Apakah Takdir Bisa Berubah? |
Setiap orang mempunyai rel kehidupannya masing-masing. Kehidupan ini laksana film yang kita nonton di layar lebar. Beberapa aktor akan berperan sesuai dengan skenario yang telah diatur oleh sutradara.
Klimaks sebuah film akan diperoleh dengan peran yang menegangkan oleh aktor profesional dalam menyelesaikan konflik puncak.
Begitu pula alur takdir yang Allah skenariokan dalam kehidupan ini. Kita tidak akan terlepas dengan orang-orang yang bersikap antagonis (berperilaku negatif), protagonis (berperilaku positif dan lawan dari antagonis), peran pembantu dan lain-lain.
Takdir yang dituliskan Allah terhadap kita merupakan perkara terbaik dalam menjalani hidup ini. Meskipun terkadang yang terbaik itu di luar ekspektasi kita. Artinya tidak seindah yang diharapkan.
Takdir setiap individu memang sudah digariskan untuk menyelesaikan tugas dalam kehidupan ini. Tetapi bukan berarti kita harus pasrah dengan perasaan putus asa. Namun, kita tetap wajib ikhtiar dalam segala hal.
Dua Macam Takdir
Syekh Ibrahim Al Bajuri di dalam kitabnya Tuhfatul Murid, beliau menegaskan bahwa takdir itu ada 2 macam yaitu takdir muallaq (yang bisa berubah sepenuhnya) dan takdir mubram (yang pasti dan tidak bisa berubah).
1. Takdir Muallaq (Takdir yang bisa berubah sepenuhnya)
Yaitu takdir yang bisa berubah secara total. Berbeda sepenuhnya dari takdir yang telah tertulis. Takdir ini dapat berubah berdasarkan terpenuhinya syarat.
Seperti kita ditakdirkan menjadi orang kaya, namun pada 'Azali Allah SWT telah menuliskan bahwa jika bermaksiat maka ia akan jatuh miskin. Atau ditakdirkan miskin, tetapi jika beramal shaleh dan berdoa maka ia akan menjadi orang kaya.
Oleh karena itu, dalam Pandangan ulama Ahlussunnah Wal Jamaah ikhtiar doa dari seseorang itu sangat bermanfaat.
Di samping pasti memperoleh pahala karena berdoa hukumnya sunat dan sangat dianjurkan, juga berkemungkinan besar merubah takdir Muallaq.
2. Takdir Mubram (Takdir yang pasti)
Yaitu takdir yang pasti terjadi dan telah ditetapkan pada azali. Namun hanya cara terjadinya yang mungkin berbeda dan berubah. Sedangkan apa yang digariskan terhadapnya tetap terjadi.
Seperti ditakdirkan bahwa seseorang akan terkena bebatuan besar, tetapi karena kebaikan amal shalih serta do’a yang kita lakukan pada hari itu, batu tersebut memang mengenai kita, namun berubah dalam bentuk kerikil yang banyak.
Begitu pula kematiaan dan umur seseorang. Dua hal tersebut itu pasti terjadi dan tidak berubah. Hanya saja, terkadang maksud dari bertambah umur adalah dengan cara umurnya mendapat banyak berkah (bertambah dalam kebaikan).
Dengan mengenal dari hakikat takdir ini, maka marilah kita berusaha untuk selalu dan terus-menerus menjadi lebih baik. Terlepas bagaimana takdir yang telah tertulis terhadap kita.
Kita perlu menempuh langkah-langkah yang baik untuk bisa bertemu dengan takdir yang baik pula sesuai dengan harapan kita. Karena Setiap dosa dan ibadah yang kita lakukan dapat memberi efek terhadap takdir dan arah hidup kita.
Jika itu bernilai ibadah, maka akan berbuah takdir yang manis di dunia meskipun pahit karena kita telah mengetahui hakikat sebenarnya dari setiap takdir yang telah Allah tetapkan kepada kita.
Jika seandainya itu maksiat (dosa), maka akan berujung pada kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Meskipun demikian, jangan lupa iringkan doa dan harapan di setiap usaha yang kita lakukan. Sebab, doa itu bagaikan benteng dalam bertahan dan ibarat perisai dalam berjuang yang memperkokoh diri kita dari setiap serangan yang bersifat fatamorgana.
Di samping itu, harapan bagaikan semangat juang kita untuk memperkuat jiwa dan membangkitkan gairah untuk mencapai titik hasil yang diinginkan. Doa dan harapan adalah tindakan yang tepat di setiap situasi dan kondisi.
Jika usaha dan do’a membelok haluan dengan harapan, jangan pernah bersedih dan berputus asa. Jangan sampai kita membenci dan menyalahi takdir. Apalagi sampai tidak menghargai setiap jerih payah yang sudah dikerahkan selama ini dalam usaha kita.
Kewajiban kita hanyalah berusaha, sedangkan hasil itu sesuai dengan takdir Allah terhadap kita. Manusia hanya bisa menyusun rencana dan menentukan opsi, namun hasil akhir adalah hak mutlak dari sang pencipta.
Maka dalam kehidupan ini kita tidak perlu banyak khawatir. Jika hidup kita ternyata di level biasa-biasa saja, bahkan seringkali berhadapan dengan masalah dan cobaan yang tak kunjung berakhir, sudah sepatutnya kita bersyukur karena kita belum kehilangan sesuatu yang paling penting dan sakral yaitu Iman.
Kebahagiaan di dunia ini, bukanlah sesuatu yang penting sehingga kita harus memprioritaskan dalam hidup ini. Kebahagiaan sejati hanyalah di akhirat di dalam surga yang tanpa berkesudahan. Di sanalah layak disebut kebahagiaan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, bagaimanapun takdir dan rel kehidupan yang kita jalani saat ini, jangan sampai membuat kita terlena dengan keindahan yang semu dan jangan pula meratapi kehidupan yang melarat.
Karena apapun yang kita lakukan saat ini semuanya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah.
Dengan ujian melalui nasib dan takdir di dunia ini membuat kita semakin menyibukkan diri dengan mencari perhatian dari Allah SWT dibandingkan kita protes dengan skenario kehidupan yang Allah atur dan masih bersifat tabu di setiap saat setelah kita menjalaninya saat ini.
Selalulah kita berdoa kepada Allah dan berharap sepenuhnya
kepada Allah karena Allah lah yang memegang kendali takdir kehidupan kita.
Wallahu a’lam bisshawab..
Posting Komentar