aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

4 Persiapan Penting Untuk Menyambut Bulan Ramadhan, Jadikan Ibadah Lebih Berkah

Ramadhan karim

Bulan Ramadhan adalah bulan yang Agung,  penuh keberkahan dan banjir dengan bonus dalam setiap ibadah, baik ibadah fardhu maupun sunnah. 

Kedatangan bulan Ramadhan penuh berkah tinggal kita menghitung jari. Bulan yang sama-sama kita nantikan akan segera hadir, memasuki masa-masa kehidupan kita dengan beragam amal-amal berpundi pahala. 

Ramadhan layaknya tamu, kita sambut Ramadhan dengan sambutan yang hangat, berhias diri dengan Indah untuk menyambut tamu sehingga kita jadikan momentum yang tak terlupakan. Kita menjadikan persiapan menyambut dan menghormatinya penuh dengan etika dan berbuah pahala. 

Namun, ramadhan belum tentu berada dalam pangkuan. Kita patut mempersiapkan diri dan berdoa agar kita bisa mencapai bulan ramadhan. Sudah sepatutnya kita bersukacita menyambut Ramadhan karena masih ada kesempatan emas bagi kita untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Tujuan dari Diwajibkan Berpuasa

Inilah yang menjadi tujuan utama diwajibkan puasa atas diri kita :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 183)

Sebagai ekspresi kebahagiaan kita mengucapkan, ”Ahlan wa Sahlan ya Ramadhan.” Atau, ”Marhaban ya Ramadhan.” 

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah kita melakukan berbagai persiapan sebelum memasuki Ramadhan. Kita perlu siapkan diri kita, keluarga, dan masyarakat agar lebih maksimal menjadikan Ramadhan sebagai ajang meraup pundi-pundi pahala di tiap amal saleh yang kita kerjakan di dalamnya. 

Alangkah senangnya apabila kita saling menjaga dan menasehati untuk memaksimalkan bulan ramadhan ini. Maka dari itu kita butuh persiapan-persiapan yang matang dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini. 

Persiapan yang perlu kita lakukan sejak dini adalah:

Pertama,  Persiapan Jiwa

Mempersiapkan jiwa untuk benar-benar beribadah dalam bulan puasa ini sangat penting. Kita menyadari bahwa bulan puasa juga banyak dari kita yang menjadikan sebagai ladang meraup keuntungan segi finansial dan ekonomi. Sehingga kita sibuk dengan itu dan harus membayar dengan kelelahan. Dampaknya adalah kita malas beribadah karena alasan bekerja full seharian. 

Maka dari itu, marilah Kita bersihkan hati kita dari kerak-kerak yang mengotorinya. Kita sambut dengan hati yang bening dan suci. Kita harus memantapkan hati dan jiwa kita bahwa puasa dan ibadah lainnya yang kita kerjakan adalah semata-mata karena Allah. Jangan sampai ternoda sedikit pun oleh motif dan tujuan kepada selain Allah. 

Meskipun kita disibukkan oleh pekerjaan, kita harus bisa mensiasati menjadi bernilai ibadah. Yaitu dengan meniatkan setiap pekerjaan kita lillah. Kita latih diri ini untuk terbiasa menjadikan Allah sebagai tujuan dari tiap rangkaian ibadah tak terkecuali ibadah puasa Ramadhan. 

Yang lebih penting lagi adalah jangan mencampuri dan mengotori ibadah kita dengan mencampuri urusan yang bersifat duniawi. Padahal meskipun tanpa kita niatkan akan kita peroleh hal tersebut seperti Jangan sampai terbesit di hati, “Aku puasa untuk diet. Aku puasa karena tidak enak dengan tetangga. Aku puasa karena ikut-ikutan dengan masyarakat sekitar rumah.” dan lain-lain. 

Kesalahan dalam menata niat dan hati mengakibatkan amal saleh yang kita kerjakan berlalu sia-sia, tanpa diterima oleh Allah, karena memang kita mengerjakannya bukan untuk mencari ridha Allah tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi kita. 

Yahya bin Mu’adz berkata :

سَقَمُ الجسد بالأوجاع، وسَقَمُ القلوب بالذنوب؛ فكما لا يجد الجسد لذة الطعام عند سقمه، فكذلك القلب لا يجد حلاوة العبادة مع الذنوب

“Jasad sakit karena penyakit, sedangkan hati sakit karena dosa. Sebagaimana jasad tidak bisa merasakan lezatnya makan ketika sakit, begitu pula dengan hati, ia tidak mampu mengecap nikmatnya ibadah karena berbagai dosa.”

Maka dari itu wahai saudaraku sekalian, Mari kita sambut Ramadhan dengan membersihkan jiwa kita dari sifat-sifat tercela dan dosa.

Kedua, Persiapan lImu

Dalam kehidupan ini ilmu yang wajib kita pelajari sebagaimana anjuran para ulama adalah ilmu hal yaitu ilmu yang berkaitan dengan ibadah apa yang akan kita laksanakan.  

Maka dalam hal ini kita akan memasuki bulan Ramadhan, seluruh hal yang berkaitan dengan puasa, shalat tarawih harus kita pahami secara detail. 

Persiapan Kita dalam menyambut Ramadhan dengan memiliki dan menguasai ilmu seputar ibadah di bulan Ramadhan. Dengan ilmu yang baik kita bisa mengerjakan ibadah sesuai tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya serta teladan dari para ulama. 

Ilmu di sini meliputi kaifiyat atau tata cara ibadah Ramadhan dari segi fiqihnya atau hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Dengan ilmu kita mengetahui apa yang dikerjakan dan apa yang dikehendaki oleh syariat. 

Ilmu agama bukanlah ilmu tiruan. Sehingga hanya meniru tanpa mengetahui apa yang dikerjakan tersebut. Ini sangat berbahaya. 

Allah SWT berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (QS Al Isra : 36)

Bahayanya lagi kalau kita beramal tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan bahwa amalan yang telah kita kerjakan tersebut bahkan dalam susah payah tertolak tidak diterima di sisi Allah. 

Persiapan ilmu merupakan sebuah keniscayaan. Ilmu adalah penerang jalan yang pada mulanya gelap gulita menjadi terang benderang, sehingga kita dapat menjalani ibadah dengan benar seperti yang diajarkan dalam agama Islam. 

Ilmu bagaikan lentera dalam menyusuri jalan kebenaran dan tangga surga. Namun bila hal sakral tersebut tidak peduli, maka kita tidak bisa membedakan mana jalan yang menjerumuskan kita ke dalam jurang atau meniti jalan keridhaan Allah SWT. 

Ketiga, Persiapan Fisik 

Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda :

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa faktor fisik sangat berpengaruh dalam beribadah. Hadis tersebut memberi motivasi bagi kita untuk menjadi orang beriman yang sehat, baik sehat jasmani maupun rohani. 

Aneka ibadah yang kita tunaikan, termasuk di bulan Ramadhan, menuntut kebugaran fisik dalam mengerjakannya. Mengingat bulan puasa adalah bulan memaksimalkan ibadah, maka dituntut untuk sempurna dan maksimal fisik pula. 

Bagaimana kita akan memaksimalkan ibadah sedangkan fisik kita lemah dan lelah dalam beribadah. Puasa dan shalat tarawih akan sanggup kita laksanakan dengan baik, salah satunya ketika kita memiliki kondisi fisik yang sehat. 

Sebagaimana kita ketahui, muslim yang sakit parah tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa, tapi harus menggantinya sesudah Ramadhan berakhir, bila kondisi kesehatannya sudah kembali pulih. Hal tersebut telah jelas tertera dalam kitab-kitab fikih. 

Keempat, Persiapan Aktivitas

Dalam melaksanakan suatu program dan agenda biasa nya kita telah menyusun agenda yang akan kita laksanakan. Begitu pula dengan aktivitas Ramadhan, Kita susun kisi-kisi aktivitas untuk dikerjakan bersama khususnya kegiatan di masjid dan mushala. 

Sudah sewajarnya jika pengurus masjid atau mushalla menyusun kepanitiaan untuk menyambut Ramadhan yang diisi dengan aktivitas cermah, pengajian, TPA untuk anak-anak, diskusi atau kajian tentang Ramadhan. Intinya adalah kita menyibukkan diri dengan ibadah baik dirumah maupun di mesjid atau mushalla. 

Selain itu, banyak lagi ibadah-ibadah yang bisa diagendakan agar menyemarakkan bulan suci ramadhan dengan penuh meriah dengan ibadah. 

Kalau tidak bisa diagendakan untuk menyeluruh dengan sesama masyarakat, kita bisa membuat aktivitas Ramadhan penuh berkah dan ibadah dengan keluarga sendiri. Seperti berlomba-lomba dalam kebaikan, tadarrus al qur’an, pengajian dan lain-lain. 

Kalau dalam keluarga kita mampu melaksanakan hal tersebut, maka sungguh kita akan merasakan ketenangan dan kedamaian dalam rumah tangga. Namun sebaliknya apabila tidak mampu menghadirkan itu semua maka keluarga akan terasa hampa. 

Inilah sejumlah persiapan yang perlu menjadi perhatian kita semua. Kita tata niat dan hati, kita bekali diri dengan ilmu yang bermanfaat, kita jaga kesehatan, dan menyiapkan beragam kegiatan yang menunjang ketakwaan kita kepada Allah SWT. Semoga Allah Ta’ala mencatat usaha dan niat kita sebagai amal saleh yang diberkahi dan diridhainya. Amin amin

Posting Komentar

Posting Komentar