kewajiban yang harus dilakukan dengan cara apapun, termasuk melalui kekerasan terhadap siapa saja yang dianggap sebagai musuh Islam.

Baca juga: mengenal versi jihad ulama di era milenial

Penolakan terhadap Otoritas yang Sah

Seperti pendahulunya, Neo-Khawarij menolak otoritas yang sah dan meyakini bahwa hanya kelompok mereka yang benar, memandang semua pemimpin selain mereka sebagai tidak sah dan bahkan musyrik.

Kritik terhadap Sistem Sosial dan Politik Modern 

Mereka menentang penerapan hukum modern dan sistem pemerintahan yang mereka anggap tidak sesuai dengan syariat Islam.

Dampak Neo-Khawarij terhadap Dunia Islam

Keberadaan kelompok ini sangat meresahkan karena mereka seringkali berujung pada tindakan kekerasan dan terorisme. 

Pengaruh mereka sering kali terlihat dalam kelompok-kelompok ekstremis yang beroperasi di berbagai belahan dunia, termasuk organisasi teroris yang mengklaim dirinya sebagai bagian dari jihad global.

Penting untuk mencatat bahwa meskipun Neo-Khawarij mengklaim bahwa mereka membela Islam, banyak ulama dan pemikir Muslim menentang keras ideologi dan praktik mereka. 

Pendekatan mereka terhadap jihad yang menggunakan kekerasan bukan hanya bertentangan dengan ajaran Islam yang moderat, tetapi juga mengancam stabilitas sosial dan politik di negara-negara mayoritas Muslim.

Sekte Islam Kontemporer Lainnya: Mengapa Mereka Menjadi Sorotan?

Selain Neo-Khawarij, ada banyak sekte-sekte lain dalam Islam yang mengklaim pemahaman mereka sebagai pemahaman yang benar tentang ajaran Islam. 

Beberapa di antaranya muncul sebagai reaksi terhadap modernitas, sementara yang lainnya dipengaruhi oleh perubahan sosial, politik, dan ekonomi. 

Berikut adalah beberapa contoh sekte yang saat ini menjadi sorotan di dunia Islam:

Islam Liberal: Mencari Penyesuaian dengan Zaman Modern

Islam liberal adalah aliran yang mengusung gagasan untuk mereformasi interpretasi tradisional Islam agar lebih relevan dengan nilai-nilai modern, seperti kebebasan beragama, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. 

Beberapa tokoh terkemuka dalam Islam liberal berpendapat bahwa ajaran Islam harus diinterpretasikan secara kontekstual, menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dan tidak harus dilihat secara harfiah.

Kontroversi: Banyak kalangan konservatif menentang pandangan ini karena mereka menganggap bahwa interpretasi Islam liberal bertentangan dengan ajaran dasar Islam yang telah disepakati. 

Mereka juga menilai bahwa pandangan liberal dapat membuka jalan bagi pemikiran yang lebih sekuler.

Islam Sekuler: Islam Tanpa Pengaruh Agama dalam Negara

Islam sekuler adalah gagasan bahwa negara dan agama harus dipisahkan. 

Aliran ini muncul sebagai kritik terhadap penerapan syariat Islam yang dianggap menghambat kemajuan negara-negara Muslim modern. 

Pendukung Islam sekuler berargumen bahwa Islam seharusnya dipraktikkan dalam kehidupan pribadi, namun negara tidak seharusnya diatur oleh hukum-hukum agama.

Kontroversi: Paham ini mendapat banyak kritik karena dianggap sebagai upaya untuk menghapuskan peran Islam dalam kehidupan sosial dan politik. 

Kelompok Islam konservatif menilai bahwa Islam seharusnya memandu seluruh aspek kehidupan, termasuk politik dan pemerintahan.

Salafi Jihadi: Radikalisasi Islam dalam Nama Jihad

Salafi Jihadi adalah aliran Islam yang berfokus pada kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang diyakini murni, seperti yang dilakukan oleh generasi pertama umat Islam. 

Mereka percaya bahwa jihad adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang Muslim dan bahwa kekerasan terhadap musuh-musuh Islam adalah hal yang sah. 

Salafi Jihadi berusaha mendirikan negara Islam berdasarkan interpretasi mereka terhadap ajaran Al-Qur’an dan Hadis.

Kontroversi: Meskipun sebagian besar orang Islam menolak interpretasi mereka, kelompok ini telah mendapatkan perhatian internasional karena keterlibatannya dalam berbagai aksi terorisme dan kekerasan.

Kesimpulan: Tantangan terhadap Islam Kontemporer

Islam terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Meskipun ada banyak aliran yang muncul, penting untuk tetap menjaga pemahaman yang moderat dan seimbang dalam menjalani kehidupan beragama. 

Toleransi, dialog antaragama, dan penghormatan terhadap perbedaan adalah kunci untuk menjaga kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat Islam yang multikultural dan beragam.

Pemahaman terhadap aliran-aliran modern seperti Neo-Khawarij, Islam liberal, atau bahkan Islam sekuler sangat penting untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang tantangan yang dihadapi dunia Islam saat ini. 

Namun, umat Islam perlu kembali kepada ajaran yang mengutamakan prinsip kasih sayang, persatuan, dan perdamaian sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.


Referensi:

Abou El Fadl, K. (2005). The Great Theft: Wrestling Islam from the Extremists. HarperSanFrancisco.

Sacks, J. (2002). The Dignity of Difference: How to Avoid the Clash of Civilizations. Continuum.

Hitchens, C. (2007). God Is Not Great: How Religion Poisons Everything. Twelve.

Muhammad, S. (2020). Islam and Modernity: Exploring the Intersection of Faith and Progress. Oxford University Press.




Posting Komentar

Posting Komentar