aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

7 Sebab Dasar kekufuran dan Bid’ah

7 Sebab Dasar kekufuran dan Bid’ah

Oleh: Tgk. Musliadi Budiman, S. Ag

D ewasa ini kita sering disodorkan bahkan ditodong oleh suatu kelompok dangan tudingan bid’ah dan kafir. Hal tersebut mucul karena ada sebagian amaliah yang bertentangan dengan kelompok mereka.

Hal yang sering kita lihat muncul dan berkembang di dunia ini adalah kekufuran dan bid’ah, sehingga kita banyak menyaksikan agama dan aliran yang berkembang. 

7 Sebab Dasar kekufuran dan Bid’ah

Tentu setiap adanya muncul sesuatu tidak sunyi dari yang namanya faktor atau sebab. Imam al-Sanusi dalam kitab Syarah Al-Muqaddimat, beliau menyebutkan bahwa ada tujuh asal (akar) terjadinya kekufuran dan bid’ah:

1.   Ijab Zati (الايجاب الذاتي)

Ijab zati menurut Imam Sanusi sebagaimana yang terdapat dalam kitabnya adalah:

إسناد الكائنات إلى الله تعالى على سبيل التعليل أو الطبع من غير اختيار

Artinya:“Menyandarkan segala yang ada kepada Allah dengan cara ta’lil atau tabi’at bukan dengan cara ikhtiar.”

Makna dari adanya dengan jalan illat yaitu adanya kainat (makhluk) bersamaan dengan adanya Allah Swt, hal ini karena kita melihat dari konsekuensi dari illat yaitu menuntut adanya ma’lul dan tidak terlepas ma’lul dari illat beserta tidak boleh menyalahi pada akal. 

Contohnya seperti gerakan cincin pada jari yang bergerak ketika bergeraknya jari, maka adanya Allah merupakan illat bagi adanya kainat dan hal itu akan bersamaan sebagaimana geraknya jari menjadi illat bagi bergerak cincin secara bersamaan. Sedangkan hal ini tidak boleh menyalahi pada aqal menurut mereka. 

Meyakini hal seperti ini akan terjerumus kepada kekufuran karena meyakini qidamnya alam dan makhluk lainnya dan juga menafikan sifat qudrah dan iradah Allah SWT.

Sebab tidak adanya ta’luq qudrah dan juga mendustai apa yang ada di dalam Al-Qur`an yang menyatakan bahwa Allah mengerjakan apa yang dikehendaki dan yang dipilihnya.

Sedangkan makna dari adanya kainat dengan jalan tabi’at hampir sama juga dengan adanya dengan jalan illat, namun hal ini boleh menyalahi apabila tidak cukup syarat dan adanya penegah. 

Contohnya seperti menulis dengan pena, tulisan ini akan hasil bila mencukupi syarat seperti tersentuh dengan kertas dan adanya tinta dan jika tidak mencukupi syarat maka akan menulis dengan pena tidak akan kita perdapatkan. 

Makna dengan jalan ikhtiyar yaitu semua yang ada merupakan berdasarkan kehendak Allah swt, jika memang Allah berkehendak untuk menciptakan maka Allah ciptakan.

Seperti gerakan cincin ketika bergeraknya jari, maka kedua gerakan itu merupakan ciptaan Allah bukan bergerak cincin karena bergeraknya jari, namun jika Allah berkehendak untuk tidak bergerak maka dia tidak akan bergerak.

2. Tahsin‘Aqli (التحسين العقلي)

كون أفعال الله تعالى وأحكامه موقوفة عقلاً على الأغراض؛ وهي : جلب المصالح ودرء المفاسد

Artinya:“keadaan segala perbuatan Allah dan hukumnya berhajat pada aqal di atas berbagai tujuan yaitu menarik kemaslahatan dan menolak mafsadah (kerusakan).”

Tahsin ‘aqli ini adalah asal dari timbulnya kekufuran dari kelompok Barahimah dari golongan filosof yang mengingkari adanya pengutusun para Rasul dan kewajiban-kewajiban seperti shalat, puasa dan lain-lain.

Menurut mereka itu semua merupakan perkara jelek yang tidak ada terdapat mashlahah di dalam nya

Dan juga ini merupakan sumber kesesatan dari kelompok muktazillah yang mewajibkan berbuat baik Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya.

3. Taqlid Yang Keji (التقليد الرديء)

متابعة الغير لأجل الحمية والتعصب من غير طلب للحق

Artinya: “mengikuti orang lain karena keinginan dan fanatik buta tanpa adanya mencari kebenaran.”

Taqlid ini merupakan dasar dari timbulnya kekufuran orang jahiliah yang mengikuti nenek moyang mereka dalam menyembah patung dan kesyirikan lainnya.

Selain itu, juga menjadi faktor utama kekufuran orang Yahudi dan Nasrani karena mereka mengikuti pendeta-pendeta mereka dalam mengingkari kenabian Nabi Muhammad Saw.

Dan ini juga menjadi dasar dan asal usul dari bid’ah kaum muktazillah dan murjiah karena mengikuti pendahulu mereka.

4. Rubthul ‘Adi (الربط العادي)

إثبات التلازم بين أمر وأمر وجوداً أو عدماً بواسطة التكرر

Artinya:“menetapkan adanya keterikatan di antara ada dan tidak adanya satu perkara dan perkara lainnya dengan perantaraan berulang-ulang terjadi.”

Maka tidak kita meragukan lagi, ini merupakan salah satu penyebab munculnya kekufuran kelompok Thabai’in yang berpendapat qidamnya aflak (bintang-bintang besar seperti matahari) dan memberi bekasnya dengan thabi’atnya pada alam bumi.

Di samping itu, juga menjadi sumber kekufuran orang jahiliyyah yang mengingkari adanya hari bangkit dan segala keadaan hari akhirat karena tertipu dengan rubthul ‘adi ( keterikatan adat).

Dan juga bid’ah orang yang meyakini Hudust Asbab ‘Adiyah (terjadinya sebab-sebab yang menjadi adat) dan memberi efeknya dengan adanya kekuatan yang diberikan oleh Allah swt.

5. Jahlu al-Murakkab (الجهل المركب)

أن يجهل الحق ويجهل جهله به .

Artinya: “bahwa dia tidak tahu kebenaran dan dia tidak tahu akan jahilnya dengan kebenaran.”

Alasan jahil murakkab menjadi penyebab bagi kekufuran dan bid’ah karena mereka tidak merasa akan kejahilannya dan menganggap benar pada kejahilannya tersebut.

Jahil murakkab ini merupakan penyebab bagi tetap dalam kekufuran yang terjadi pada i’tiqadnya seperti jahilnya filosof dengan i’tiqad qidam aflak,dan juga tetapnya bid’ah yang terjadi pada aqidah seperti jahilnya aliran Qadariyyah pada masalah keyakinan mereka bahwa makhluk menciptakan perbuatannya sendiri.

6. Berpegang Dengan Zhahir Al-Qur`An Dan Hadis

Berpegang dengan aqidah keimanan semata-mata pada zhahir al-Qur`an dan hadits tanpa membedakan antara yang mustahil zhahirnya dan yang tidak mustahil zhahirnya merupakan salah satu dari faktor kekufuran dan bid’ah.

Contoh kekufuran seperti pemahaman kelompok Tsanawiyyah dengan ketuhanan cahaya dan kegelapan dari firman Allah Swt:

اللَّهُ نُورُ السَّموَاتِ وَالأرْض

Artinya: “Allah adalah cayaha langit dan bumi” (Q.S al-Nur:35)

Mereka memahami bahwa cahaya merupakan salah satu dari dua tuhan yang namanya adalah Allah, padahal mereka tidak melihat mustahil cahaya menjadi tuhan karena dia bersifat baharu dan berubah-rubah sedangkan tuhan mustahil demikian.

Contoh bid’ah yang timbul akibat memahami zhahir nash seperti pemahaman aliran Mujassimah bahwa Allah berjisim seperti punya tangan. Mereka memahami dari firman Allah Swt:

أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

Artinya : “Bahwa engkau sujud bagi yang aku ciptakan dengan dua tanganku. (Q.S Shad:75)

7. Tidak Tahu Menahu Tentang Kaidah ‘Aqliyyah Dan Lisan al-‘Arabi

Kaidah ‘aqliyyah adalah mengetahui adanya yang wajib, jaiz dan mustahil. Sedangkan lisanul ’arabi adalah ilmu lughat, i’rab dan bayan.

Contoh tidak tahu menahu tentang Kaidah ‘aqliyyah yaitu orang nasrani yang meyakini bahwa tuhan tersusun dari tiga oknum (trinitas) dan Nabi Isa AS termasuk bagian dari tiga oknum itu.

Contoh jahil dengan bahasa Arab seperti pemahaman Mujassimah bahwa Allah punya tubuh dari firman Allah :

  يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّه

Artinya: “Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah.” (Q.S az-zumar:56)

Mujassimah mengartikan kata janbillah dengan tubuh Allah. Padahal kata-kata janbillah  itu masih banyak makna lainnya. Di antaranya yaitu haq-haq Allah.

Maka setelah kita membaca artikel ini semoga kita tidak terpengaruh dengan tujuh faktor ini. Maha suci Allah atas apa yang tidak layak bagi-Nya.


Wallahu a’lam bis shawab


Referensi: Syarah al-Muqaddimat hal:193-211, Dar al-Taqwa 

Posting Komentar

Posting Komentar