aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Sering Hopeless? Mungkin Anda Mengabaikan Dua Hal Ini

Sering Hopeless? Mungkin Anda Mengabaikan Dua Hal Ini

Oleh: Tgk. Muhammad Alfarizi 

Harapan adalah hal yang tak pernah bisa lekang dari diri manusia. Karena itu adalah fitrah. Namun, ada fase kehidupan yang mana seseorang akan merasa hopelees (putus asa), hilang tujuan, dan merasa tidak berguna. Ada yang berujung ke kegilaan, bunuh diri, dan untung masih bisa hidup terkatung-katung.

Banyak sekali hal-hal yang sepele yang membuat kita terbuai dan mengabaikannya. Namun, hal tersebut baru kita menyadarinya ketika ditimpa suatu hal yang jauh dari ekspektasi. Di saat itulah otak akan dipaksa untuk bekerja keras memikirkan solusi dan menenangkan jiwa.

Hopeless dan Mengapa Itu Bisa Terjadi?

Kehilangan harapan dan putus asa itulah yang dimaksud dengan hopeless. Mengapa itu bisa terjadi? Dan, jawabannya sungguh sederhana sekali... Baca Juga: berhati-hatilah dengan iparmu seperti menghindari kematian!

Sebenarnya banyak hal yang memberi pengaruh terhadap mencuatnya hopeless dari seseorang di antaranya karena harapanmu bukan pada Allah SWT semata.  Di samping itu bisa jadi karena kau memagari kebahagiaan dengan hal-hal yang sebenarnya sulit untuk kau capai. Alias tidak realistis.

Dua Faktor Penyebab Terjadinya Hopeless

Mari kita bahas satu persatu. Let's!

Pertama: Berharap Bukan Pada Allah

berharap bukan pada Allah adalah suatu bencana yang dapat merusak mental kedepannya. Sehingga banyak yang hopeless. Mengapa demikian? Karena fungsi Agama dan Allah selaku Tuhan yang empunya-nya sekalian, sebagai tolok ukur segala hal juga sebagai tempat berpulang paling mengerti.

Para saintis pun beranggapan demikian, "sekurang-kurangnya Agama adalah mencegah depresi dan hilang meaning of life bagi seseorang. Jika kita berharap pada Tuhan, apa pun yang terjadi pasti kita akan beranggapan bahwa semuanya memiliki hikmah tersendiri, sehingga pertanyaan yang memang tidak memiliki jawaban tersebut terjawab dengan tidak adanya jawaban.

Hikmah di balik sesuatu perkara bukanlah jawaban, namun itu memutuskan rantai prasangka buruk pada hati dan membuat hati lebih lega. Padahal Allah SWT pun telah tegaskan dalam Al-Qur'an:

وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Artinya: “Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.” (Q.S Al-Insyirah: 8)

Mengapa demikian? Karena Allah tau kita akan berharap pada selain-Nya. Maka Allah tegaskan bahwa berharap itu hanya padaku, lantas kau akan merasa tenang dan nyaman. Baca Juga: Kisah Ibnu Hajar menimba emas dari sumur zam-zam

Dalam gramatikal Arab, bentuk kata yang ada pada ayat tersebut menunjukkan pengkhususan bahwa yang berhak dijadikan tempat mengikat harap adalah hanya Allah semata. Itu semua karena alasan yang telah diutarakan di atas.

Karena jika kita tidak murni mengikat harapan hanya pada Allah, sungguh hal-hal yang terjadi di kehidupan akan kehilangan makna dan hikmahnya.

Kedua: Memagari Kebahagiaan Dengan Hal yang Tidak Realistis

Memagari kebahagiaan dengan hal yang tidak realistis adalah sebuah bencana, disadari ataupun tidak, tapi faktanya memang begitu. Kebahagiaan sebenarnya adalah sebuah makna yang sungguh sederhana, namun sarat dengan kandungan nilai yang tinggi. Kebahagiaan adalah persepsi kita, ia dibentuk, bukan dicari. 

Jika kita hanya menaruh bahagia hanya pada segelas kopi dan roti di setiap pagi misalnya, maka sungguh itu sangat membahagiakan ketimbang mengidamkan mobil mewah yang sebenarnya belum tentu bisa kita miliki. 

Happiness always from yourself, bukan dari eksternal di luar kita. Baca Juga: Misteri umur 40 tahun yang jarang diketahui

Kebahagiaan yang sederhana, dan tali ikat harapan yang terikat pada Allah SWT adalah pangkal kita untuk bisa mencegah hopeless dalam hidup. Dua hal yang tampak sederhana, namun, lagi-lagi kita terpeleset di atasnya.

Sekian, berharaplah pada Tuhan, dan bahagia sejak dalam pikiran!

Posting Komentar

Posting Komentar