aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Perang Nahawand: Akhir Kekaisaran Persia di Tangan Islam

Barisan prajurit Kekaisaran Persia dengan baju zirah dan tombak berbaris di gurun saat Perang Nahawand, menggambarkan kekuatan militer masa lalu.

P erang Nahawand adalah salah satu momen paling krusial dalam sejarah penyebaran Islam di luar jazirah Arab. 

Terjadi pada tahun 642 M (21 H), perang ini menandai runtuhnya secara total Kekaisaran Persia Sasaniyah dan mempercepat Islamisasi wilayah timur.

Dijuluki oleh sejarawan Muslim sebagai “Fath al-Futuh” (Kemenangan dari segala kemenangan), peristiwa ini membuktikan bahwa semangat tauhid, strategi militer cerdas, dan moralitas Islam mampu menggulingkan imperium tua yang telah bertahan berabad-abad.

Latar Belakang Perang

Setelah kekalahan telak dalam Perang Qadisiyah dan jatuhnya ibu kota Ctesiphon, Persia belum sepenuhnya menyerah. 

Mereka berkumpul dan menyusun kekuatan terakhir di kota Nahawand, yang strategis secara geografis dan dijadikan pusat perlawanan terakhir Kekaisaran Sasaniyah.

Melihat ancaman ini, Khalifah Umar bin Khattab segera memerintahkan penyatuan kekuatan Muslimin dari berbagai wilayah yang telah ditaklukkan. 

Umar memerintahkan agar pasukan dipimpin oleh Nu’man bin Muqarrin al-Muzani, seorang sahabat Nabi yang berpengalaman dan dikenal karena keteguhan dan kecerdasannya dalam medan tempur.

Baca juga: Apa itu Islam Liberal? 

Komposisi Pasukan

Pasukan Muslim

Sekitar 30.000–40.000 prajurit dari Madinah, Kufah, dan Bashrah.

Pasukan Persia

Diperkirakan 100.000–150.000 prajurit, dengan kekuatan infanteri dan kavaleri berat, serta didukung oleh benteng kokoh Nahawand.

Strategi dan Jalannya Perang Nahawand

Strategi Umpan dan Tipu Daya

Nu’man bin Muqarrin menyusun strategi perang cerdik. 

Ia memerintahkan sebagian pasukannya untuk berpura-pura mundur, seolah gentar menghadapi pasukan Persia.

Ketika pasukan Persia yang percaya diri mulai keluar dari benteng untuk menyerang, pasukan Muslim langsung mengepung mereka dari segala arah. 

Taktik ini menjebak Persia di antara barisan Muslim dan menjatuhkan moral mereka secara drastis.

Baca juga; Keajaiban dan keistimewaan surat Al-Mulk

Pertempuran Berdarah dan Gugurnya Nu’man

Pertempuran berlangsung sangat sengit. Dalam pertempuran ini, Nu’man bin Muqarrin gugur sebagai syahid, namun sebelum wafat, ia telah memastikan kemenangan Islam.

Komando selanjutnya diambil alih oleh Hudhaifah bin Yaman, yang melanjutkan serangan hingga pasukan Persia benar-benar porak poranda dan lari dari medan.

Hasil dan Dampak Perang Nahawand

Kekaisaran Sasaniyah Resmi Runtuh

Setelah kekalahan di Nahawand, tidak ada lagi perlawanan militer besar dari Persia. 

Raja Yazdegerd III melarikan diri dan terus dikejar hingga akhirnya tewas beberapa tahun kemudian. Kekuasaan Persia runtuh sepenuhnya.

Islam Menyebar ke Wilayah Timur

Setelah kemenangan ini, pasukan Muslim mulai bergerak menyebarkan Islam ke wilayah Khurasan, Balkh, Sijistan, dan wilayah Asia Tengah lainnya. 

Ini menjadi awal terbentuknya kebudayaan Islam-Persia yang kelak berkontribusi besar dalam ilmu pengetahuan Islam.

Baca juga: Kisah kejeniusan Abu Bakar al-Baqillani menghadapi siasat raja Romawi

Warga Persia Berbondong-bondong Masuk Islam

Alih-alih dipaksa, penduduk Persia justru menerima Islam dengan terbuka, terutama setelah melihat keadilan dan akhlak para penakluk Muslim. 

Banyak ulama besar Islam berasal dari Persia, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Al-Farabi.

Tokoh-Tokoh Utama dalam Perang

Nu’man bin Muqarrin

Panglima utama yang memimpin pasukan Muslim dan gugur sebagai syahid.

Hudhaifah bin Yaman

Sahabat Nabi yang melanjutkan komando dan membawa kemenangan mutlak.

Yazdegerd III

Raja terakhir Persia Sasaniyah yang melarikan diri pasca kekalahan.

Khalifah Umar bin Khattab

Arsitek utama strategi dan ekspansi militer Islam ke Persia.

Pelajaran Penting dari Perang Nahawand

Taktik dan Strategi Lebih Penting dari Jumlah

Meskipun kalah jumlah, strategi cerdas dan semangat jihad pasukan Muslim menjadi kunci utama kemenangan.

Syahid adalah Kemenangan Hakiki

Nu’man bin Muqarrin menunjukkan bahwa syahid dalam perang di jalan Allah adalah kemenangan spiritual dan sejarah.

Baca juga: Syarat memperoleh syahid karena jatuh cinta

Islam Tidak Menghancurkan, Tetapi Membangun

Setelah perang, Islam tidak merusak kebudayaan Persia, tetapi justru mengadopsi dan memodifikasi dalam naungan tauhid. 

Inilah cikal bakal renaisans keilmuan dalam dunia Islam.


Referensi Utama

Tarikh al-Tabari – Imam Thabari

Al-Bidayah wa al-Nihayah – Ibn Katsir

Futuh al-Buldan – Al-Baladzuri

Sirah Umar bin Khattab – Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi

The Great Arab Conquests – Hugh Kennedy




Posting Komentar

Posting Komentar