aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Menyelami Cinta: Antara Harapan, Kekecewaan, dan Jalan Menuju-Nya

Ilustrasi hati berwarna merah muda berbentuk pita melengkung di latar gradasi ungu dan pink, melambangkan cinta, harapan, dan emosi yang mendalam.

Oleh: Tgk. Wandi Ajiruddin

K ebanyakan umat manusia pernah, akan, atau sedang bergumul dengan cinta. 

Bahkan banyak dari mereka terburu-buru untuk menjalaninya, mengalaminya, dan menikmati bayangannya. 

Banyak dari kita telah hidup dalam situasi serupa, memikul beban besar dalam masalah cinta, memprediksi tanda-tanda tentang hal itu, dan menggantungkan harapan-harapan kita pada sesuatu yang tak pasti.

Apa artinya cinta?

Sederhananya, Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa formula cinta adalah ketika Anda menemukan seseorang atau sesuatu dan merasa nyaman dan damai, maka Anda telah berhasil mencintai.

Sejak kita merasakan cinta, kita mencari penjelasan dan pembenaran atas tindakan kita, dan pikiran lah yang mempelajari dan mengevaluasinya. 

Pada akhirnya menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Simak juga sikap terbaik saat harapan tidak terwujud

Kekecewaan pun menghampiri dan menjadikan itu sebuah beban. 

Mental terjatuh, semangat memudar, dan tidak percaya lagi yang namanya cinta.

Namun, cinta meskipun sering kali mematahkan, juga menjadi sumber kekuatan. 

Ada luka yang menyadarkan. Ada kehilangan yang menumbuhkan. 

Dalam cinta yang mengecewakan pun, kita tetap belajar. Belajar bahwa tidak semua hal dapat dimiliki, dan tidak semua rasa harus dibalas.

Baca juga: belajar cinta sejati dari kisah Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Tapi, perlu kita ketahui bahwa kekecewaan yang timbul dari cinta hanya terjadi bagi mereka yang terlalu awal mencampuradukkannya dengan ekspektasi-ekspektasi masa depan, hayalan-hayalan indah, dan masa depan yang cerah. 

Padahal cinta hanya sebuah kata ganti dari sebuah suka yang diaduk dengan kasih sayang. 

Takdirlah yang menentukan hayalan-hayalan indah itu menjadi nyata.

Cinta tidak ada apa-apanya di hadapan takdir. Apakah takdir bisa berubah? 

Bahkan harapan yang bercampur cinta akan menghasilkan kekecewaan yang amat besar, serta menghancurkan, karena hal itu sudah jatuh dalam perkara besar.

Kata guruku, semakin tinggi harapan maka semakin dalam lubang kekecewaan. 

Tapi apalah daya manusia yang menuruti nafsunya dengan iming-iming cinta. 

Pasti hal itu mudah sekali terjadi: jatuh dalam kekecewaan, merana, dan depresi dengan mengkambinghitamkan kata cinta.

Padahal cinta merupakan kasih sayang nan suci. Cinta karena nafsu bukanlah cinta, tapi itu nafsu semata. 

Nafsu menuntut untuk dipenuhi, sedang cinta sejati memberi tanpa pamrih. 

Nafsu berakar dari keinginan, sedang cinta sejati tumbuh dari keikhlasan. Simak juga kenapa nafsu identik dengan keburukan? 

Cinta bukan musuh, namun cermin. Ia menunjukkan siapa kita dan bagaimana cara kita memperlakukan rasa. 

Jika yang timbul adalah luka, barangkali bukan cinta yang salah, tapi cara kita mencintai yang keliru.

Semangat kawan-kawan. Bangkit dan perbaiki sakitmu dengan akhlak dan takwa yang elok kepada Yang Maha Mahabbah, Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.

Bangkitlah, wahai jiwa yang pernah tersungkur karena cinta. 

Jangan kau matikan harapan hanya karena satu luka. Raihlah syahid karena cinta dengan syarat ini

Jangan kau kubur rasa hanya karena pernah salah tempat. 

Karena di atas segalanya, cinta sejati akan menuntunmu kembali kepada-Nya Sumber segala kasih, Pemilik segala rasa.

Tabik..


Posting Komentar

Posting Komentar