![]() |
Meluruskan Pemahaman Terhadap Peristiwa Pembelahan Dada Nabi |
Rasulullah merupakan manusia yang paling sempurna di antara seluruh makhluk yang Allah ciptakan di atas permukaan bumi ini. Kehadiran Rasulullah menjadi rahmat bagi semesta alam. Tentunya kehadiran sosok yang mulia ini banyak terjadi hal-hal di luar nalar manusia sebagai bukti kenabiannya.
Sebagian dari tanda-tanda kenabian nabi Muhammad SAW adalah peristiwa pembelahan dan pembedahan dada Nabi Rasulullah SAW oleh malaikat Jibril.
Kenapa Ini Penting Untuk Dibahas?
Hal ini penting untuk dibahas dan diluruskan pemahaman karena ada sebagian orang yang mencoba untuk menyusupi perkara-perkara berbau syubhat yang mampu menggoyahkan keimanan seseorang.
Ada sebagian orang yang mengklaim bahwa peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW tersebut bukan dipahami secara hakiki tetapi ditakwil.
Sekelompok orang lain ada yang menafsirkan bahwa yang diambil dari dada Rasulullah SAW adalah kelenjar kejahatan sehingga setiap orang yang dibedah dan diambil kelenjar tersebut juga bebas dari dosa.
Lantas bagaimana maksud sebenarnya dari peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW? Sebelumnya kita menjelaskan sedikit terhadap tanda-tanda kenabian.
Sebagian dari Tanda-Tanda Kenabian
Di antara tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad SAW adalah
1. Pembelahan Dada Mulia Nabi Muhammad SAW
Pembelahan dada Rasulullah SAW terjadi empat kali seumur hidup beliau yaitu;
• Pembedahan dada pertama sekali terjadi saat beliau masih usia belia dalam asuhan Halimah. Yakni usia beliau ketika itu empat tahun menurut pendapat yang shahih.
• Adapun kali kedua, dada mulia baginda Nabi Muhammad SAW dibelah saat beliau berumur sepuluh tahun. Ini sebagaimana yang tercantum dalam hadis riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim.
• Kali ketiga, dada mulia beliau SAW dibedah ketika malaikat Jibril menemuinya dengan mebawa wahyu saat beliau diangkat menjadi Nabi. Demikian yang tertera dalam hadis riwayat Abu Dawud yang tertera dalam kitab Syarhu al-Mawahib.
• Pembelahan dada beliau yang terakhir terjadi sewaktu sebelum melakukan Isra’ dan Mi’raj. Keterangan ini sebagaimana yang tertera dalam kitab hadis Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim.
2. Stempel Kenabian
Di antara tanda-tanda kenabian adalah adanya Khatam Nubuwwah atau stempel kenabian. Namun, dalam hal bentuk stempel itu banyak terjadi silang pendapat ulama. Pendapat yang masyhur mengatakan bahwa khatam itu mirip telur burung merpati.
Bentuk khatam tersebut berupa sepotong daging yang menonjol di punggung beliau pada bagian lebar pundak kiri. Ajaibnya Khatam Nubuwwah ini memancarkan cahaya, diliputi kewibawaan dan wangi yang semerbak.
3. Mimpi Yang Selalu Menjadi Kenyataan
Mimpi termasuk salah satu tanda kenabian beliau SAW. Rasulullah tidaklah beliau bermimpi kecuali mimpi itu datang seperti fajar shubuh yang menyingsing, artinya benar-benar terjadi.
4. Beliau melihat cahaya dan sinar serta mendengar suaranya
5. Batu-batu dan pohon-pohon memberi salam kepada beliau
6. Mendung menaungi beliau SAW
7. Dan lain-lainnya.
Demikianlah di atas sebagian dari tanda-tanda kenabian yang ada pada diri Rasulullah SAW. Baca juga Serigala bisa berbicara pada masa Rasulullah
Baiklah sekarang kita masuk dalam permasalahan inti yaitu memahami makna yang benar terhadap peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW.
Pemahaman Yang Benar Terhadap Peristiwa Pembelahan Dada Nabi
Peristiwa pembelahan dada mulia yang dialami oleh Rasulullah SAW merupakan isyarat pemilihan Allah kepadanya untuk suatu perkara yang besar dan mulia.
Mengenai peristiwa ini telah banyak diriwayatkan dari para sahabat dengan status hadis yang shahih.
Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dalam suatu riwayatnya yang dikeluarkan oleh Imam Muslim: bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh malaikat Jibril ketika beliau sedang bermain-main dengan anak-anak yang sebayanya.
Kemudian malaikat Jibril mengambilnya dan menelentangkannya. Lalu malaikat Jibril membelah dadanya dan mengeluarkannya. Kemudian malaikat Jibril mengeluarkan suatu gumpalan darinya seraya malaikat Jibril berkata: “ini adalah bagian setan yang ada padamu”.
Kemudian malaikat Jibril mencuci dengan bejana dari emas dan air zamzam lalu mengembalikannya ke tempat semula. Melihat peristiwa ini, anak-anak yang sedang bermain dengannya lari menuju ibu susunya seraya berseru, Muhammad telah dibunuh. Maka mereka mendatanginya dengan penuh cemas.
Tujuan Pembelahan Dada Rasulullah
Tujuan dari peristiwa ini Wallahu A’lam bukan untuk mencabut kelenjar kejahatan yang berada dalam jasad Rasulullah SAW.
Sebab jika seandainya kejahatan itu bersumber dari kelenjar atau gumpalan tersebut maka orang jahat pun bisa menjadi baik apabila dibedah dan diambil bagian tersebut.
Tetapi tujuan dari peristiwa tersebut adalah bentuk pengumuman terhadap suatu perkara besar yang akan diemban oleh Rasulullah SAW. Yaitu sebagi bentuk persiapan untuk mendapatkan pemeliharan dari terjerumus dalam dosa atau ‘ishmah.
Di samping itu juga sebagai bentuk wahyu melalui sarana-sarana yang sifatnya material. Ini juga agar manusia lebih mudah menerima risalah Rasulullah SAW.
Dengan demikian peristiwa tersebut bisa dikatakan sebuah operasi pembersihan spiritual tetapi melalui proses fisik yaitu pembelahan dada sebagai sebuah sinyal kenabian bagi Nabi Muhammad SAW.
Perlu kita ketahui dan tanamkan dalam hati bahwa semua hadis yang menerangkan tentang pembelahan dada beliau serta dikeluarkannya jantung hati beliau merupakan satu dari sekian hal yang wajib kita terima dan imani.
Jangan sampai kita berani mencoba untuk mengalihkan dari hakikatnya. Karena hal ini berkaitan dengan kelayakan qudrah Allah SWT. Tentu tidak ada kemustahilan pada hak qudrah Allah SWT.
Kesimpulan
Oleh karena demikian, kita harus mengetahui bahwa kriteria penerimaan suatu hadis adalah kebenaran dan riwayatnya yang shahih.
Apabila statusnya sudah terbukti shahih maka tidak ada pilihan lain selain menerima riwayat tersebut dengan jelas tanpa ada mengalihkan makna kepada yang lain.
Karena asal dari pada kalam adalah menunjuki kepada hakikat. Seandainya boleh setiap orang mengalihkan perkataan tersebut dari hakikatnya, maka setiap orang akan memilih makna sesuai dengan keinginannya dan seenaknya.
Maka dari itu, sikap kita dalam memahami peristiwa pembelahan dada mulia baginda Nabi Muhammad SAW adalah menerima dan meyakini kebenarannya sebagaimana yang hakikat terjadi tanpa mentakwilkan kepada makna-makna yang lain.
Itu semua adalah kehendak dan qudrah Allah SWT sebagi bentuk sinyal kenabian kepada Nabi Muhammad SAW.
Wallahu ‘alam bisshawab
Referensi
• Tarikhul Hawadis Wa Al-Ahwal Al-Nabawiyyah Karangan Syeikh Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
• Fiqhu Sirah Nabawiyyah Karangan Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy
Posting Komentar