![]() |
Ilustrasi pasukan prajurit Persia bersenjata lengkap berbaris di kota kuno, menggambarkan suasana sebelum Perang Qadisiyah dan runtuhnya Persia dalam sejarah Islam. |
P erang Qadisiyah merupakan salah satu momen paling monumental dalam sejarah militer Islam.
Terjadi pada tahun 636 M (15 H), perang ini mempertemukan pasukan Islam di bawah komando Sa’ad bin Abi Waqqash dengan pasukan Kekaisaran Persia Sasaniyah yang dipimpin oleh Jenderal Rustum.
Kemenangan dalam perang ini membuka gerbang penaklukan besar wilayah Persia, yang sebelumnya merupakan salah satu kekaisaran terbesar dan tertua di dunia.
Latar Belakang Perang
Kekaisaran Sasaniyah telah lama menjadi kekuatan besar di Timur.
Namun, setelah mengalami konflik internal dan peperangan panjang dengan Romawi, kondisi Persia mulai melemah.
Dalam situasi ini, Islam datang bukan hanya sebagai kekuatan militer baru, tetapi sebagai peradaban yang menjanjikan keadilan, kesetaraan, dan pembebasan.
Khalifah Umar bin Khattab memutuskan untuk menghadapi ancaman Persia secara langsung setelah melihat keberhasilan ekspansi ke Syam.
Kota Qadisiyah, yang terletak di dekat sungai Eufrat, menjadi lokasi strategis bentrokan dua kekuatan ini.
Komposisi Pasukan
Pasukan Islam
Sekitar 30.000 prajurit, dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, salah satu sahabat Nabi saw. yang dijamin masuk surga.
Baca juga: Raih tiket surga dengan sayyidul istighfar
Meski menderita sakit punggung dan tidak bisa turun langsung ke medan tempur, Sa’ad tetap memimpin dari menara pengawas.
Pasukan Persia
Sekitar 120.000–150.000 prajurit, lengkap dengan gajah perang, dipimpin oleh Rustum, jenderal yang disegani dalam militer Persia.
Jalannya Perang Qadisiyah
Hari Pertama: Serangan Gajah Persia
Pasukan Persia memulai pertempuran dengan menyerang menggunakan gajah perang, sebuah strategi yang belum pernah dihadapi pasukan Muslim.
Kuda-kuda pasukan Islam ketakutan, menyebabkan barisan depan Islam porak-poranda.
Namun, para sahabat segera mengatur taktik baru.
Pasukan pemanah ditugaskan menyerang mata gajah, sementara pejalan kaki ditugaskan melumpuhkan kaki-kakinya.
Perlahan, gajah-gajah Persia berhasil dikalahkan.
Hari Kedua dan Ketiga: Strategi Bertahan dan Serangan Balik
Pertempuran berlangsung sengit. Pasukan Islam bertahan dengan semangat jihad, sementara Persia mengandalkan jumlah dan kekuatan fisik.
Namun, pasukan Muslim memiliki moral dan disiplin tinggi, serta mengandalkan taktik gerilya dan serangan malam.
Hari Keempat: Kematian Rustum dan Kemenangan Islam
Pada hari terakhir, Rustum tewas dalam pertempuran setelah terpeleset saat mencoba menyeberang sungai dan dibunuh oleh prajurit Muslim.
Kematian Rustum menyebabkan kekacauan total di kubu Persia.
Pasukan Islam kemudian melakukan serangan penuh hingga pasukan Persia tercerai-berai dan kalah telak.
Baca juga: Pohon Sahabi saksi sejarah Nabi saw. yang masih hidup
Dampak Kemenangan Qadisiyah
Keruntuhan Kekaisaran Persia
Qadisiyah menjadi awal dari keruntuhan Kekaisaran Sasaniyah.
Setelah perang ini, ibu kota Persia, Ctesiphon (Mada’in), jatuh ke tangan kaum Muslimin.
Wilayah Islam Meluas ke Timur
Kemenangan ini memungkinkan ekspansi Islam ke wilayah Irak, Iran, dan Asia Tengah.
Islam mulai berkembang di bekas wilayah Persia dan menandai transformasi geopolitik dunia Timur.
Pengaruh Islam Menggeser Peradaban Majusi
Islam menggantikan dominasi Majusi (penyembah api) dengan ajaran tauhid.
Banyak rakyat Persia memeluk Islam karena keadilan sosial dan kemanusiaan yang dibawa oleh Islam.
Tokoh Kunci dalam Perang
Sa’ad bin Abi Waqqash: Panglima Muslim yang berani dan bijak
Rustum: Panglima Persia yang tangguh, namun takluk oleh strategi Islam
Qa’qa bin Amr: Sahabat Nabi yang membawa semangat baru ke medan tempur dan menjadi faktor penting kemenangan.
Baca juga: Kisah nyata dicium Rasulullah dalam mimpi
Pelajaran dari Perang Qadisiyah
Keimanan Mengalahkan Kekuasaan Dunia
Pasukan Islam yang jumlahnya lebih sedikit berhasil mengalahkan pasukan besar karena mereka berperang dengan keimanan dan tujuan suci, bukan ambisi duniawi.
Kepemimpinan yang Jujur dan Adil
Khalifah Umar dan para jenderalnya menunjukkan bahwa kepemimpinan yang adil dan jujur dapat menggerakkan peradaban untuk menghadapi kekuatan besar dunia.
Transformasi Peradaban
Islam tidak hanya datang sebagai agama, tapi sebagai kekuatan peradaban yang meruntuhkan imperium tua dan membangun dunia baru berbasis tauhid, keadilan, dan ilmu.
Referensi Utama
Al-Kamil fi at-Tarikh – Ibn al-Atsir
Futuh al-Buldan – Al-Baladzuri
Tarikh at-Thabari – Imam Thabari
Sirah Umar bin Khattab – Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
"The Great Arab Conquests" – Hugh Kennedy
Posting Komentar