aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Biografi Lengkap Sayyidah Saudah binti Zam’ah Istri Kedua Rasulullah yang Penuh Keteladanan

Ummul mukminin Saudah binti Zam'ah sosok istri Rasulullah yang penyayang dan penuh ketulusan mendampingi Rasulullah 

S audah binti Zam’ah radhiyallahu ‘anha adalah salah satu istri Rasulullah saw. yang mendapat kehormatan sebagai Ummul Mukminin. 

Beliau dikenal dengan sifatnya yang penyayang, sabar, serta penuh ketulusan dalam mendampingi Nabi Muhammad saw. 

Kehadirannya dalam rumah tangga Rasulullah membawa ketenangan, terutama setelah wafatnya Sayyidah Khadijah radhiyallahu ‘anha, sehingga ia menjadi penguat hati Nabi di masa-masa sulit. 

Simak juga: Rahasia terbesar di balik pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah 

Kisah hidup Sayyidah Saudah bukan hanya tentang perannya sebagai istri Nabi, tetapi juga teladan bagi kaum Muslimah tentang kesetiaan, ketaatan, dan kerelaan berkorban demi ridha Allah Swt.

Setelah wafatnya Ummul Mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki fase kehidupan yang sangat berat. 

Beliau kehilangan pendamping utama dalam dakwah dan rumah tangga. 

Dalam kesedihan mendalam itu, Allah takdirkan hadir seorang wanita salehah yang dengan penuh keikhlasan mendampingi Nabi, yaitu Saudah binti Zam’ah radhiallahu ‘anha.

Sayyidah Saudah bukanlah wanita muda dengan paras jelita, tetapi beliau adalah sosok penuh keteguhan, kesabaran, dan ketulusan. 

Kehadirannya menjadi penghibur dan penopang bagi Nabi pada masa-masa sulit setelah wafatnya Sayyidah Khadijah. 

Dari perjalanan hidupnya, kita belajar tentang makna cinta, pengorbanan, serta kesetiaan seorang wanita beriman yang menjadi bagian dari rumah tangga kenabian.

Simak juga: Cara membedakan ujian dan azab dalam rumah tangga

Nama, Nasab, dan Latar Belakang

Nama lengkapnya adalah Saudah binti Zam’ah bin Qays bin ‘Abdusy Syams al-Qurasyiyah al-‘Amiriyah. 

Beliau berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat. Ibunya bernama asy-Syamus binti Qays bin ‘Amr. 

Sayyidah Saudah adalah seorang wanita Quraisy yang sejak awal menerima dakwah Islam dan termasuk golongan pertama yang masuk Islam.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Saudah pernah menikah dengan sepupu jauh beliau, yaitu Sukran bin ‘Amr bin ‘Abdusy Syams radhiallahu ‘anhu, yang juga termasuk sahabat Nabi. 

Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Abdullah. 

Bersama suaminya, Saudah pernah hijrah ke Habasyah dalam rombongan hijrah kedua kaum muslimin. 

Namun, sekembalinya ke Makkah, suaminya wafat, meninggalkan Sayyidah Saudah sebagai seorang janda yang hidup dalam keluarga besar yang masih musyrik.

Simak juga: Tanda tanda rezeki tidak berkah dalam rumah tangga

Pernikahan dengan Rasulullah

Setelah wafatnya Sayyidah Khadijah, rumah tangga Nabi terasa sangat sunyi. 

Beliau kehilangan sosok pendukung utama dalam dakwah. 

Dalam masa itu, Khaulah binti Hakim radhiallahu ‘anha, istri sahabat Utsman bin Mazh’un, datang kepada Rasulullah untuk mengusulkan agar beliau menikah kembali.

Khaulah menawarkan dua pilihan: seorang gadis (Aisyah binti Abu Bakar) atau seorang janda (Saudah binti Zam’ah). 

Rasulullah kemudian menerima usulan tersebut, dan akhirnya menikahi keduanya Sayyidah Aisyah sebagai gadis muda, dan Sayyidah Saudah sebagai janda salehah yang matang dalam pengalaman hidup.

Ayah Sayyidah Saudah, Zam’ah bin al-Aswad, awalnya masih dalam kemusyrikan. 

Namun, ketika mendengar lamaran Rasulullah, ia berkata: 

“Muhammad adalah orang yang sekufu dalam kemuliaan. Jika putriku merelakan, maka aku setuju.” 

Maka, terjadilah pernikahan mulia itu, yang membawa keberkahan besar bagi umat Islam.

Simak juga: Menikah bisa melancarkan rezeki, tapi kok sebaliknya?

Kehidupan di Rumah Tangga Nabawi

Pernikahan Rasulullah saw. dengan Sayyidah Saudah sarat makna. 

Pada saat itu, Rasulullah berusia 50 tahun, sementara Sayyidah Saudah sekitar 55 tahun. 

Banyak orang Quraisy yang heran, karena Rasulullah tidak menikahi wanita muda yang cantik setelah ditinggal Sayyidah Khadijah, tetapi justru memilih seorang janda yang telah berusia. 

Hal ini menjadi bukti bahwa pernikahan Rasulullah saw. bukanlah semata karena hawa nafsu, melainkan karena misi sosial, kemanusiaan, dan dakwah.

Sayyidah Saudah dikenal sebagai wanita yang penuh canda dan humor. 

Beliau bisa membuat Rasulullah tersenyum dengan tingkahnya yang sederhana. 

Namun, di balik itu, beliau juga memiliki sifat qana’ah, sabar, dan sangat penyayang terhadap sesama.

Yang paling mulia dari akhlak Sayyidah Saudah adalah kerelaannya menyerahkan jatah malamnya bersama Rasulullah kepada Sayyidah Aisyah radhiallahu ‘anha. 

Simak juga: 5 hikmah dan fakta jarang diketahui tentang pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah 

Hal itu dilakukan semata-mata karena beliau ingin Rasulullah tetap bahagia, tanpa merasa berat membagi waktu di antara istri-istrinya. 

Inilah bukti ketulusan cinta Saudah yang lebih mementingkan kebahagiaan Nabi dari pada dirinya sendiri.

Keutamaan dan Karakter Mulia

Sayyidah Saudah binti Zam’ah dikenal sebagai wanita dermawan.

Sayyidina Umar bin al-Khattab pernah memberikan sejumlah dirham kepadanya. 

Namun, beliau segera membagikan harta itu kepada fakir miskin tanpa menyisakan sedikit pun untuk dirinya.

Sayyidah Aisyah radhiallahu ‘anha pernah berkata tentang Saudah:

“Tiada seorang wanita pun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia, melebihi Saudah binti Zam’ah.”

(HR. Muslim, Kitab ar-Ridha’)

Perkataan ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan Sayyidah Saudah di hati Sayyidah Aisyah, meskipun keduanya sama-sama menjadi istri Rasulullah.

Baca juga: Mengenal lebih dekat dengan istri-istri Rasulullah saw.

Nilai Dakwah dari Pernikahan Saudah

Pernikahan Rasulullah dengan  Sayyidah Saudah memiliki pesan dakwah yang dalam:

1. Menepis tuduhan musuh Islam bahwa pernikahan Nabi semata-mata karena nafsu. 

Jika demikian, tentu beliau akan memilih wanita muda dan cantik, bukan seorang janda berusia.

2. Mengangkat derajat perempuan janda dalam masyarakat. 

Islam mengajarkan bahwa wanita janda tetap mulia dan berhak mendapatkan perlindungan serta kasih sayang.

3. Keteladanan sosial 

Rasulullah menikahi Sayyidah Saudah untuk melindungi dan menolong seorang muslimah yang hidup tanpa penopang, sekaligus menjaga keimanannya dari fitnah kaum musyrik.

Simak juga: Apakah anak zina termasuk yatim?

Wafatnya Ummul Mukminin Saudah

Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah radhiallahu ‘anha wafat pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khattab. 

Ada yang mengatakan beliau wafat sekitar tahun 54 H. 

Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Baqi’ al-Gharqad di Madinah, tempat dimakamkannya banyak sahabat Nabi.

Pelajaran Penting dari Kehidupan Saudah

Dari perjalanan hidup Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah, kita bisa mengambil beberapa hikmah berharga:

1. Ketulusan cinta

Sayyidah Saudah menunjukkan bahwa cinta sejati adalah memberi, bukan meminta.

2. Kerendahan hati

Beliau tidak iri kepada istri-istri Nabi yang lain, bahkan rela menyerahkan gilirannya kepada Sayyidah Aisyah.

3. Keberanian dalam iman 

Beliau tetap teguh memeluk Islam meski hidup di tengah keluarga musyrik.

4. Kepedulian sosial

Sayyidah Saudah dermawan dan senang berbagi, meski dirinya tidak hidup berlebihan.

Penutup

Kisah Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah adalah kisah yang sarat dengan keteladanan, terutama bagi para wanita muslimah. 

Dari beliau, kita belajar tentang kesetiaan, kesabaran, dan kerelaan berkorban demi kebahagiaan orang lain. 

Beliau bukan hanya seorang istri Nabi, tetapi juga teladan abadi dalam kehidupan berumah tangga, dakwah, dan pengabdian kepada Allah.



Posting Komentar

Posting Komentar