aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Aliran Murji’ah: Sejarah, Ajaran, dan Kontroversi Pemikirannya dalam Islam

Simbol dua arah bertolak belakang menggambarkan kontroversi pemikiran Murji’ah: apakah iman cukup tanpa amal?

A liran Murji’ah merupakan salah satu sekte pemikiran Islam yang muncul pada masa awal perpecahan umat Islam pasca wafatnya Rasulullah saw. 

Dikenal sebagai kelompok yang menunda penilaian terhadap pelaku dosa besar, Murji’ah memainkan peran penting dalam dinamika pemikiran akidah Islam klasik. 

Artikel ini mengulas secara lengkap tentang sejarah aliran Murji’ah, pokok ajarannya, tokoh-tokoh penting, serta kontroversi yang menyelimutinya, agar bisa menjadi sumber rujukan yang kaya dan mendalam.

Apa Itu Aliran Murji’ah?

Secara etimologis, kata Murji’ah berasal dari kata kerja Arab arja’a–yurji’u yang berarti “menunda” atau “menangguhkan”. 

Nama ini merujuk pada sikap teologis mereka yang menunda penghakiman atas pelaku dosa besar kepada Allah SWT, tidak seperti kelompok Khawarij yang langsung mengkafirkan pelakunya.

Definisi Aliran Murji’ah

Murji’ah adalah kelompok yang memisahkan antara iman dan amal, serta tidak menganggap pelaku dosa besar sebagai kafir selama masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sejarah Kemunculan Aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah muncul pada akhir masa Khulafaur Rasyidin, sebagai respons terhadap ekstremisme Khawarij yang mudah mengkafirkan sesama Muslim hanya karena melakukan dosa besar. 

Dalam situasi konflik politik dan teologis yang memanas setelah Perang Jamal dan Perang Shiffin, Murji’ah memilih jalur netral dan inklusif.

Tonggak Sejarah Penting

Abad ke-7 M: Muncul sebagai kelompok moderat di tengah konflik antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.

Abad ke-8 M: Murji’ah mulai berkembang luas dan memiliki beberapa tokoh pemikir, meskipun tidak seterkenal sekte lainnya.

Abad ke-9 M: Pengaruhnya mulai memudar, namun sebagian gagasannya tetap hidup dalam pemikiran Sunni moderat.

Ajaran dan Doktrin Utama Murji’ah

Iman adalah Keyakinan di Hati

Murji’ah berpendapat bahwa iman adalah pengakuan dalam hati dan lisan, tidak bergantung pada amal. 

Artinya, selama seseorang masih percaya kepada Allah dan Rasul, maka ia tetap dianggap mukmin, meski melakukan dosa besar. Simak juga 15 macam dosa besar dan efeknya bagi pelaku

“Iman tidak berkurang karena maksiat dan tidak bertambah karena ketaatan.”

Amal Bukan Bagian dari Iman

Berlawanan dengan Khawarij dan sebagian Mu’tazilah, Murji’ah memisahkan antara iman dan amal. 

Bagi mereka, amal hanyalah pelengkap, bukan inti dari keimanan.

Tidak Mengkafirkan Pelaku Dosa Besar

Inilah prinsip utama mereka. Seorang Muslim yang melakukan dosa besar tetap dianggap mukmin, dan urusan penghakiman sepenuhnya diserahkan kepada Allah di akhirat.

Menyerukan Toleransi dan Kehati-hatian dalam Mengkafirkan

Murji’ah dikenal sebagai kelompok yang sangat hati-hati dalam mengeluarkan vonis kafir, karena menganggap itu adalah hak mutlak Allah SWT.

Tokoh-Tokoh Penting Murji’ah

Beberapa pemikir Murji’ah yang tercatat dalam sejarah antara lain:

Ghazalan: Tokoh awal yang menyusun argumen Murji’ah secara sistematis.

Hamad bin Abi Sulaiman: Guru dari Imam Abu Hanifah, dianggap memiliki pengaruh Murji’ah dalam pemikiran fikih awal.

Yunus bin ‘Ubaid: Salah satu murid Hasan al-Bashri yang berpandangan moderat dan cenderung pada pemikiran Murji’ah.

Perbedaan Murji’ah dengan Aliran Lain

Dampak Pemikiran Murji’ah dalam Dunia Islam

Meskipun dianggap menyimpang oleh sebagian ulama, beberapa pemikiran Murji’ah tetap memberi pengaruh positif, antara lain:

Moderasi dalam Mengkafirkan

Mereka menjadi pelopor sikap tawaqquf (berhati-hati) dalam menyebut seseorang kafir. 

Penekanan pada Rahmat Allah

Murji’ah menekankan bahwa pengampunan Allah lebih luas dari pada murka-Nya. 

Ini membuka ruang harapan bagi pendosa untuk bertobat tanpa merasa dikucilkan.

Landasan bagi Toleransi Sosial

Konsep tidak menghakimi secara sembrono mendukung terbentuknya masyarakat Muslim yang lebih inklusif dan tidak cepat menghukumi.

Kritik Terhadap Murji’ah

Murji’ah juga mendapat kritik tajam, terutama dari kalangan Sunni ortodoks dan ulama salaf. 

Beberapa kritik yang dilontarkan:

Melonggarkan moralitas

Karena amal tidak dianggap bagian dari iman, dikhawatirkan orang akan meremehkan dosa.

Potensi antinomianisme

Beberapa ekstremis Murji’ah menganggap iman cukup tanpa perlu amal, bahkan membolehkan maksiat. Simak juga: terjerumus maksiat, pilihan atau takdir? 

Mendukung penguasa zalim

Dalam sejarah, Murji’ah sering digunakan oleh penguasa untuk meredam pemberontakan dengan dalih “kita serahkan urusan mereka pada Allah.”

Apakah Murji’ah Masih Ada Hari Ini?

Secara organisasi, aliran Murji’ah klasik telah punah. Namun, beberapa pemikiran Murji’ah masih hidup dalam bentuk moderasi Sunni kontemporer, seperti:

  • Penekanan pada pentingnya tidak mudah mengkafirkan.
  • Penerimaan terhadap pelaku dosa selama masih ada iman.
  • Menyerukan tobat dan kasih sayang Allah lebih besar dari murka-Nya.

Namun, tetap penting membedakan antara Murji’ah ekstrem (yang meremehkan amal) dengan Murji’ah moderat yang hanya menekankan kasih sayang dan toleransi.

Kesimpulan

Aliran Murji’ah lahir sebagai reaksi terhadap kekerasan teologis Khawarij, menawarkan pendekatan yang lebih lembut dan toleran dalam menilai sesama Muslim. 

Mereka berkeyakinan bahwa iman adalah urusan hati, dan penghakiman akhir adalah hak prerogatif Allah SWT.

Meskipun banyak dikritik karena dianggap melemahkan semangat amal, ajaran Murji’ah tetap menyumbangkan nilai penting dalam wacana Islam, yaitu sikap hati-hati dalam mengkafirkan dan membuka pintu tobat selebar-lebarnya.

Di tengah polarisasi umat saat ini, semangat moderasi dan rahmat yang ditawarkan Murji’ah bisa menjadi inspirasi untuk menciptakan masyarakat Islam yang lebih inklusif, damai, dan saling menghargai.


(Disarikan dari beberapa sumber dan ditulis ulang berdasarkan pemahaman penulis) 

Posting Komentar

Posting Komentar