![]() |
Mengenali Peran Primer Orang Tua Terhadap Anak |
Orang tua adalah pondasi dasar pembentukan jiwa yang kokoh dalam diri seorang anak.
Merekalah yang meracik resep kematangan kehidupan anak-anak.
Mungkin hal ini belum disadari seutuhnya
sebelum pandemi covid ini melanda bangsa kita.
Karena berfikir bahwa, wadah penampungan rehabilitasi moral dan etika banyak yang terbuka dan gratis.
Dengan menempatkan mereka pada tempat tersebut,
orang tua dengan leluasa dapat memikirkan target tunjangan dan karir sehingga
kualitas kehidupan pun semakin meningkat dan menjanjikan.
Hal yang terlihat remeh dan acuh tak acuh tersebut, menjadi kenyataan ketika wabah menyelimuti negeri ini yang mampu memberi dampak signifikan terhadap mobilitas masyarakat.
Tempat yang diandalkan dulunya tidak lagi
berfungsi secara maksimal bahkan dalam jangka waktu yang panjang tanpa
mengetahui penghujungnya.
Kondisi yang sulit ini membuat orang tua terdesak dan kalang-kabut dalam mengontrol anaknya.
Mereka baru melihat bagaimana tingkah asli anaknya selama
ini yang merupakan hasil daripada pembentukan mental dan moral oleh lingkungan
di mana keseharian mereka tinggal dan beraktivitas.
Dalam buku Muqaddimah karya fenomenal Ibnu Khaldun, beliau
menjelaskan tentang gambaran pendidikan. Beliau menyatakan:
“Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh
zamannya. Maksudnya, barangsiapa yang tidak memperoleh tata krama yang
dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka mencakup para
guru-guru dan sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya
dengan bantuan alam dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman.
Zaman akan mengajarkannya.”
Baca Juga: Tidak Mau Mengambil Warisan Waraskah?
Lantas, apa fungsinya orang tua yang mengejar pendidikan tinggi hanya untuk meningkatkan kualitas karir dan mengabaikan pendidikan anaknya.
Apakah mereka lupa bahwa seorang anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik.
Apakah mereka
mengabaikan perannya sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya.
Bukankah orang tua mempunyai tanggung jawab besar terhadap hak anak, baik itu hak finansial, pendidikan maupun mentalitas.
Intinya, orang tua tidak bisa mengabaikan perannya sebagai orang tua meskipun orang tua level gadungan.
Peran Primer Orang Tua
Ada beberapa peran primer atau utama yang harus disadari oleh orang tua
untuk mengenal siapa dirinya sebenarnya dihadapan seorang anak;
1. Seorang ibu harus menjadi perpustakaan terbaik bagi anaknya
![]() |
Mendidik Anak |
Bahkan, inilah yang mendominasi pemikirannya dan menjadi masalah terbesar bangsa ini.
Dokrin pemikiran tersebut tersebar karena kurang memahami agama Islam secara utuh.
Karena dalam perspektif Islam, membatasi wanita bergerak di ranah luar disebabkan banyak kemudharatan yang akan dihadapinya.
Di balik itu, mereka memiliki peran besar dalam mendidik anak-anak dan mengurus suami.
Artinya, mereka bertanggung jawab terhadap moral dan pendidikan anaknya sebagai generasi penerus di masa yang akan datang.
Di samping seorang ayah bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kehidupan keluarga tersebut.
Ketika mereka sadar bahwa di masa depan akan menjadi seorang ibu, maka pasti akan mempersiapkan diri menjadi perpustakaan bagi anaknya.
Mereka pasti akan bertanya tentang berbagai macam hal di dunia ini yang belum diketahuinya. Dan seorang ibu yang cerdas akan memberikan jawaban yang terbaik.
Ketika mereka semakin tumbuh dan dewasa, ibu mana yang ingin memberikan jawaban-jawaban bodoh kepada anaknya.
Apapun latar belakang seorang ibu mereka hanya tau ibunya yang cerdas, hebat dan berwawasan luas.
Maka dari itu janganlah mengaburkan itu semua dengan kebodohan yang tidak terorganisir.
Nasehat dan perintahmu akan menjadi petuah yang berguna bagi mereka.
Bagaimana akan memberi kalau seandainya tidak ada dan tahu apa yang akan diberikan.
2. Seorang ayah menjadi teladan dan panutan utama
Ayah memiliki pengaruh yang sangat besar dan penting di dalam rumah tangga.
Ayah dikenal sebagai sosok yang tangguh dan tegas. Tidak banyak berbicara tetapi banyak hasil yang mengesankan.
Meskipun begitu ayah menjadi sosok yang agak berjarak dengan anak-anaknya. Disitulah pembentukan mental utama seorang ayah kepada anaknya.
Dari diamnya mengajarkan bahwa kita tidak boleh cengeng dan mengeluh. Setiap anak harus menjadi manusia tangguh dan konsisten terhadap apa yang menjadi tugasnya.
Hal ini tidak diajari oleh seorang ayah berdasarkan teori tetapi sikapnya yang mentransfer langsung kedalam jiwa anaknya.
Jika mentalitas seorang ayah diragukan oleh anaknya disebabkan interaksi keseharian dan kurang peduli dengan kondisi anaknya, maka ini sangat berbahaya bagi jiwa seorang anak.
Karena superhero yang dikaguminya tersebut tidak bisa memberi contoh teladan yang baik bagi mereka. Baca Juga: Rahasia Terselubung Di Balik Husnudhan
Efeknya mereka akan lebih senang mencari superhero yang lain dan membanding-bandingkan dengan ayahnya.
Artinya, mereka menjatuhkan martabat dan harga diri seorang ayah karena tidak mendapatkan asupan keteladanan yang cukup dari ayahnya.
Di balik kesibukannya dalam mencari nafkah, ayah juga memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pendidikan moral anak.
Kebutuhan finansial sudah menjadi kewajiban utamanya. Bukan berarti kebutuhan yang lainnya boleh diabaikan begitu saja.
Dari seorang ayah harus mampu menjadi teladan bagi anaknya yang ditunjukkan melalui sikap-sikapnya seperti semangat dalam bekerja, tegas, konsisten, komitmen dengan yang benar dan cara interaksi sosial dengan masyarakat.
Maka apabila seorang ayah mengabaikan hal tersebut akan memberi efek besar bagi anak-anaknya.
Mereka tidak akan mempertanyakan setiap tindakan-tindakan ayahnya, tetapi mereka akan meniru dan melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Ketika ayah menegur terhadap sikap anaknya yang menyeleweng maka tidak segan-segan akan mengatakan itu adalah hal yang dilihat dari sosok ayahnya.
Oleh karena itu, dengan mengetahui peran masing-masing orang tua dan tanggung jawab terhadap hak anaknya, maka keluarga pun akan berubah menjadi taman kebahagiaan dan ketenangan.
Namun, ketika orang tua tidak memberi asupan apa-apa terhadap mereka maka jangan salahkan mereka mencari sendiri dan mengabaikan nasehat dari orang tua.
Syukurlah kalau sisi positif lebih mendominasi dibandingkan sisi negatif. Kalau tidak, mereka akan menjadi bumerang dalam kehidupan keluarga bahkan masyarakat.
Siapa yang akan disalahkan dan anak siapa yang akan dipertanyakan?
Wallahu a’lam bish
shawab.
Posting Komentar