![]() |
Stop Menghujat Orang Lain |
Menghujat atau menghina orang lain mungkin merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi pelaku karena bisa melampiaskan apa yang sedang dirasakannya baik itu rasa kesal, marah maupun faktor lainnya. Meskipun menyadari efek dan akibat dari menghujat orang lain tersebut.
Kenapa Harus Menghujat?
Hal yang aneh adalah kenapa ketika ada kasus dan permasalahan yang menimpa kita maka dengan melampiaskan dalam bentuk hujatan membuat seseorang merasa lega? Pernah merasakankan?
Sebenarnya dalam Islam memberi perhatian penuh kepada umatnya agar menghindari hujatan dan cacian kepada saudaranya demi menjaga hubungan yang baik sesama saudaranya yang se-Islam.
Namun jika setiap muslim mengabaikan ini maka ada dampak serius yang akan menimpa kita akibat hobi menghujat orang lain. Namun sebelum kita melihat konsekuensi dari sudut pandangan Islam kita bisa melihat efek negatif menghujat dari sudut rasa sosial dan kemanusian.
Pengaruh Sosial Akibat Sering Menghujat Dan Menghina
Pertama, Kalau ditinjau dari sisi sosial maka menghujat atau menghina adalah perilaku yang tidak baik dan tidak beretika. Orang yang hobi menghujat akan dicap sebagai personal yang berkelakuan tercela.
Di samping itu, kalau mempertahankan sikap tersebut, lambat laun orang yang berada di sekitarnya juga akan menghindar dari orang tersebut. Parahnya lagi adalah pelaku tersebut bisa jadi akan dijadikan sebagai contoh baku lintas generasi untuk mengajarkan anak-anak agar tidak berperilaku seperti pelaku tersebut. Parah dampaknya ya? Hehe
Kedua, ketika menghujat menjadi bentuk pelampiasan emosional kita maka yakinilah hati kita akan dikuasai oleh rasa benci dan berburuk sangka dengan orang lain. Maka dari itu marilah kita menjadi manusia yang baik tanpa melaknat personal orang lain.
Ketiga, tanpa disadari kita akan mudah termakan desas-desus berita burung. Sehingga hal ini memberi pengaruh besar dalam sikap kita dan hilang rasa fokus untuk membenah diri.
Ketika
kita fokus dengan memperhatikan orang lain dan mencari celah untuk menghina dan
menghujat orang lain, pada dasarnya kita telah mengerahkan seluruh energi
negatif untuk merasakan nikmat pelampiasan emosional sementara waktu.
Tetapi efek dari perbuatan tersebut memberi pengaruh besar dan panjang dalam hidup kita di dunia maupun akhirat.
Maka dari itu, sebagian dari efek nyata di atas membuat kita sadar. Janganlah kita menghujat apalagi sampai melaknat personalnya meskipun kita berada posisi yang tidak diuntungkan ketika itu.
Mengapa demikian? Dalam Islam telah mengajarkan kita cara yang terbaik agar memberi dampak dan pengaruh positif pada kita. mungkin kita bisa menggantikan dari hujatan menjadi doa kebaikan untuk saudara kita.
Namun, kalau tetap mempertahankan hujatan dan cacian sebagai benteng dan senjata dalam menahan diri maka mari kita pikirkan kembali dengan melihat efek negatif atau konsekuensi akibat menghujat dan menghina orang lain.
3 Dampak Negatif Menghujat Orang Lain Menurut Pandangan Islam
Pada hakikatnya Islam sangat menjaga pribadi dan privasi kita. Namun, ketika kita tidak tidak peduli dengan konsep agama maka ada konsekuensi yang akan berefek dengan kita. Di antaranya yaitu:
Pertama, ketahuilah bahwa setiap kata yang terucap dari lisan kita atau tertulis di mana pun itu, akan dicatat oleh malaikat dan kita harus siap untuk mempertanggung jawabkan semuanya di hadapan Allah SWT kelak.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah mengingatkan kita bahwa
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ
"Tidak ada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya itu malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Surat Qaf, Ayat: 18).
Peringatan Allah tersebut harus mampu menjaga sikap dan berhati-hati. Pada hakikatnya kita tidak mengenal dan sadar betul dengan kata apa yang kita ucapkan ketika dalam kondisi emosional. Karena terkadang satu kata itu saja cukup dan mampu melemparkan kita ke dalam neraka.
Mengapa demikian? Karena dalam hadis sendiri nabi telah mengingatkan terhadap setiap kata yang dilontarkan kepada saudaranya sesama muslim. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya
seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya (tidak
memikirkan kejelekannya serta tidak khawatir akan akibatnya), ternyata karena
hal tersebut ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di
antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 7406, 7407).
Kedua, dalam kitab Bidayatul Hidayah Imam Al-Ghazali juga melarang melaknat orang akibat efek berat yang harus diambil oleh pelaku tersebut. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa:
فإياك
أن تلعن شيئا مما خلق الله تعالى من حيوان أو طعام أو إنسان بعينه، ولا تقطع
بشهادتك على أحد من أهل القبلة بشرك أو كفر أو نفاق؛ فإن المطلع على السرائر هو
الله تعالى، فلا تدخل بين العباد وبين الله تعالى، واعلم أنك يوم القيامة لا يقال
لك: لِم لمَ تلعن فلانا، ولم سكت عنه؟ بل لو لم تعلن ابليس طول عمرك، ولم تشغل
لسانك بذكره لم تسأل عنه ولم تطالب به يوم القيامة. وإذا لعنت أحدا من خلق الله
تعالى طولبت به
“Berhati-hatilah kamu melaknat sesuatu dari makhluk Allah, baik hewan, makanan, ataupun manusia tertentu. Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT semata.
Jangan pula engkau ikut campur dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah SWT. Ketahuilah, bahwa pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya : mengapa engkau tidak mau melaknat si fulan? Mengapa kamu diam saja tentang dia?
Bahkan jika seandainya kamu tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah SWT nanti di hari kiamat. Tetapi jika kamu pernah melaknat seseorang dari makhluk Allah, kelak engkau akan dituntut yakni pertanggung jawabannya oleh Allah SWT).
Ketiga, dikhawatirkan celaan atau laknat tersebut menjadi aib yang kembali menimpa kita sendiri kelak. Rasulullah bersabda:
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Siapa yang suka menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati sehingga mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505)
Mengenai hal tersebut Imam Al-Shan'ani dalam kita Subulussalam memberikan penjelasan terkait berlakunya ancaman hadits tersebut
وَذَاكَ إذَا صَحِبَهُ إعْجَابُهُ بِنَفْسِهِ بِسَلَامَتِهِ مِمَّا عَيَّرَ بِهِ أَخَاهُ.
Hadits tersebut berlaku apabila disertai dengan perasaan dan sikap kagum terhadap diri sendiri karena selamat dari dosa yang menimpa saudaranya yang ia jelek-jelek tersebut.
Kesimpulan
Oleh karena itu, dari pada kita mengeluarkan dari dari mulut kita yang berbau negatif, maka alangkah indahnya kita ganti dengan kalimat dan untaian doa serta istighfar.
Sehingga
kata-kata tersebut akan memberi energi positif dan mendapatkan pahala dari
setiap ungkapan yang kita lontarkan. Semoga Allah SWT memberi kita taufik dan
hidayah serta istiqamah dalam kebaikan. Amin amin amin
Wallahu
a’lam bisshawab
Posting Komentar