aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Hikmah Di Balik Pandemi Corona

Hikmah Di Balik Pandemi Corona

Saat ini kita masih digemparkan oleh virus yang bergentayangan menjelajahi seluruh dunia yang bersumber dari negeri tirai bambu. 

Virus yang berukuran sangat kecil ini mampu membuat manusia kocar-kacir dan porak-poranda dalam segala situasi dan kondisi tanpa pandang bulu. 

Berbagai inisiatif muncul dan diaplikasikan demi wabah ini dapat segera minggat di atas permukaan bumi. 

Meskipun kenyataannya para ahli medis kewalahan menghadapi covid-19 ini dengan teori dan praktik mereka, tetapi tetap berusaha dan memberikan pelayanan terbaik kepada siapa saja.

Pemerintah dan aparat keamanan  mencoba berpartisipasi dan bertanggung jawab  dalam meredamkan penularan corona sehingga berbagai kebijakan muncul demi keselamatan warga negaranya. 

Di samping itu, ulama juga berusaha dan berijtihad untuk menenangkan masyarakat dengan merujuk literatur Islam dan referensi terlengkap dalam memfatwakan hukum dengan mempertimbangkan keserasian instruksi pemerintah dan kondisi kemasyarakatan.

Ironisnya, bagai pungguk merindukan bulan. Setiap hari kita mendengar berita duka cita menghantui. Saban hari pasien positif corona dan yang  meninggal semakin melonjak. Seolah-olah upaya yang telah dilakukan hanya sia-sia belaka. 

Dan lebih sedihnya, mereka yang telah dinyatakan positif harus melawan penyakit itu sendirian. Tanpa ada yang menghibur dan membesuknya. 

Alhamdulillah akhir-akhir ini mulai terkontrol dan tenang dengan sikon yang ada. Mungkin sudah bisa berdaptasi dengan keadaan seperti ini.

Di tengah puncak kesusahan dan kecemasan virus corona, manusia mulai timbul berbagai asumsi dan persepsi tentang virus ini dengan multitafsir pandangan. 

Berbagai buruk sangka dan energi negatif lainnya muncul spontan di kepala sesuai dengan prinsip dan keyakinan masing-masing, bahkan media pun mengambil alih dan berperan besar dalam menghantui masyarakat.

Dalam perspektif Islam, corona adalah penyakit yang sejenis dengan tha’un. Dalam kitab al-mausu’ah al buraithiyyah, tha’un merupakan sebuah istilah yang dipakaikan kepada jenis penyakit apa saja yang dapat menyebar secara luas dan menyebabkan kematian secara berkelompok. 

Menurut Ibnu Arabi dalam syarah at-Tirmizi, alasan penamaan dengan tha’un karena besar musibahnya dan dapat menyebabkan kematian yang cepat. 

Berdasarkan ini maka masuklah seluruh penyakit yang serupa dengan tha’un yaitu seperti corona.

Kalau kita mengkaji literatur Islam tentang wabah tha’un, sudah ada semenjak kekhalifahan Saidina Umar Bin Khattab yang melanda negeri Syam. 

Menariknya, Syeikh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani terinspirasi dalam dukanya untuk menyumbang sebuah hadiah tulisan sebagai pelipur lara atas kehilangan buah hatinya karena wabah tha’un yang dipersembahkan untuk umat yang berjudul Bazlu Al-Ma’un Fi Fadhli Al-Tha’un.

Di dalam kitab tersebut beliau memberi jawaban terhadap keresahan dan kecemasan umat dalam menghadapi wabah seperti covid-19. Beliau menukilkan Hadis dalam musnad Imam Ahmad. 

Diriwayatkan daripada Aisyah RA bahwasanya Aisyah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang tha’un

Maka beliau memberitahu aku bahwa tha’un merupakan azab yang diturunkan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah dan menjadikannya rahmat bagi orang-orang mukmin. 

Maka tidaklah seseorang yang terinfeksi tha’un mengisolasikan diri di rumahnya dengan sabar dan meyakini bahwasanya tidak akan menimpa sesuatu di atasnya kecuali sudah menjadi ketetapan dari Allah, maka baginya mendapatkan balasan  seperti pahala orang mati syahid.

Memahami kondisi pandemi covid-19 menurut kacamata agama merupakan rahmat bagi orang-orang mukmin. Di balik wabah ini banyak hikmah yang tersirat, baik itu dilihat dari sisi agama maupun dari seluruh lini kehidupan masyarakat. 

Tetapi kalau kita melihat dengan pandangan dan tatapan kosong tanpa didasari oleh peka sosial dan lingkungan, maka corona ini merupakan sebuah bencana dan musibah besar yang melanda umat saat ini alias laknat.

Di antara hal positif yang timbul di balik corona ini adalah sebagai ujian dan teguran dari Allah SWT. Dari sekian banyak cara untuk mengingatkan dan membuat mereka kembali kepada Allah adalah ditimpakan musibah yang rendah (as-sajdah 32:21). 

Manusia disadarkan kembali dengan sifat kesombongan dan egois dengan harta yang akhirnya harus mendekam di dalam rumah tanpa bisa kemana-mana. 

Apakah harta digunakan untuk sarana ibadah di tempat yang megah ataupun menghamburkannya ke berbagai tempat wisata. 

Di sini Allah ingin melihat dan menguji apakah kita beribadah karena tempat ataupun dilatarbelakangi oleh penghambaan yang tulus tanpa didasari oleh embel-embel pamer dan riya’.

Di samping itu, corona juga mengajarkan hal yang remeh dan sepele dalam anggapan manusia yaitu bagaimana untuk hidup bersih dan menjaga kebersihan. 

Dalam ranah sosial kita dididik bagaimana bersikap dengan keluarga dan peduli sosial. 

Keintiman dalam kekeluargaan baru dirasakan di saat wabah ini terjangkit. Karena dalam sikon seperti ini, semua orang bersikukuh untuk menghadapi semua ini bersama keluarga meski harus menyalahi aturan dan kebijakan yang ada.

Di tengah kegentingan wabah covid-19 ini, kita diuji sekaligus ditantang untuk melihat ranah kerahmatan yang dimiliki oleh umat Islam. 

Paradigma Islam yang menjadi rahmat bagi sekalian alam harus dibuktikan secara ril. 

Karena ketulusan dan kejernihan dalam menjalankan visi dan misi ibadah adalah di saat berada pada konflik yang klimaks. Apakah manusia bisa peduli dan peka terhadap orang lain atau malah menari di atas penderitaannya.

Dengan menyadari konsep ini, maka kita dapat memahami bahwa dengan musibah ini merupakan metode dan langkah awal  untuk merajut kembali dan meng-update hubungan kekeluargaan sesama muslim. 

Inilah puncak rahmat yang harus kita bina dan bangun di tengah wabah covid-19 ini, bukan paradigma negatif terhadap saudara kita sesama muslim. 

Maka sebesar apapun musibah akan terasa ringan apabila dihadapi dengan penuh rasa kekeluargaan. 

Wallahu a’lam bisshawab..

 

 

 

 

Posting Komentar

Posting Komentar